Chapter 43. Gamelan

9 5 0
                                    

Hari berganti hari, Ningtyas semakin bisa beradaptasi dengan statusnya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berganti hari, Ningtyas semakin bisa beradaptasi dengan statusnya saat ini. Meskipun terkadang tak sedikit dari beberapa dayang yang merundung nya, namun ia tetap berusaha kuat untuk menahan amarahnya. Bekerja di kediaman ratu rupanya lebih susah ketimbang dugaannya.

Setiap harinya ia pergunakan waktu luang untuk mencari tau tentang Putri Keswari. Orang itu dan suaminya telah berkerjasama, dan mereka juga buang kerok yang selama ini mengganggu keluarganya. Sebenarnya cukup bukti yang Ningtyas perlukan kali ini, hanya saja untuk mendapatkan bukti itu membutuhkan kerasnya usaha. Belum lagi statusnya yang selama ini menjadi bahan pembicaraan banyak orang. terkadang Ningtyas sendiri pun heran, kenapa Raden Setiawan bersama istrinya itu tak melakukan pergerakan sama sekali. Apakah mereka tidak curiga padanya?

"Kau yang disana, cepat ikuti aku menuju balai umum keraton" pinta sang ratu pada salah seorang dayang.

Ada perasaan gugup di hati Ningtyas. Kenapa harus balai keraton? Akan ada acara apa lagi disana? Sudah tentu hal ini akan menjadi pekerjaan yang susah baginya. Begitu sampai, Ningtyas terkejut kala ada banyak orang disana. Para putri bangsawan berkumpul, bahkan dayang dayang keraton juga berada disana. Ningtyas sama sekali tak mengetahui hal ini. Kakaknya pun juga tak memberitahu apapun pada dirinya "sebenarnya ada apa ini? Apa yang hendak mereka semua lakukan?"

langkah ratu terhenti seketika, dia mengalihkan perhatiannya pada dayangnya "kau adalah dayang baru di kediamanku" ratu menunjuk ke arah dimana sudah berdiri beberapa penari gambyong  "anggap saja ini sebagai sebuah pelantikan atau semacamnya. Berkumpul lah dengan mereka, dan menarilah di hadapan kami semua"

Bingung, Ningtyas seakan mati kutu saat itu. Ia tak tau harus berbuat apa. Ia sendiri juga kebingungan kenapa ratu tiba-tiba saja menyuruhnya menari? Ningtyas kemudian menatap sang kakak yang duduk bersama putri bangsawan lainnya, seolah-olah memberi isyarat serta meminta sebuah saran. Sementara kakaknya itu justru mengangguk. Apakah itu artinya, bahwa ia harus melakukan apa yang ratu pinta?

Suara gamelan mulai berbunyi dan menggema di penjuru tempat itu. Ningtyas sudah masuk ke dalam barisan dan nilai menari degan lihai. Sementara Hasanah hanya bisa duduk terdiam tanpa melakukan apapun. Sejujurnya, ia sama sekali tak tau alasan dibalik ratu menyuruh dayang barunya itu untuk menari. Namun mengetahui hak itu, kecurigaannya pada sang ratu mulai membesar. Ia semakin menduga bahwa sang ratu itu juga ikut terlibat. Atau bahkan dia berada di pihak Raden Setiawan dan para komplotannya.

Suara gamelan masih berbunyi, para penari pun belum berhenti menari. Ratu nampak senang dengan situasi seperti ini. Rupanya cara ini cukup ampuh untuk mengetahui identitas asli dayang baru itu.

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang