Chapter 31. Akupunktur

20 4 0
                                    

Ningtyas menodongkan pedangnya ke arah para perampok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ningtyas menodongkan pedangnya ke arah para perampok itu. tak masalah bukan jika mempraktikkan hal yang belakangan ini ia pelajari "jika kalian menginginkan uang, kalian salah orang. Aku bukanlah orang kaya"

"Orang biasa tak mungkin memiliki pedang sebagus itu. Pasti pedangnya mahal bukan!" Sahut ketua perampok itu yang langsung maju dan menyerang.

Beruntung Ningtyas sigap dan berhasil menghindar dari hunusan pedang itu. Pertarungan sengit antara mereka terjadi dalam beberapa waktu. Hingga Ningtyas memenangkan pertarungan itu. Ketua perampok terjatuh dan Ningtyas mengarahkan pedang ke arahnya "jika kau mau menuruti perintahku, maka aku akan menyingkirkan perang ini dari hadapanmu"

"Baiklah, aku akan menurut. tapi, singkirkan dulu pedang itu"

Ningtyas mengangguk, ia kembali menyimpan pedang miliknya "kau bilang bahwa kalian ini perampok yang selama ini mengacau di wilayah Martapura. Apakah kalian merupakan sekelompok yang di perintah oleh orang penting Keraton"

Mereka semua terdiam tak paham dengan apa yang gadis itu katakan.

"Kami hanya golongan rakyat jelata yang pekerjanya hanya merampok. Kami tak punya banyak harta jadi mana mungkin kami berhubungan dengan orang keraton. Apakah kau sedang berbicara omong kosong?"

"Apa perkataan mu itu sungguh-sungguh?"

"Sebenarnya kau siapa? Apakah kau termasuk orang penting di Keraton juga?"

"Sudahlah, tujuanku kesini untuk pergi menuju Keraton Martapura. Begini saja, aku tak akan mengadu tentang kalian pada Panglima besar Martapura. Kalian tau orang itu yang baru saja di lantik bukan, aku dekat dengannya. Jadi kalian tak akan aku laporkan jika kalian bersedia mengantarkan ku menuju Martapura! Bagaimana?"

________

Prameswari dibuat khawatir karena putri keduanya itu tak berada di dalam kamarnya "kemana perginya anak itu?" Batinnya.

"Permisi yang mulia ratu!" Ucapan salam sang tabib baru yang mengobati Kusuma.

"Silahkan masuk tabib"

Sang tabib masuk dan mulai memeriksa kondisi terkini raja Kusuma.

"Bagaimana dengan kondisi suami saya tabib?" tanya Prameswari dengan perasaan khawatir "apa perlu tambahan beberapa jarum akupuntur lagi?"

"Ratu, jika pengobatan akupuntur dilakukan secara berlebihan. Hal itu bisa menjadi pemicu semakin parahnya kondisi raja"

Prameswari menghela nafas panjang "lalu bagaimana lagi supaya raja bisa cepat sembuh? Harus pakai cara pengobatan apa lagi supaya suami saya bisa terbebas dari racun yang berada di seluruh tubuhnya?"

"Saya akan berusaha sebaik mungkin supaya raja bisa pulih kembali. Jika anda menginginkan cara pengobatan lain, maka saya akan mencoba berdiskusi terlebih dahulu dengan rekan saya. Kalau begitu saya permisi"

Prameswari tak tau harus berbuat apa lagi. Suaminya itu sama sekali tak memberikan respon baik untuk kembali siuman. Bahkan sudah banyak cara pengobatan, namun keadaannya tetap tidak membaik.

"Salam ratu!"

Ratu senang mengetahui bahwa Ranu sudah sampai dikediamannya. Ia lantas berdiri dan langsung menghampirinya "Ranu, apakah Ningtyas berada di rumahmu?"

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang