Putra mahkota tak bisa berkutik. Apa yang Ningtyas katakan itu adalah benar. Ibunya yang wafat, membuatnya di boyong ke keraton dan membuatnya memiliki gelar sebagai raden.
"Anda tinggal diluar keraton bukan karena melakukan pendidikan khusus. tetapi karena sedari awal anda tak pernah tinggal di keraton"
"Kau sudah terlanjur mengetahuinya, itu artinya kau tak bisa lolos begitu saja"
"Saya tau, tetapi anda tenang saja. Saya tak akan membongkar tentang rahasia anda, jika saja kakak saya di bebaskan dari hukumannya"
Setyo nampak hanya tersenyum tiap kali mendengar apa yang Ningtyas katakan.
"Bebaskan serta bersihkan namanya, maka tahta anda akan tetap aman. Bagaimana?"
"Kau masih belum tau alasan sebenarnya tentang kakakmu yang di penjara. Kau tau, itu bukan karena dia mencoba membunuh raja. tetapi karena kakakmu itu sudah mengetahui tentang rahasiaku. dan tidak lama lagi kau juga akan menyusulnya"
________
Brak.... Kelana menggebrak meja dengan sangat keras. Ia naik darah begitu mengetahui tabib itu di fitnah "ini tidak mungkin. Bagaimana bisa tabib Hasanah disebut sebagai pelaku"
Mendengar hal itu dari bawahannya, membuat Kelana semakin marah. Ia bergegas keluar dari kamarnya. Berniat hendak menemui Ningtyas. Namun hal itu rasanya sebuah kesalahan yang ia lakukan. Nampak dari kejauhan seorang gadis telah dipelok oleh seorang perwira. Sudah tentu mereka adalah Ningtyas dan Ranu. Rasa cemburu secara tiba-tiba muncul dari hatinya. Kedua tangannya itu di kepalkan. Kepalanya itu seolah disisi antara terhadap mereka berdua.
Merasa kalah dari Ranu, Kelana bergegas menghampiri mereka. Namun usahanya sia-sia kala putri Kinanti memanggilnya "Kelana"
Gadis itu berlari ke arah Kelana "aku mencarimu sedari tadi. Rupanya kau berada disini"
"Kenapa kau mencari ku putri?"
"Kau masih menanyakannya? Apakah aku harus izin terlebih dahulu untuk bertemu denganmu?"
"Bukan begitu...."
Kinanti dengan cepat menggandeng tangan Kelana dan membawanya pergi ke sebuah taman yang sudah dihias oleh banyak bunga.
Kelana sontak terdiam seketika. Bagaimana bisa dia menyiapkan hal seperti ini disaat sepupunya sedang berada dalam bahaya "kau yang menyiapkan semua ini?"
Kinanti mengangguk. Gadis itu menuntun Kelas untuk duduk "Kita akan menjadi suami istri, bukankah kita harus bisa menjadi lebih dekat?"
Air di teko itu dimasukkan ke dalam sebuah cangkir. Warnanya yang tak bening membuat Kelana curiga bahwa itu bukan air biasa "itu...."
"Ini adalah arak Jawa. Seseorang yang minum ini tidak akan bisa mabuk. Jadi kau tak perlu khawatir. Putra mahkota biasanya minum ini di siang hari untuk menghilangkan depresi, jadi kau juga harus melakukan hal yang sama"
"Apa sebenarnya maksud anda?"
"Kelana, jika ayahku berhasil menjadi raja. Maka kemungkinan besar kau akan menjadi putra mahkota. Kelak kita akan menikah dan bersama. Bukankah ini artinya kau harus berada di pihak calon keluargamu?"