Banyaknya bunga yang indah itu tertata rapi di taman keraton. Ningtyas masih di tuntun dayang senior untuk menemui sang raja.
Hingga tibalah Ningtyas disana. Ia sudah melihat Kelana duduk menunggunya disana.
"Salam yang mulia raja" ucap salam Ningtyas pada Kelana.
"Kemari, duduklah disini Ning" sahut Kelana.
"Sekarang jelaskan maksud anda. Kenapa anda menyuruh saya datang kemari"
"Aku seorang raja, jadi aku bebas memanggil siapapun.... Ning, aku senang melihatmu kembali memakai pakaian ini. Bukankah sudah pernah kubilang kau lebih pantas memakai kebaya seorang putri. tapi meskipun begitu, aku akan tetap suka kau memakai pakaian apapun" Kelana menuangkan teh ke cangkir milik Ningtyas.
Gadis itu hanya diam namun tetap tersenyum pada sang raja. Ini adalah salah satu hal yang sebenarnya sangat ia inginkan. Setelah cukup lama tak bertemu, kini rindunya terobati.
"Kau tau Ning, aku bahkan sudah menyerah saat tau bahwa kau di penjara. tapi ternyata aku bisa melakukannya"
"Saya senang karena anda sudah mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik anda"
"Kau juga ikut berpartisipasi dalam hal ini. Itulah kenapa aku ingin kau selalu berada di sisiku"
Perbincangan mereka terhenti kala Ranu datang ke taman keraton itu "salam yang mulia raja"
"Ranu, kau nampak cocok dengan pakaian itu"
Ranu hanya tersenyum kecil. Sejujurnya ia senang karena raja sekarang menaikkan pangkatnya menjadi Adipati utama "saya teramat senang karena anda menaikkan pangkat saya"
"Ada gerangan apa kau datang kemari?"
"Ada hal mendesak yang harus segera anda tangani"
Kelana menghela nafas panjang "bukankah aku sudah memberitahu kalian agar mengosongkan kegiatan hari ini"
"Maaf raja, tetapi hal ini mendesak. Saya harap anda bisa ikut menghadiri sidang hari ini"
"Hm, baiklah. Aku akan segera datang" Kelana beralih menatap ke arah Ningtyas "aku pergi dulu. Aku ingin minum teh lagi bersamamu dilain waktu" sang raja beranjak dari duduk, dan segera pergi pada saat itu juga.
Berbeda dengan Ranu yang tetap berdiri di tempatnya. Ia memandang gadis itu dari jauh. Hingga Ningtyas sendiri yang rupanya berjalan kearahnya "kau nampak berbeda Ranu"
"Sama dengan anda. Sepertinya raja sudah menjadikan anda sebagai wanitanya. Bolehkah aku mengatakan sesuatu pada anda di saat ini juga?"
"Katakan saja Ranu. Memangnya apa yang hendak kau bicarakan denganku?"
Ranu seketika terdiam, dan hak itu membuat Ningtyas kebingungan "kenapa kau hanya diam? Bukankah tadi kau hendak mengatakan sesuatu padaku"
"Entah kenapa setiap kali saya ingin mengatakan ini, tapi mulut saya seakan berat untuk bergerak"
"Apa maksudmu?"
"Saya mencintai anda putri!"
Perkataan itu terdengar begitu saja ditelinga Ningtyas. Gadis itu seketika terdiam kala mengetahui apa yang telah Ranu katakan padanya.