Begitu sedihnya Kelana saat tau bahwa keadaan di pesantren Kyai sultan ikut kacau. Ranu bilang bahwa sebagian dari mereka di bantai. Namun sayangnya, ia tak tau alasan kenapa mereka di bantai. Bahkan ia juga tak tau siapa dalang di balik semua ini. Ia menyusuri area itu dan menemukan sebuah benda yang mungkin nantinya akan ia pergunakan sebagai bukti.
Kelana mengamati dengan seksama, sebuah busur yang menancap pada tiang. Ia mencabut dan mengetahui keanehan busur itu. Busur yang sama dengan busur dimana ia mendapatkan surat misterius. Apakah orang itu adalah dalang di balik semua ini. Jika memang benar begitu, maka secepatnya ia harus menemukan pemilik busur panah ini.
Suara teriakan terdengar jelas di telinganya. Suara itu begitu kencang, seakan sedang terjadi sesuatu. Kelana berlari menuju arah suara itu. Alangkah terkejutnya dirinya kala tau Ranu berkelahi dengan segerombolan orang berpakaian hitam pekat. Ia pun bergegas lari dan membantu Ranu menyerang mereka. Namun jumlah mereka berbanding terbalik dari para penjahat itu "Kelana, cepat kau pergi dari sini. lindungi warga yang sakit dsn para tabib disana"
"A-apa" jawabnya sembari masih fokus menyerang seseorang dihadapannya. Akhirnya Kelana pun bergegas menuju gubuk dimana para tabib dan pasien berkumpul. Keadaan sudah sangat kacau. Mereka semua tergelatak dan banyak sekali darah ditubuh mereka "tidak!"
Kelana berlari menghampiri beberapa penjahat yang sudah kabur. Kekesalannya itu memicu dirinya untuk semakin cepat dalam berlari. Ia mengambil pisau yang ada di bajunya. Pisau itu di lempar dan tepat mengenai kaki salah satu dari mereka. Sayangnya beberapa dari mereka berhasil kabur. Namun satu orang ini cukup baginya untuk mendapatkan bukti. dicabutnya pisau itu dengan kasar oleh Kelana, hingga orang itu meringis kesakitan. Kelana tak memberikan celah bagi orang itu untuk melawannya. Bahkan Kelana mencengkeram dagu orang itu dengan sangat kuat "beritahu aku sekarang juga, kenapa kau menyerang dan membunuh mereka yang tak bersalah!"
Orang itu semakin meringis kesakitan saat Cengkeraman dagunya berpindah menjadi cekikan di lehernya "b-baiklah, aku akan menjawabnya"
"Cepat katakan!"
"Seseorang dengan gelar Raden itu menyuruhku untuk membasmi semua orang yang berada di wilayah Panjaitan.... Aku sudah menjawabnya, jadi tolong lepaskan tanganmu dari leherku"
"Aku tidak akan melepaskan tanganku, sebelum kau memberitahu siapa nama Raden itu"
"Akhh" penjahat itu semakin kesulitan dalam bernafas "r-raden yang mempunyai gelar tinggi di Martapura. dia yang menyuruhku...." Setelah menjawab, barulah tangan itu menjauh dari lehernya "fyuh"
"Sebutkan namanya!"
"Raden Setiawan"
Sebenarnya Kelana tak begitu terkejut kala penjahat itu adakah Raden Setiawan. Namun ia tak menyangka bahwa orang itu bisa bertindak sekejam ini.
Kelana sigap menodongkan pedangnya ke arah penjahat itu.
"Aku sudah mengatakan semuanya, kenapa kau tak mau melepaskan ku?"
"Ikutlah aku ke Martapura. Akan aku bawa kau untuk menjadi bukti"
"tolong biarkan aku pergi. Bukankah aku sudah menjawab semuanya"