Gadis itu menunggangi kudanya lebih cepat dari sebelumnya. Sejujurnya, apa yang mantan dayang itu katakan masih mengganjal di hatinya.
Begitu sampai, ia bahkan tak masuk ke kamarnya. Gadis itu langsung berlari ke arah kediaman Kelana. Beberapa prajurit beserta para dayang sudah mencegahnya. Namun rasa penasaran yang Ia milikki saat ini berguna untuk meningkatkan kekuatan bela dirinya. Membutuhkan waktu yang tak lama, Ningtyas berhasil menumpas orang orang yang menghalanginya. Merasa mendapatkan kesempatan yang baik, Ningtyas segera masuk dan benar saja. Rupanya tebakannya tak salah. Ia kini percaya dengan apa yang dayang Rumi katakan. Kelana adalah Cucu dari mendiang Raja Mahardika.
Ningtyas berjalan mendekat dan mengambil jarik bercorak batik itu. Sebuah jarik yang sama seperti yang ia ketahui pada saat berada di kediaman dayang Rumi.
Mengetahui ada sebuah insiden di kediamannya, membuat Kelana terkejut "ada apa ini. Siapa yang baru saja menyerang kalian"
"Seorang dayang agung yang memaksa diri untuk masuk ke dalam kediaman anda"
Mendengar hal itu, Kelana lantas buru buru masuk ke dalam kediamannya. Ia terkejut kala tau ada Ningtyas disana. Gadis itu nampak sedang memegang jarik miliknya. Namun ketika ia hendak merebut, Ningtyas justru menjauhkan dirinya "kenapa kau tak jujur dari dulu. Kenapa harus menunggu ada korban. Apakah belum cukup keluargaku yang dibunuh. Apakah kau ingin timbul banyak korban lainnya"
Kelana berada di ambang kebingungan. Ia tak tau harus berbuat apa dalam situasi serta kondisi saat ini. Ia bahkan masih terkejut dan tak begitu paham dengan apa yang gadis itu katakan "Ning, aku tak tau apa yang sedang bicarakan. Bisakah kau menjelaskannya dengan lebih rinci kepadaku...."
"Apalagi yang perlu dijelaskan? Kenapa kau tak langsung mengaku bahwa kau adalah cucu dari mendiang raja Mahardika...."
Kelana segera bergerak dan menutup mulut Ningtyas rapat-rapat "diam, jangan bicara terlalu keras. Bagaimana jika ada orang lain yang mendengarnya. Kau tau ruangan ini tak kedap suara"
"Argh" Ningtyas dengan sigap melepaskan tangan Kelana dari mulutnya "kenapa kau tak jujur dari awal, kenapa Kelana" gadis itu tetap berteriak meskipun Kelana sudah memberitahu dirinya.
"Baiklah, aku akan katakan semuanya. tapi setidaknya kau tak bertindak gegabah seperti ini"
"Aku tak akan bertindak gegabah jika saja kau tidak bersikap tak tau apa-apa"
Gadis itu memperlihatkan sebuah jarik yang dipegang di tangannya "jarik yang sama dengan jarik yang berada di kediaman dayang Rumi. Aku ingin tau alasan kenapa kau diam diam menyembunyikan identitas mu? Apakah kau memiliki niat lain. Atau sejak awal kau memang berniat untuk memberontak dan mendapatkan hak mu kembali?"