Berhari-hari Raden Kusuma memimpin Martapura, hal itu tak begitu sulit ia lakukan. Karena sebelumnya ia juga sudah berada di posisi seperti ini. Namun memimpin Martapura jauh lebih sulit ketimbang dirinya saat memimpin Pandjaitan. Entahlah, mungkin karena belakangan ini para perampok mulai melakukan aksinya kembali. Masyarakat kini kembali mengalami keresahan akibat ulah para penjahat itu.
Raden Kusuma sendiri heran, sepertinya para perampok itu muncul kembali setelah tau bahwa Raja Mahesa sedang sakit. Atau bahkan para perampok itu memang sengaja untuk menyulitkan pekerjaannya sebagai pemimpin sementara Martapura saat ini.
"Prajurit kami berhasil menangkap beberapa dari para perampok itu. Namun kami belum berhasil menangkap ketuanya yang Mulia"
"Hm.... teruskan upaya penangkapan. Segera tutup semua daerah perbatasan Martapura dengan daerah lain. Jangan sampai para perampok itu berhasil keluar dari wilayah Martapura. Perketat juga keamanan di Keraton. Karena aku rasa para perampok itu sudah mengetahui tentang kondisi Raja"
________
Prameswari kembali ke Pandjaitan, untuk mengantikan posisi sementara suaminya itu. Sementara Ningtyas tetap menetap di Martapura. Apa yang Kelana beritahukan waktu itu membuat dirinya mencurigai seseorang dan bertekad untuk mengembalikan nama baik ayahnya.
"Assalamu'alaikum tuan putri"
Ningtyas lantas membasuh air mata yang membasahi pipinya "Waalaikumsalam Kelana. Rupanya kau sudah kembali dari desa. Bagaimana, apakah keadaan masyarakat baik-baik saja? Apa kau dan para prajurit berhasil menangkap para perampok itu"
Kelana menghela nafas panjang lalu duduk tepat di samping Ningtyas "beberapa dari mereka sudah berhasil ditangkap, namun tidak dengan ketuanya.... tuan putri, para perampok itu sama dengan penjahat yang beberapa waktu lalu menyerang anda"
"Kenapa mereka bisa sampai disini? Apa mereka tau bahwa aku berada di Martapura?"
"Sepertinya mereka benar-benar mengincar anda tuan putri. Apakah Raja Kusuma sudah mengetahui tentang siapa sebenarnya mereka?"
Ningtyas menggelengkan kepalanya "ayahku belum tau jika mereka juga penjahat yang telah menyerang ku. Kelana, tapi bukan itu yang ku khawatirkan sekarang. Saat ada insiden runyam seperti ini, pasti ayahku sedang menjabat posisi penting. Kenapa dari dulu seperti ini. Rasanya aku sedang kembali ke masa lalu"
"Apa alasan putri menetap disini karena ingin mencari tau tentang kebenaran insiden di masa lalu? Jika itu benar, maka akan saya pastikan saya bisa membantu anda sebaik mungkin. Saya berada di pihak anda tuan putri"
Ningtyas hanya terdiam menatap Kelana yang berada disampingnya. Entah kenapa jantungnya selalu berdetak lebih kencang jika berada dekat dengan Kelana. Ia tau bahwa ini adalah perasaan cinta, namun ia sendiri masih menentang perasaannya sendiri.
"Kelana, bagaimana dengan Raden Setiawan? Kabarnya dia tidak ada di keraton"
"Hm, tidak ada yang tau dimana Raden Setiawan sekarang...."
"Kelana, menurutmu apa para perampok itu ada hubungannya dengan putra ketiga. Karena insiden saat dulu, Raden Setiawan juga sedang tidak berada di Keraton. Apa mungkin dia sedang merencanakan sesuatu? Apa saja yang Raden Setiawan katakan saat kau menjadi sandera mereka"
"Sayangnya tak ada satupun rahasia yang Raden Setiawan katakan padaku. Putri, jika sikap mereka semakin aneh, berarti kecurigaan kalian selama ini benar"
Kelana merasa gugup dikala ia dipanggil ke ruangan Raja Kusuma "ada apakah gerangan yang mulia memanggil saya?"
"Maaf jika mendadak, tapi aku rasa ini waktu yang tepat.... Kelana, kau tau bukan, tujuan kau diikutsertakan ke Martapura?"
"Untuk menjadi pengawal pribadi tuan putri...."
"Oleh karena itu lakukan dengan benar. Meskipun terlihat enteng, tapi tugas ini berat bagimu. Kelana, keadaan diluar keraton sudah sangat kacau. Kau juga tau sendiri bukan, meskipun banyak prajurit di kerahkan rakyat tetap saja sengsara. Jika ada sesuatu terjadi di Keraton, segera bawa Ningtyas ke tempat yang aman"