Raja Mahesa menarik kembali pasukan utamanya yang hendak pergi. Seseorang yang menjadi tujuan utama mereka pergi rupanya sudah memutuskan untuk kembali sendiri ke Martapura. Putra pertama raja Mahesa itu kembali tanpa dampingan sang istri.
Meskipun di tengah tengah rumor bahwa istrinya itu tergolong si jahat yang memberontak, nyalinya itu cukup besar untuk dirinya kembali ke Martapura.
"Senang melihatmu lagi berada disini" Mahesa memeluk anaknya itu dengan sangat erat"
"Saya juga rindu pada anda ayah. Bagaimana kabar ayah, apakah anda baik-baik saja. Saya sangat sedih saat mendengar kabar bahwa anda terbaring sakit. Maaf karena saya terlambat untuk mengunjungi anda"
Mahesa memeluk pelan pundak Setyo, sang putra sulung yang sudah lama tak ia temui "mari, ikut ayah menuju tempat yang sudah di sediakan"
Balai umum keraton itu saat ini khusus digunakan untuk sang raja dan raden pertama melepas rindu masing-masing "jadi bagaimana, kau mau mengambil tahtamu kembali?"
Bagi Setyo, ini adalah penawaran yang sangat menguntungkan baginya. Namun jika ia terima tahta itu kembali, mungkin hal yang dulu terjadi akan dialaminya juga saat ini. Bagaimanapun juga, ia harus mendapatkan kembali kepercayaan warga masyarakat supaya bisa mendukungnya menjadi raja Martapura yang selanjutnya.
________
Ruangan yang gelap itu membuat nuansa penjara Keraton menjadi lebih suram. Setyo menghampiri penjara salah satu mantan orang terpenting di Martapura.
Ia perhatikan ruangan itu, sama seperti penjara pada umumnya "rupanya kau sama sekali tidak mendapatkan perlakuan spesial"
Setiawan dengan tertatih-tatih, merangkak mendekat ke arah kakaknya "kenapa kau dengan tega menjebak ku. Kau sendiri juga tak merundingkan tentang rencana itu denganku"
"Hhhh, untuk apa aku merindukannya denganmu? Kau ini rupanya bodoh dan tak bisa melakukan apa-apa. Kau sudah percaya pada orang yang salah. Kau dan istrimu itu sangat polos dan sudah berhasil untuk aku manfaatkan"
"Kau...."
"Kenapa, kau marah? Silahkan, marah saja. Meskipun begitu, seharusnya aku juga berterimakasih padamu. Karena tanpa mengotori tanganku sedikitpun, aku akan bisa mendapatkan tahtaku kembali"
Setyo mengeluarkan pedang dan mengarahkannya pada Setiawan "putra agung Raja Mahesa sudah tersingkir, sekarang tinggal kau yang harus ku bereskan"
"Apa yang hendak kau lakukan pengkhianat"
Pedang itu semakin didekatkan dan kini tekat bergesekan dengan kulit lehernya "hhhh, omong kosong apa yang kau bicarakan. Bukankah kau yang merupakan pengkhianat nya. Sepertinya aku harus cepat menghilangkan bukti itu, sebelum mulutmu ini membicarakan semuanya"
Setyo hampir saja membunuh Setiawan jika perwira keraton tidak hadir diwaktu yang tak tepat "hentikan Raden, raja bilang tetap biarkan mereka hidup meski sudah berkhianat"