Keramaian yang baru saja terjadi kini berganti dengan kericuhan saat Ratu datang membawa kabar buruk. Raja Mahesa tiba-tiba jatuh sakit dan harus di rawat secara pribadi di rumah tabib. Keluarga keraton berlari menuju kamar Raja Martapura. Seorang raja yang biasanya berdiri tegap dengan ketegasannya, kini terbaring lemas di ranjang.
Sang Raja akan dibawa menuju rumah tabib, tentu saja sang Raja harus memilih siapa pemimpin sementara keraton itu. Kandidat tertinggi ialah Raden Kusuma. Ia yang merupakan putra kedua, sementara putra pertama tidak hadir di keraton Martapura. Keputusan itu membuat semuanya tercengang, apalagi sang ratu. Ia terlihat kesal, kenapa disaat seperti ini Raden Setiawan tak ada di keraton. Jika saja dia hadir disana, pasti kesempatan putra ketiganya untuk menjadi raja akan lebih mudah.
Begitu selesai memilih pemimpin sementara Martapura, sang Raja langsung dibawa pergi dari keraton menuju rumah tabib. Keadaan masih runyam. Banyak orang di keraton yang membicarakan tentang keputusan Raja. Meskipun memang seharusnya itu yang di lakukan, tapi tetap saja mereka tak melupakan kejadian dimasa lalu yang menimpa Martapura, dan itu juga disebabkan oleh Raden Kusuma sendiri.
Barang barang mewah yang berada dikamar itu di hempas serta di lempar begitu saja oleh Keswari. Raut wajahnya itu seluruhnya memerah. Suaminya itu pergi entah kemana, tanpa pamit pada dirinya. Bahkan keputusan Raja itu sangat merugikan pihaknya.
"Bisakah kau tenang sedikit Keswari" ratu datang menyindir apa yang Keswari lakukan.
"Bagaimana saya tidak kesal ibu, disaat seperti ini Raden Setiawan justru tidak ada. Apa dia memberikan pesan pada ibu?"
Mentari berjalan lebih dekat ke arah salah satu menantunya itu "sebenarnya aku kesini juga hendak menanyakan tentang putraku, tapi rupanya istrinya juga tak tau"
"Jika begitu kita harus bagaimana ibu. Raden Kusuma yang menjadi Putra mahkota sementara Martapura, maka akan semakin sulit bagi Raden Setiawan memperoleh posisi itu"
"Sama sekali tak akan ada yang berubah. Apa yang terjadi di masa lalu tidak akan banyak orang lupakan. Raden Kusuma hanya sementara mendapatkan posisi itu. Jikalau dia mempunyai niat untuk bisa menjadi Putra mahkota, itu akan sulit baginya. Masyakarat mana mungkin memilih seorang pelaku pembunuhan berencana menjadi pemimpin mereka"
Keswari lantas tersenyum, apa yang ibu mertuanya ini katakan ada benarnya. Beruntung juga ratu Mentari sama sekali tak tau tentang siapa pelaku sebenarnya tragedi di masa lalu.
"Hanya saja, sayang jika Raden Setiawan melewatkan kesempatan ini. Jika saja Raja memilih dia yang menjadi pemimpin sementara Martapura, pasti dia bisa dengan lebih mudah menarik simpati masyarakat selama Raja tidak ada"
________
Suasana taman keraton saat itu tengah sepi, Ningtyas gelisah setelah tau tentang keputusan Raja. Kenapa ayahnya yang harus dipilih. Aneh, bukankah seharusnya dia senang. Karena itu ia tau bahwa Raja lebih percaya ayahnya yang menggantikan posisi itu untuk sementara.
Meskipun begitu, kejadian dimasa lalu kini kembali membuat pikirannya kalut. Apa yang terjadi dimasa lalu adalah ketika ayahnya itu di beri kepercayaan menjabat sebagai jenderal, namun rupanya itu menjadi bumerang bagi keluarga mereka. Ningtyas takut jika posisi yang ayahnya dapatkan saat ini kembali menimbulkan tragedi mengerikan.