Ranu memberikan selendang supaya Ningtyas bisa menyembunyikan wajahnya "anda pakailah ini, supaya mereka tak sadar jika anda berada di keraton"
Ningtyas dengan sigap mengambil serta menutup sebagian permukaan wajahnya. Mereka melangkah dengan pelan serta hati-hati. Melewati lorong demi lorong dengan menoleh ke kanan serta kekiri.
Ruangan dimana sang raja di rawat cukup rahasia. Hanya tabib utama keraton yang dibiarkan keluar masuk dengan bebas di ruangan itu.
Sebuah tempat yang selama ini tak Ningtyas tau, tempat itu sedikit jauh dari keraton utama "Ranu, aku sepertinya tak pernah mengetahui tempat ini. Sebenarnya dimana raja dirawat?"
"Para dayang dan pejabat tidak tau tentang dimana ruangan Raja yang sedang dirawat...."
"Pasti ada alasannya!"
"Sudah tentu putri! Anda sendiri tau banyak pejabat yang...."
"Ayahku naik jabatan secara mendadak, apalagi itu karena belas kasih raja sebelumnya. Karena cara ayahku itu naik tahta, sudah pasti banyak dari mereka ingin melengserkan ayahku sebagai raja Panjaitan. Hm, sudahlah. Untuk apa juga kita membicarakan hal ini. Apakah kediaman raja masih jauh?"
"Sebentar lagi kita sampai tuan putri!" Ranu membawa putri ke sebuah tempat kecil yang tak begitu jauh dari keraton.
Ningtyas memutuskan untuk hanya berdiri didekat jendela. Sudah terlihat ayahnya itu terbaring lemas di ranjang. Air matanya seketika menetes membasahi pipinya. Bukan hanya itu, ia juga melihat sang kakak berada disana. Orang itu tampak sedang mengobati sang Raja. Sudah tak heran, kakaknya itu punya kemampuan dalam bidang kesehatan. Bahkan keinginannya itu juga untuk bisa menjadi tabib mahir. Hanya saja saat dia menikah, keinginannya itu mulai pupus seiring berjalannya waktu "Ranu, mulai sekarang sembunyikan identitasku pada semua orang. Jangan sampai mereka tau bahwa aku masih hidup. Bisakah kau mengantarku ke suatu tempat!"
________
Raden Setiawan mengamati anak buahnya yang baru "kau tampak lebih cocok memakai baju itu!" Ia berdiri menghampiri Kelana sembari memegang dua pundak orang itu "mulai sekarang, turuti semua perintahku! Sebagai tugas perdana, pekerjaanmu akan lebih mudah. Pergi ke desa dan tarik pajak dari masing-masing pendudu"
"Maaf tapi itu tindakan yang menyimpang...."
"Kau tidak bisa mengelak. Apa yang aku suruh, harus kau lakukan. Jika tidak, putri Panjaitan akan berakhir tragis...."
Kelana sontak mencengkeram kerah baju Raden Setiawan kala orang itu membicarakan buruk tentang Ningtyas "jangan pernah menyentuh tuan putri bahkan sampai dia terluka. Jika itu semua terjadi, maka aku tidak akan segan untuk membongkar semua kejahatan anda" begitu selesai bicara, Kelana melepaskan cengkraman tangannya.
"Rupanya kau sangat marah jika terjadi sesuatu pada putri itu. Sepertinya pertunangan kalian bukan sekedar untuk tameng saja"
"Jika memang benar begitu, lalu apa gunanya anda mengetahui urusan pribadiku!"