bangunan Keraton Martapura itu sudah mulai terlihat, meskipun mereka semua masih berada di pegunungan "ah, akhirnya sebentar lagi akan sampai"
"Kami sudah mengantar anda sejauh ini, apakah kami sama sekali tak mendapat bayaran?" Ujar ketua perompak tersebut.
Ningtyas baru teringat lagi, orang-orang ini adalah perampok. Mana mungkin orang semacam mereka melakukan sesuatu tanpa cuma-cuma "bagaimana ini? Aku pergi dengan membawa sedikit uang. Bagaimana jika aku tak mempunyai uang dan mereka meminta dibayar dengan hal lain?" Ningtyas menutup tubuhnya sendiri "tidak, ini tidak boleh terjadi. Pasti ada sebuah barang yang membuat perampok ini senang"
"Apa mau kalian?" tanyanya dengan perasaan takutnya.
"Mudah, bayar saja semua itu dengan syarat yang akan kami berikan. Syaratnya yaitu...."
"Jangan bergerak!" Segerombolan prajurit dengan panglimanya mengepung mereka.
Para perampok itu terkejut, begitu juga dengan Ningtyas. Gadis itu tau bahwa Kelana kini sedang berada di tempat yang sama dengannya. Bagaimana jika orang itu tau jika dirinya bersama dengan para perampok ini? Apakah dirinya akan ikut dibawa ke Keraton untuk diadili?
Mereka semua serentak berusaha menyerang para prajurit yang juga mulai menyerangnya. Ningtyas sendiri tak hanya bisa diam. Rasa kesalnya pada Kelana semakin besar kala tau saat ini mereka sudah bertemu. Ia berlari sembari mengambil pedang yang ada di sampingnya.
Kelana dengan sigap menepis pedang milik gadis itu. Pertarungan sengit antara mereka tak dapat dihindari.
Ningtyas dengan ilmu pedangnya yang belum seberapa itu kalah dengan Kelana si petarung handal. Sudah tentu, kemampuan mereka itu berbeda jauh.
Panglima Kelana berhasil menaklukkan gadis itu. tentu saja Ningtyas khawatir, bagaimana jika Kelana tau bahwa seseorang yang ada di depannya ini adalah dirinya.
Pedang itu dihunuskan tepat di leher gadis itu "buka kain penutup itu!" Pinta Kelana.
Ningtyas tetap diam, mana mungkin ia akan membiarkan Kelana tau bahwa itu adakah dirinya.
Merasa tak mendapat respon, Kelana membuka paksa penutup itu. Ia terkejut kala melihat orang itu adakah Ningtyas "tuan putri! Kenapa dia berada disini? Apakah dia bisa lolos dari Raden Setiawan?"
Hancur sudah penyamarannya, Kelana sudah tau bahwa itu adalah dirinya. Bagaimana ini? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa dia akan membencinya dirinya? Kelana sudah mengetahui tentang dirinya yang bergabung dengan para perampok itu, apakah dia akan melaporkan dirinya?
Namun diamnya orang itu menjadi kesempatan baik bagi Ningtyas. Gadis itu sigap menendang kaki Kelana. Ia berdiri dan segera melarikan diri. tetapi Kelana bukan tipe orang yang mudah menyerah. Orang itu mengejar Ningtyas dan berhasil menangkapnya.
Kelana sontak memeluk Ningtyas dengan sangat erat "saya merindukan anda tuan putri"