Ningtyas terkejut kala ada sebuah kotak besar terletak dikamar nya. Rasa penasaran itu kian membesar, dan gadis itu mulai membuka kotaknya. Ada banyak sekali kebaya dengan sederhana namun elegan di dalam sana. Ningtyas memperhatikan satu persatu kebaya itu "ini sangat indah. Motif dan bahannya juga bagus. tapi, siapa yang mengirimkan ku ini?"
Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Ningtyas bergegas dan membukanya "ada apa?"
dayang junior itu memberikan sebuah surat pada Ningtyas "putri Kinanti menyuruh anda untuk segera menemuinya"
Setelah dirasa dayang itu sudah benar-benar pergi, Ningtyas segera menutup kembali pintu kamarnya. Ia penasaran dengan surat itu lalu membukanya.
"Bisakah kita bertemu di taman bunga keraton. Sudah lama kita tak bertemu dan berbincang bersama. Bagaimana jika kau datang kesini di hari ini juga. Jangan lupa juga kau pakai kebaya yang sudah aku siapkan serta bawalah minuman kesukaan kita"
"Ini pesan rindu pada sepupu atau sebuah perintah dari seorang putri bangsawan pada pelayannya?"
Gadis itu menatap ke arah dimana kotak berisi banyak kebaya itu "rupanya kau yang mengirimkan ini semua"
Ia hanya mengambil satu kebaya dari banyaknya kebaya kain yang lebih mewah. Ningtyas kembali menutup kotak itu.
Menjadi seorang dayang agung membuat keuntungan tersendiri baginya. Ningtyas kini bisa lebih bebas dan leluasa jika hendak melakukan sesuatu "apakah minumannya sudah siap?"
"Sudah dayang" sang dayang junior itu memberikan dua gelas teh hangat ke Ningtyas.
"terimakasih karena telah bekerja keras. Pastikan semuanya aman terkendali"
"Baik"
Ningtyas lanjut untuk pergi ke tempat yang sudah Kinanti tetapkan. Sebuah taman yang sepi, sebuah tempat yang jarang di jajah okeh keluarga bangsawan bahkan para dayang sekalipun. Gadis itu berjalan perlahan sembari memikirkan banyak hal yang ada di kepalanya. dua sepupu itu sudah lama tak bertemu. Ningtyas tak tau harus bagaimana dirinya dalam bersikap. Karena ia sendiri juga mengetahui tentang perbedaan status mereka. dan mengenai kebaya itu, Ningtyas tak tau gak itu sebagai kasih sayang dari seorang sepupu? Atau bahkan hanya sekedar rasa iba belaka.
Ada banyak hal yang sebenarnya sangat ingin ia katakan saat bertemu dengan sepupunya. Namun siapa sangka jika saat ia sampai, ia sudah disuguhi pemandangan yang tak mengenakan ia harapkan.
dua insan itu tengah bersama. Ningtyas tak tau kenapa ada Kelana disini. Bukankah dirinya yang Kinanti undang. lalu kenapa dua orang itu kini justru malah bersama dan terlihat mesra.
Kinanti nampak melangkah lebih dekat. Ia mengangkat tubuhnya sendiri dan mulai mendekatkan bibirnya ke arah Kelana. dan, cup....
Perlahan Ningtyas mulai sadar, bahwa diundangnya dia kesini hanya untuk melihat kemesraan mereka. Hatinya begitu remuk, apalagi setelah tau bahwa Kelana pun juga membalas ciumannya.