Chapter 21. titah

24 7 2
                                    

Setelah berhari-hari lamanya, kini Kelana kembali lagi ke daerah dimana ia tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berhari-hari lamanya, kini Kelana kembali lagi ke daerah dimana ia tinggal. Sama sekali tak ia sangka akan kembali ke Panjaitan dengan keadaan yang berbeda. Pergi sebagai rakyat biasa, dan pulang dengan gelar sebagai panglima.

Ia memutuskan untuk pergi hanya dengan 4 prajurit bawahannya. Sengaja ia lakukan supaya dirinya tak begitu mencolok dikalangan masyarakat. Mereka kini tengah berada di balai umum Panjaitan. Kelana menyuruh 4 prajuritnya untuk tinggal sementara, karena ada hal yang seharusnya ia lakukan "kalian diamlah disini sebentar. Aku harus membeli sesuatu. Ingat, jangan pergi kemanapun sampai aku selesai dengan urusanku!"

Keempat prajurit itu mengangguk "baik panglima, kami akan menunggumu sampai urusannya selesai"

Suasan pasar di balai umum itu sangatlah ramai. Sudah sangat lama ia tak menikmati suasana ini, dimana banyak orang bersenang ria melihat pertunjukan tari Gandrung dan juga riuk piuk pedang dan pembeli yang berdebat saat adanya transaksi jual-beli.

Banyaknya bunga indah yang tertata rapi itu menarik perhatiannya. Kelana mendekat dan membeli beberapa lalu kembali menuju Keraton Panjaitan dengan keempat prajurit bawahannya.

Mereka disambut baik oleh Ratu Prameswari yang menggantikan suaminya sementara "salam yang mulia ratu!" Ucap Kelana pada ibu dari Ningtyas.

"Aku kaget melihat kau sekarang menjadi panglima sementara"

Nafas Kelana begitu berat, raja dan ratu Panjaitan pasti sangat kecewa padanya "maksud saya berkunjung kesini adalah untuk memenuhi titah raja Martapura. Beliau ingin saya mewakili Martapura untuk melihat langsung bagaimana kondisi Raja Panjaitan"

"Baiklah!" Prameswari sesaat langsung mengajak Kelana menuju kediaman rahasia dimana sang raja dirawat.

"Kalau saya boleh tau, kenapa tak ada yang boleh mengetahui Raja dirawat disini?"

"Jika orang-orang tau tentang apa yang kini raja alami, pasti para musuh tersembunyi itu tidak akan tinggal diam. Raja mendapatkan tahta itu dengan cuma-cuma. Jika saja mendiang raja sebelumnya tidak mengambil keputusan itu, pasti raja tak mungkin memiliki musuh. Hm sudahlah, mari masuk dan lihat langsung keadaannya"

Kelana masuk sesuai dengan perintah ratu Prameswari. Begitu masuk ia melihat sang raja yang terbaring lemas di ranjangnya. Sejujurnya, ia masih belum paham tentang apa yang baru saja dikatakan oleh Ratu Prameswari. Siapa musuh yang dimaksud? Apakah itu adalah Raden Setiawan dan komplotannya?

Perhatiannya itu juga tertuju pada wanita yang berada tepat di samping raja. Kelana pun memberi salam padanya.

"Hasanah yang selama ini menjadi tabib yang mengobati raja. Kami percaya bahwa kau tak akan membongkar semua ini"

"Hadirnya saya kesini juga untuk meminta maaf pada anda. Saya tidak bisa menjaga amanah yang raja dan ratu berikan pada saya...."

"Maka dari itu kau harus bertanggung jawab. Meskipun rumor itu sudah banyak menyebar, tapi aku sebagai ibu tetap percaya bahwa putriku masih selamat"

"Saya berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada putri Ningtyas. Beri saya waktu untuk bisa menebus kesalahan saya pada anda"

"Sepertinya kau begitu berminat dengan ucapan mu. Kalau begitu, cari dia jika waktu itu memang selamat!"

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang