Ranu tak menjauhkan pedang itu dari leher Kelana "sedang apa kau disini? Apa belum cukup kau menyuruh para prajurit itu untuk menyerang ratu dan tak membiarkan sebagai dari kami pergi ke Martapura?"
Kelana terkejut, ia berpikir bahwa dia pasti bukan rakyat biasa. Apakah dia dekat dengan ratu Prameswari? dalam keadaan saat ini, Kelana berusaha untuk tetap tenang. Jika ia berkata salah sedikit saja, mungkin pedang itu sudah mengoyak lehernya "aku Kelana, panglima besar Martapura!"
Hal yang mengejutkan saat itu terjadi, Ranu pun kaget kala tau bahwa orang ini yang di maksud oleh Ningtyas. Ranu kemudian menjauhkan pedang itu "kau Kelana?"
"Raja Mahesa menyuruhku untuk menjemput rombongan. tapi saat sampai, kami tak melihat adanya raja dan ratu. Sekarang beritahu aku dimana Raja dan ratu berada!"
Ranu dengan terpaksa mengantarkan Kelana menuju kediaman Prameswari. Ia berada diambang kegelisahan kala itu. Apalagi ia belum melupakan tentang apa yang Ningtyas ceritakan mengenai Kelana.
tak butuh waktu yang lama, mereka sampai di tempat tujuan. Kelana masuk ke dalam gubuk tua yang tak luas itu. Seorang pasangan suami istri terlihat berada disana. Sang raja yang masih terbaring lemas di ranjangnya, dan sang ratu yang duduk terdiam di sampingnya "salam ratu!"
"Jangan memanggilku dengan sebutan 'ratu'. Aku hanyalah rakyat biasa sekarang. Kenapa kau kesini? Apa kau belum puas saat memaksa kami untuk tetap tinggal disini?"
"Apa yang terjadi belum lama ini sepertinya hanya kesalahan pahaman saja. Saya berani bersumpah bahwa saya jujur. dan dalam waktu yang cepat saya akan mencari tau tentang orang-orang itu. Saya yakin bahwa mereka tidak menerima titah apapun dari raja Mahesa!"
Prameswari hanya diam, sebenarnya ia juga tak tau baik tidaknya mengenai Kelana. Ia hanya bisa diam dan tak mengatakan apapun.
"Saya berkunjung kesini secara langsung, dengan membawa titah dari raja Mahesa. Oleh karena itu, ikutlah bersama saya ke Martapura!",
________
lokasi dimana banyaknya rakyat yang terkena racun sangat tidak apik. dalam satu hari sudah ada beberapa dari mereka yang meninggal. Sungguh keadaan disana sangat kacau. dimana sang pasien merintih kesakitan, dan tabib yang kewalahan.
"Asal mula racun itu karena apa Ranu?"
"Ada yang tak beres dengan sungai yang menjadi kebutuhan sehari-hari para warga Panjaitan. Kami semua biasa mengambil air disana untuk diminum, atau bahkan untuk mencuci baju. Namun dalam beberapa waktu ini keadaan makin kacau kala ada salah seorang warga yang meninggal secara tiba-tiba. Kejadian itu terus berlanjut hingga pada akhirnya memakan banyak korban"
"Bagaimana dengan menteri keamanan? Apakah tidak ada yang menjaga di sekitar sungai, sehingga tidak menemukan satupun bukti?"
"Kau tau sendiri panglima, para Adipati itu gila akan harta. Jika mereka mendapatkan harta dari seseorang, mereka rela bahkan berani melakukan apapun meski berkhianat sekalipun"