Chapter 83. Ungkapan

11 3 0
                                    

Kinanti dengan berat hati serta kesedihannya yang menumpuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kinanti dengan berat hati serta kesedihannya yang menumpuk. Ingin mengungkap semuanya, namun bibirnya itu seakan berat untuk digerakkan "sebelum itu, ada hal  penting yang hendak saya ucapkan pada kalian semua yang berada disini.... Saya ingin mengungkapkan tentang kematian raja Mahardika. Raja pertama yang mendirikan negeri Martapura. Semua orang mengira bahwa mendiang raja meninggal karena penyakit tua yang dideritanya. Hal itu memang benar, tapi ada hal lain lagi yang belum diketahui. Meskipun mempunyai penyakit yang berbahaya, namun mendiang raja bukan meninggal karena penyakitnya. Mendiang raja Mahesa berada di takhta nya dengan cara yang kotor, begitu pula dengan raja sekarang. Bukti autopsi raja Mahardika ada di tanganku sekarang. Untuk menghentikan kesalahpahaman yang selama ini terjadi, saya berharap tahta itu kembali pada pemilik yang sebenernya. Keturunan terakhir dari raja Mahardika masih hidup dan berada di keraton ini sekarang"

Semua orang terkejut dengan pengungkapan putri Kinanti. Bagaimana tidak, fakta yang mereka ketahui selama ini rupanya bukan fakta yang sebenarnya. terlebih lagi tentang keturunan Raja pertama Martapura yang dibicarakan.

"Kelana, dia adalah cucu pertama dan terakhir dari mendiang raja Mahardika. dialah yang harus menduduki tahta raja yang sebentar lagi akan kosong"

"Apa yang anda maksud kosong putri?" Sahut Panglima.

"Panglima, bisa beri saya waktu lebih untuk berbicara!"

Sang panglima sontak terdiam. Ia seolah tak mampu berbicara apa-apa lagi.

"Keraton Martapura ini harus berada di tangan pemilik yang sebenarnya. Kelana...." Kinanti kini menunjuk pada mantan panglima itu "rencana anda kini akan lebih mudah setelah ini. Pimpinlah Martapura dengan baik dan benar. Anda harus bisa membuktikan hal itu pada semua rakyat Martapura. Salam yang mulia raja"

Secara tiba-tiba semua orang menunduk dan memberi salam pada Kelana "salam yang mulia raja"

Keadaan kini benar-benar berubah. Kepemimpinan Raka kini kembali berganti. Martapura kini sudah berada di tangan cucu dari mendiang raja yang membangun negeri ini.

Penobatannya sebagai raja di lakukan pada hari itu juga. Semua orang yang terlihat dengan Kelana di bebaskan dari tuduhan pengkhianatan.

"Ranu, kita benar-benar bebas bukan?"

"Benar, kita memang sudah bebas" jawabnya mengangguk.

"Apakah Kelana sudah berhasil menyelesaikan rencananya? Sepertinya aku harus memastikan itu!" Ningtyas secara tiba-tiba meninggalkan Ranu entah kemana. Gadis itu hanya berjalan di area keraton tanpa tau tujuan ia harus kemana. Hingga seorang dayang dayang menghampirinya. Mereka nampak memberikan salam pada dirinya. Ningtyas pun kebingungan akan hal itu. Karena yang ia tau dirinya itu bukanlah seorang bangsawan, lalu kenapa ia dihormati sekarang "yang mulia raja menyuruh anda untuk datang ke kediamannya"

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang