Chapter 13. Bahaya

39 8 11
                                    

Keadaan di Martapura semakin kacau kala anak buah dari ketua perampok itu semakin ramai berdatangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan di Martapura semakin kacau kala anak buah dari ketua perampok itu semakin ramai berdatangan. Raja Kusuma semakin kewalahan menghadapi mereka semua.

"Apakah anda sudah mulai lengah raja bengis" ucap ketua pemberontak itu yang membuat Raja Kusuma makin naik darah.

"Jangan pernah sebut aku sebagai raja yang bengis. Jika suatu saat kebenaran terbongkar, maka akan aku pastikan kau tak akan bisa tenang dimanapun kau menetap dan kau sendiri pun akan menyesali setiap hal buruk yang pernah kau lakukan"

Pedang itu saling bersautan. Masing-masing pemiliknya berusaha mengarahkan pedang itu ke arah lawan supaya dia terluka.

Srak.... Pedang itu mengenai dada Raja Kusuma. Bukan hanya perih yang ia rasakan di dadanya, tapi juga kepalanya serta pandangan sedikit kabur. Ia yang tak kuat untuk berdiri lagi akhirnya terjatuh dengan banyaknya darah yang mengalir di sekujur tubuhnya.

Panik, Kelana berlari ke arah dimana Raja Kusuma terkapar "anda terluka parah yang mulia. Biar saya bantu anda untuk berdiri. Saya akan panggilkan tabib untuk mengobati anda...."

Kusuma menentang perkataan Kelana  "tak usah pedulikan aku. Cepat bawa Putri Ningtyas untuk pergi dari Keraton secepat mungkin"

Kelana diambang kegelisahan, ia tak ingin jika Putri Ningtyas terluka. Namun ia juga tak bisa meninggalkan raja begitu saja dalam keadaan dia terluka seperti ini.

Seorang jenderal tertinggi datang dan menyuruh Kelana untuk segera pergi. Mengetahui bahwa sudah ada yang mengamankan raja, Kelana pun merasa sedikit lebih tenang lalu berlari mencari Ningtyas.

________

Ningtyas berada di jalan buntu sekarang. Kini tak tau harus melakukan apa.

"Mau kemana kau tuan putri Pandjaitan?"

"Jika anda mengejar saya, itu artinya kecurigaan saya terhadap kalian selama ini benar. Kalian yang sudah membuat onar di wilayah Martapura, dan kalian juga yang sudah memfitnah ayah saya...."

"Banyak omong kau anak kecil" Keswari mengeluarkan pisau yang sedari tadi ia sembunyikan "awalnya aku hendak berbaik hati. Setelah mendengar perkataan mu tadi, aku rasa harus menghilangkan bukti"

Ningtyas hanya terdiam ketika pisau itu ditujukan ke arahnya. Ia bingung harus berbuat apa. Ia bahkan tak menyangka bahwa Putri Keswari berani menodongkan pisau kearahnya.

Sesaat sebelum Putri Keswari maju selangkah, Kelana dengan sigap melemparkan pedang hingga lengan Keswari terkena pedang itu. Mengetahui bahwa ini adalah kesempatan, Ningtyas segera berlari bersama Kelana untuk bisa keluar dari keraton.

"Arghhhh, dasar kalian para bocah!" Keswari menahan perih di lengannya.

Sementara Kelana menggenggam erat tangan Ningtyas sembari terus berlari keluar dari Keraton. Mereka berlari menuju halaman belakang keraton. Beruntungnya disana belum terjamah oleh pemberontak itu. Sesaat sebelum mereka pergi semakin jauh, Ningtyas berhenti serta melepaskan pegangan tangan itu "aku tidak bisa meninggalkan ayahku begitu saja. Ayahku pasti sedang dalam bahaya. Aku harus kembali dan membantunya...."

Kelana dengan cepat menahan Ningtyas untuk tidak kembali ke wilayah Keraton "insyaallah raja akan baik-baik saja. Sebelum saya kesini, raja memberi perintah pada saya untuk segera membawa anda keluar dari keraton Martapura"

"Jika kau hendak pergi, maka pergi saja sendiri. Keluarga keraton pasti  masih berada didalam. Aku tak bisa tenang jika harus melarikan diri sendiri...."

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang