Kondisi raja kian memburuk. tabib dari daerah lain mulai dipanggil untuk membantu pengobatan. Sementara seorang dayang yang pernah membawa minuman yang diminum raja ditangkap dan di penjara. Mendengar kabar itu membuat Ranu murka. Namun apa daya, ia tak bisa melakukan apa-apa.
Ia yang meskipun bergelar perwira, namun tetap saja pangkatnya itu tak cukup untuk membantu sang adik. Mendengar hal itu pula, Ningtyas kini khawatir dengan keadaan mereka berdua. Ia yang ingin berkunjung ke kamar Ranu, tiba-tiba saja dikejutkan dengan keadaan yang ada disana.
Kamar yang sangat berantakan. Barang-barang berserakan dimana-mana. Ranu terlihat sedang duduk dan meminum sesuatu. Ningtyas sangat terkejut saat tau bahwa sahabatnya itu meminum arak.
"Ranu hentikan" gadis itu dengan sigap membuang semua minuman arak itu. Ia memandangi sahabatnya itu yang tengah menangis. Keadaanya begitu menyedihkan. Jika dirinya berada di posisi yang sama, pasti dia pun kemungkinan akan melakukan hal yang sama seperti ini juga.
"Kau boleh marah, tapi tak harus dengan mabuk seperti ini"
Ranu yang tak memberikan jawaban apapun, membuat Ningtyas mendekat dan lekas memeluknya. Kepalanya itu disandarkan di pundak gadis itu. Sedangkan Ningtyas sendiri menggerakkan tangannya mengelus lembut rambut Ranu "aku yakin Sari akan baik baik saja. Sebisa mungkin kita harus mencari bukti dan bisa membebaskan Sari dari hukumannya"
Bunyi gong terdengar menggema di seluruh keraton. Mereka berdua sama-sama menyadari bahwa proses hukuman pasti segera dilaksanakan. Mereka dengan sigap beranjak dan berlari keluar kamar.
Ranu berlari tanpa henti, meskipun dengan kakinya yang terluka akibat berjalan tanpa alas kaki di atas bebatuan runcing. Begitu sampai, Ranu mengeluarkan pedang dan berusaha menyerang para prajurit "lepaskan adikku sekarang juga"
Para prajurit tidak menggubris, justru mereka balik menyerang Ranu meksipun tau bahwa dia adalah atasan mereka. tentu saja dengan keahlian yang Ranu milikki, prajurit itu bisa tumbang dalam waktu yang tak lama. Namun ia goyah ketika sebuah panah sedikit meleset dan mengenai lengannya. Ia meringis kesakitan kala menyadari bagian lengannya yang robek akibat panah tadi. Ia melihat ke arah dari mana busur itu, alangkah terkejutnya kala tau bahwa orang itu adalah putra mahkota.
"Perwira Ranu. jika kau berusaha untuk membela pembunuh raja, maka kau pun akan dianggap sebagai pengkhianat dan menerima hukuman yang sama"
Ningtyas berada di tempat yang sama namun ia pun gak bisa melakukan apa-apa. Hingga gong dibunyikan untuk kesekian kalinya. Ini adalah bunyi gong terakhir yang artinya waktu hukuman itu telah tiba. Ningtyas berusaha berlari ke arah tempat dimana Sari dihukum, namun beberapa prajurit justru menghadang dan menangkapnya.