Sang putri membawa Ningtyas menuju kamarnya "ayo, masuklah" gadis itu dengan sigap mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.
Sedangkan Ningtyas merasa haru dan langsung memeluk sang kakak "terimakasih!"
"Itu sudah menjadi tugasku untuk melindungi adikku sendiri" Hasanah melepaskan pelukannya "mulai sekarang kau harus hati-hati"
"tapi kak, sepertinya aku perlu alasan mengenai kain penutup itu. Jika tidak, semua orang akan semakin mencurigai ku"
"Aku juga sedang memikirkan tentang itu. Meskipun begitu, tempat ini sebenarnya tidak aman untuk kita. Aku curiga pada dayang itu...."
"Kakak, dia hanya dayang biasa. Bukan hanya dia saja yang mencurigai ku di keraton"
"tapi tetap saja, dia itu dayang senior. Seorang dayang senior mana mungkin punya waktu luang hanya untuk bertemu dengan dayang sepertimu. Aku pernah melihat dia berada di kediaman ratu"
"Apa mungkin, mereka sudah tau bahwa aku itu adalah Ningtyas?'
"Sepertinya begitu. Kau menjadi dayang di Martapura saat raja Mahesa memberiku hadiah"
________
Seorang dayang itu masuk ke ruangan ibu ratu "salam ratu"
"Bagaimana, apa kau sudah mendapatkan bukti?"
Sang dayang pun menggelengkan kepalanya "belum ratu, dayang itu tak mau membuka kain penutupnya"
"lantas apa alasannya?"
"dia sama sekali tidak memberitahu alasannya ratu"
Ratu kemudian mendekat dan langsung menampar sebelah pipi dayang itu "tetaplah berusaha supaya kau itu berguna. Aku tidak memintamu untuk menunggu jawabannya, tapi aku menyuruhmu untuk memaksanya!" Ratu memegang erat dagu sang dayang.
"Maafkan saya karena tak bisa menjadi seperti yang anda inginkan, tapi ada satu hal yang harus anda tau ratu"
tangan di dagu itu kini telah dilepaskan "apa?"
"Saat saya hendak berbicara lagi, putri Hasanah datang lalu membawa dayang itu!"
"Hasanah?" "Jika begitu, artinya dayang dengan kain penutup itu memang Ningtyas.... Pekerjakan dayang itu di kediamanku!"
"Ningtyas, aku akan membiarkanmu untuk tetap berada di dekatku. Kita lihat, apa sebenarnya tujuanmu"
Brak.... Pintu di buka oleh Keswari dengan sengaja "ibu, ada hal yang harus anda tau!"
Ratu berjalan dengan cepat menuju balai sidang, dimana raja dan para Adipati sedang menimbrung masalah yang berkaitan dengan Panjaitan.
"Satu hadiah lagi akan saya pergunakan untuk rakyat rakyat di Panjaitan. Apakah anda bersedia menampung mereka di Martapura?"
Ratu masuk dan dengan lancang menyahut perdebatan kala itu "Apa-apaan ini. Raja, keadaan di Martapura masih kacau akibat ulah dari para pemberontak itu. Apakah kali ini anda akan menambah beban lagi...."
"Ratu, berani sekali kau lancang dan masuk dengan memicu keributan. Ini adalah keputusanku.... Perhatikan semuanya, aku raja Mahesa. Membuat keputusan bahwa mulai sekarang rakyat rakyat Panjaitan juga merupakan bagian dari Martapura"