Chapter 20. Panglima

28 8 5
                                    

Begitu mendengar kabar sang raja datang, Raden Setiawan dengan sigap menghampiri ayahnya yang baru saja menyelesaikan rapat utama hari ini "senang melihat anda sehat dan kembali memimpin keraton ayahanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu mendengar kabar sang raja datang, Raden Setiawan dengan sigap menghampiri ayahnya yang baru saja menyelesaikan rapat utama hari ini "senang melihat anda sehat dan kembali memimpin keraton ayahanda. Mengenai insiden yang terjadi beberapa hari lalu...."

"Bagaimana keadaan Raden Kusuma? Apakah keadaannya sudah membaik?"

Kesal, pada saat dimana ia mengharapkan simpati dari raja justru saudaranya yang dibahas "Raden Kusuma sudah dibawa ke kediamannya di Panjaitan. Anda tak perlu khawatir berlebihan, tabib terbaik di wilayah mereka sudah merawat Raden Kusuma dengan baik"

"Alhamdulillah. Meskipun begitu, aku harus bisa menjadi seorang ayah yang baik untuk para anaknya. Aku belum tenang jika tidak tau langsung tentang keadaan Raden Kusuma. Hm, bagaimana dengan seorang panglima baru yang kau jabat tanpa sepengetahuanku...."

"Apakah anda ingin bertemu dengannya?"

"Beritahu dia untuk segera menemui ku!"

"Baik ayahanda"

Pelatihan skill memanahnya itu terganggu kala Raden Setiawan menghampirinya "sudah berapa kali kau berlatih memanah dalam satu hari, dari yang ku lihat kemampuan dalam memanah sudah cukup mahir. Aku rasa kau tak perlu berlatih lagi...."

"Hak saya untuk bisa lebih mendalami skill memanah yang saya milikki. Anda hanya perlu menyuruh saya mengenai urusan pribadi anda saja"

"Urusan pribadi, sepertinya kau akan lebih sengsara jika tak mencabut perkataan mu tadi.... Sudahlah! Raja saat ini memanggilmu, temui dia di balai sidang"

Kelana dengan langkah kakinya yang cepat itu bergegas menemui Raja Martapura di ruangannya. Ini kali pertamanya ia bertemu dengan sang raja selama ia berada di Martapura "Salam, yang mulia!" Ucap kelana memberi penghormatan pada sang Raja Martapura.

"Aku mendengar bahwa kau menjadi panglima baru di Martapura. Bagaimana, apakah kau merasa mampu dalam menjalankan tugasmu sebagai salah satu orang penting di negeri ini?"

"Saya siap dan saya akan melakukan yang terbaik untuk Keraton Martapura!"

"Kalau begitu, kau pasti sudah siap dengan tugas pertama yang akan ki berikan padamu!"

"Saya siap melakukan apapun tugas yang anda berikan pada saya!"

"Baiklah! Jika itu keputusanmu. Karena ini tugas perdana, maka tugasnya akan sangat mudah untuk kau lakukan. Pergilah ke Panjaitan dan cari tau bagaimana keadaan Raja Kusuma. Pastikan keadaannya baik-baik saja, dan cepat kembali setelah tugasmu selesai"

"Baiklah yang mulia!"

Kelana bergegas keluar dari ruangan dengan perasaannya yang campur aduk. Raja Martapura menyuruhnya untuk pergi ke Panjaitan. Itu artinya ia akan bertemu dengan orangtua Putri Ningtyas. Kira-kira apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Sudah pasti mereka marah karena dirinya tak bisa melakukan titah yang diberikan padanya.

Kelana berjalan sembari mengacak-acak rambutnya. Ia bingung karena tugas yang semestinya bagi raja itu mudah, tapi baginya ini tugas yang sangat sulit.

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang