Suasana balai umum Martapura itu tampak ramai dipenuhi oleh dayang dayang yang tengah sibuk menghias tempat itu. Berbagai macam bunga tersusun serta tertata rapi disana.
"Bagaimana kakak, bagus bukan...." Jelas Sekar.
Keswari rupanya belum tau tentang apa yang hendak adik iparnya itu rencanakan. Namun yang pasti itu akan sangat menyenangkan "untuk apa semua ini Sekar?"
"Nanti kau akan lihat sendiri kakak" ia melihat dua orang yang hendak mendekat ke arah mereka "sebentar lagi permainan akan di mulai"
Sekar menatap sinis Ningtyas dan Kinanti yang kini sudah sampai disana. Mereka masih bingung. Seakan hendak ada sebuah acara.
Sekar memeluk mereka satu persatu "apa kabar kalian?"
Mereka berdua di buat bingung seketika. Bagaimana tidak, putri bungsu raja itu bersikap sedikit berbeda. Sikapnya beda dengan terakhir kalinya mereka bertemu.
Sekar memeluk mereka satu persatu "kalian tau sendiri bukan, aku baru saja kembali dari perjalanan jauh" Sekar menatap tajam ke arah Ningtyas "kemarin kau bilang akan memberikan hadiah atas pernikahanku. Sekarang aku akan memintanya"
Ningtyas hanya bisa tersenyum. Ia harus berlapang dada mengenai apapun yang akan bibi mudanya itu inginkan darinya.
"Mudah, ini sama sekali tidak sulit. Bagaimana jika kalian menunjukkan bakat menari kalian di hadapan kami semua"
deg.... "Kenapa harus menari?" Ningtyas tau sepertinya semua ini sudah di rencanakan dari sebelumnya. Mereka tau bahwa Keswari tak pandai dalam bidang menari. Apakah maksud dari semua ini adalah untuk mempermalukan mereka?
Ini tidak seharusnya terjadi. Meskipun secara biologis ia bukan resmi keluarga bangsawan, dipermalukan seperti ini tak masalah baginya. Namun bagaimana dengan Keswari, kakak kecilnya itu pasti akan tersiksa dengan ocehan orang-orang "putri, aku yang menawarkan hadiah padamu. Jadi aku juga yang akan menari untukmu. Sementara itu, mintalah hadiah selain menari pada kakak Keswari...."
Kesal, Sekar tak terima diatur oleh orang yang secara posisi lebih rendah darinya "beraninya gadis ini mengaturku?"
"Kau siapa berani menentang ku. Ini keputusanku dan kalian harus memenuhinya. Ini adalah hari bahagia ku, kalian tak sepantasnya bersikap seperti ini"
Berada dalam situasi ini, Keswari mau tidak mau harus ikut menari bersama Ningtyas. Ia memegang tangan sang adik yang berada disampingnya sembari berkata lirih pada orang itu "tenang saja putri, aku bisa menghadapi situasi ini"
Suara gamelan mulai menggema di balai umum Martapura. Para pelayan yang diperintahkan untuk hadir dan melihat pertunjukan ini sudah datang silih berganti. Suasana disana mulai ramai dengan riuh piuk banyak orang. Mereka yang terpana melihat begitu lihainya tarian Ningtyas. Berbeda dengan Keswari, gadis itu berkali-kali kesusahan mengimbangi kepandaian adiknya dalam hal menari. Bahkan ia berusaha untuk tak mendengar beberapa perkataan tak baik orang-orang yang ditujukan padanya.
Pada saat yang sama, Kelana yang baru saja pergi dari latihan tak sengaja melihat keramaian itu. diantara banyaknya orang di balai umum itu, pandangannya hanya tertuju pada Ningtyas. Belakangan ini ia tak bisa mengerti perasaan yang ia rasakan sendiri. Saat berada di dekat sang putri, jantungnya terasa berdetak lebih kencang. Kelana tak tau rasa apa ini. Mana mungkin jika itu perasaan cinta.
"Hentikan semua ini!" teriak ibu suri setelah melihat keramaian itu. Ia berjalan menuju dimana orang ramai itu berkumpul "apa-apaan ini? Kalian semua sedang berbahagia dikala raja sedang sakit!"