Situasi di keraton Martapura itu sangat kacau. Adik dari Raja Mahardika bersatu dengan para bandit untuk melakukan pemberontakan. Hal itu terjadi pada saat yang sama disaat Raja masa itu tengah sakit.
Keadaan semakin kacau kala para pemberontak itu berhasil masuk ke keraton. Para prajurit kewalahan. Meskipun jumlah mereka cukup seimbang, namun strategi penyerangan dari adik raja itu cukup baik hingga dapat menumpahkan lawannya dengan lebih cepat.
Sang ratu saat itu sibuk mencari suaminya, namun rajanya itu sama sekali tak ia temukan juga. Ia dengan menggendong bayi yang baru saja dilahirkannya. Berlari kesana kemari demi menyelamatkan dirinya serta putranya. Namun hasilnya sia-sia. Panah itu menancap tepat di punggungnya. Rasa sakit yang ia terima membuatnya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Ia ambruk dengan seorang bayi yang masih ada di gendongannya.
"Ratu, apakah anda baik-baik saja. Raja sudah menyuruh anda untuk tetap di kamar. Anda pergi sehingga para prajurit sulit untuk melindungi anda" Rumi menyadari ada sebuah panah yang menancap diratunya.
"Ratu, anda terkena panah!"
Mereka semua yang ada disana panik. Sama sekali tak ada ahli medis diantara mereka semua. Hingga sang ratu sendiri yang meminta salah satu dari mereka mencabut panah nya.
Rasa sakit yang ia alami lebih kuat lagi kala panah itu sudah tercabut dari tubuhnya. tangannya itu kini seakan mari rasa, hingga dayang pribadinya kau yang kini menggendong anaknya "Rumi t-tolong bawa bayiku ke tempat yang aman, jangan sampai ada orang yang mengetahui bahwa bayi ini baik-baik saja arghhhh"
________
Bertahun-tahun setelah kejadian itu, putra dari mendiang raja itu kini sudah tumbuh besar. Ia di didik dan di latih oleh dayang yang sedari dulu mengasuhnya.
Berbagai bidang sudah ia pelajari. Mulai dari politik hingga bela diri sekaligus. Semua yang sudah ia pelajari akan ia pergunakan untuk merebut kembali hak nya di waktu yang tepat. Namun apa daya, keamanannya mulai terusik kala ada orangnya yang sudah mengetahui bahwa dirinya belum meninggal.
Hal yang sudah diketahui membuat istrinya celaka. Kini hanya Kelana lah, satu-satunya keluarga yang masih ia milikki. Ambisinya untuk merebut tahta kembali perlahan mulai pupus. Ia memilih untuk fokus melindungi putra satu-satunya dan mengajarinya berbagai macam hal.
Kebahagiaan yang mereka alami hanya sebentar saja. Ketika Kelana sudah beranjak remaja, berbagai teror masih mereka terima. Hingga pada suatu hari ayahnya itu secara tiba-tiba tewas di dalam hutan. Banyak sekali darah dan luka luka di tubuhnya. Kelana yakin bahwa ayahnya pasti dibunuh. Rencana awal yang sempat ayahnya hentikan, kini akan kembali Kelana lakukan.