2

2.7K 236 5
                                    


Jimin duduk disudut tempat tidurnya.Pintu kamarnya tertutup rapat,lampu kamarnya masih padam.Hanya sinar matahari yang sedikit menyeruak masuk disela sela gorden kamarnya.Jimin membalut tangan kanannya dengan perban putih besar.Darah masih menetes di ujung tangannya.Ia mencoba menggerakkan tangannya,ia cukup yakin kalau itu tidak mematahkan tulangnya,maka dari itu dia mengobati luka lukanya sediri dan tidak pergi ke rumah sakit.Walaupun semua orang disekitarnya sudah siap mengantarnya ke rumah sakit.

Sekujur tubuhnya sakit.Sekuat dan setengar apapun dirinya,luka luka di sekujur tubuhnya terlalu banyak untuk tidak ia rasakan.Ia menoleh ke cermin di lemari pakaiannya dan nyaris tidak mengenali wajahnya sendiri karena luka lebam dan robek di pelipisnya.Namun sesakit apapun luka di tubuhnya,masih lebih sakit luka dihatinya.Jika John benar benar meninggalkan dunia ini,maka bisa dibilang ia hidup seorang diri lagi.Ia memang menjadi yatim piatu sejak 17 tahun yang lalu tapi setidaknya sosok John membuatnya melewati masa masa remajanya dengan selamat.Jika tidak ada orang itu,mungkin ia sudah tenggelam menjadi orang yang tidak berguna di pusat rehabilitasi dan keluar menjadi gelandangan.

Bagi Jimin,John lebih dari sekedar gembong narkoba yang ditakuti lawan-lawannya,baginya John adalah orang tua pengganti yang dikirimkan tuhan padanya.

Pintu kamar diketuk membuat Jimin mengalihkan pandangannya.

"Masuk"

Pintu kamarnya terbuka dan terlihat seorang pria berbadan tegap melangkah masuk kedalam.

"Tuan John memanggil anda keruangannya sekarang"

Jimin menggunting ujung perban dan menyelipkan nya ditangannya singkat dan akhirnya menjawab.

"Aku akan segera kesana"jawabnya sambil mengambil tissue dan menghapus noda darah di wajahnya.

100 orang anak buah John berbaris di sepanjang koridor menuju kamar pimpinan tertinggi mereka.

Di tahun awal Jimin mengikuti John,anak buah ayah angkatnya itu selalu menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.Beberapa dari mereka memang telah menjadi anak buah John selama belasan tahun lamanya.Wajar jika mereka tidak senang dengan kedatangan tiba tiba seorang anak emas seperti Jimin.Namun setelah pertarungan liar selama 3 hari itu, tatapan mereka berubah 180 derajat.Beberapa dari mereka bahkan dengan sukarela membungkukkan badan memberi hormat saat Jimin berjalan melewati mereka.

Jimin mengetuk pintu kamar ayah angkatnya disambut suara samar didalam mengijinkannya masuk.

"Bagaimana keadaanmu?Benar kau tidak perlu kuantar kerumah sakit?Patah tulang lebih baik diurus oleh yang berpengalaman jika kau tidak ingin lumpuh diusia tuamu nanti"ujar John

Jimin menggelengkan kepalanya.Dengan langkah masih terseok Seok,ia menghampiri kursi terdekat dengan ayahnya dan duduk disana.

"Tidak ada tulang yang patah.Aku akan baik baik saja,tidak perlu repot-repot ke rumah sakit sebaliknya tidakkah lebih baik jika kau yang dirawat di rumah sakit?"

"Sudah kubilang,aku lebih memilih mati sekarang daripada mati besok"sahut John dengan nafas yang tersengal sengal.

"Aku sudah melakukan hal pertama sesuai keinginanmu, apalagi yang harus kulakukan sekarang?"

"3 hari ini istirahat dan pulihkan tubuhmu dulu.Setelah itu,kita akan melakukan hal yang kedua"

*****

Roseanne Park turun dari bus yang membawanya ke pemberhentian bus terdekat dengan rumahnya.Ia masih harus berjalan selama 15 menit tapi setidaknya ia bisa menghemat banyak jika ia pulang pergi dengan bus.Usianya baru mencecah 22 tahun dan dia bekerja sebagai staf biasa di salah
satu bank.Ia tidak berharap mempunyai karir cemerlang,ia hanya berharap gaji bulanan nya cukup untuk menghidupi kebutuhannya sendiri dan menabung untuk melunasi hutang papanya.

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang