Brakkkkk.... Meja itu di gebrak dengan sangat keras oleh putra mahkota "bisa-bisanya kalian kehilangan jejak. Aku sudah menyuruh kalian mencari tempat tinggal mereka dan membunuh mereka pada saat itu juga"
"Maafkan kami putra mahkota. Kami kehilangan jejak saat baru mengetahui tempat persembunyian mereka.
Ketua prajurit itu mengeluarkan sebuah kain penutup "kami menemukan benda ini di rumah itu putra mahkota"
"Itu artinya, pemilik kain penutup inilah yang sudah membawa mereka pergi. lekas panggil dayang agung kemari"
"Baik!"
Ia yang tiba-tiba saja dipanggil oleh putra mahkota sangat khawatir. Namun ia berusaha menutupi semua rasa khawatir itu. Ketika ia hendak sampai, Kelana rupanya menghampiri dirinya. Orang itu menyuruh dirinya untuk tetap tinggal dan tak mengunjungi putra mahkota.
"Kelana, kenapa kau mencegahku?"
"Karena aku ingin melindungi mu. Aku dengar putra mahkota sudah mengetahui tentang diriku dan juga kediamanku sebelumnya. Kau sudah meninggalkan bukti yang membuat dia curiga bahwa kau yang sudah membawa dayang pengasuhku ke keraton"
Kelana lantas memegang tangan Ningtyas "lekas pergi ke tempat yang aman. Jangan sampai mereka menemukanmu. Buat dirimu agar tetap berada di tempat yang aman. Jangan lakukan apapun yang membuat dirimu berada dalam bahaya" Kelana sontak melepas pegangan itu dan segera pergi menuju kediaman putra mahkota.
Ningtyas sendiri memilih untuk menurut pada Kelana. Karena ia rasa apa yang dikatakannya itu memang benar. Ia harus tetap berada dalam situasi yang aman. Namun meskipun begitu, ia tak bisa berdiam diri saja "aku tak bisa terus diam seperti ini"
Gadis itu diam-diam menyusup keluar dari keraton. Ia berjalan dengan cepat untuk segera sampai ke tempat tujuannya. tibalah ia disebuah gubuk kecil. Sebuah rumah yang sedari awal sudah ia siapkan untuk dayang Rumi "bagaimana keadaan anda? Apakah anda baik baik saja?"
"Sejauh ini aku baik baik saja. Mereka semua sama sekali tak ada yang mencurigai diriku"
"Baguslah, mana mungkin mereka mengenal seorang dayang. Sedangkan pemimpinnya saja terkadang mereka tak mengenalinya"
"Jadi, bagaimana? Apakah kau sudah membuat keputusan?"
Suasana di depan kamar raja itu sangat ramai meskipun sang raja masih sakit. Banyak prajurit serta dayang dayang terpercaya berjaga di area sekitar kediaman itu.
"Aku sudah memastikan bahwa tak ada yang bisa keluar masuk sembarangan ke kamar raja kecuali tabib itu sendiri. Bahkan ratu pun tak di perbolehkan untuk masuk"
"Bagus kalau begitu. Sebisa mungkin raja harus sembuh dan memimpin keraton Martapura seperti hari hari biasanya. Kesehatan raja itu sangat berpengaruh dalam waktu yang kita milikki. Jika raja tetap sehat, putra mahkota tidak akan bisa naik tahta secepat itu"
"Itu adalah rencana yang bagus. tetapi saya penasaran, kenapa anda tak mempunyai niatan untuk mencelakai raja sekarang. Anda mahir dalam ilmu bela diri. Apakah anda tak menggunakan hal itu sebagai kesempatan yang baik. Bukankah anda ingin membantu mantan ratu yang memang merupakan sahabat anda sendiri"