54

1.2K 224 20
                                    


Rose berusaha untuk meyakinkan dirinya setiap hari kalau ia sedang tidak bermimpi.Meskipun terkadang ia sering bertanya tanya,mungkinkah sebenarnya saat ini ia masih pingsan dari peristiwa menggerikan yang terjadi di mall itu dan bermimpi panjang di sela sela ketidaksadarannya.

Itu karena apa yang terjadi padanya beberapa waktu terakhir ini terlalu baik untuk dibayangkan.

Sudah 2 minggu sejak Jimin keluar dari rumah sakit dan hingga detik ini pria itu masih tinggal di apartemen kecilnya.Sekalipun ia tidak pernah mengungkit soal kembali ke rumah mewahnya.Memang mungkin ia sama sekali tidak ingat jika ia punya rumah ratusan kali lipat lebih besar dari apartemennya ini.

Namun bagi Rose,bisa menghabiskan waktu berdua sepanjang hari seperti ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan.Karena ia tidak pernah punya keinginan terlalu muluk muluk soal hubungan percintaannya dengan pria ini.Ia hanya berharap bisa menghabiskan hari hari berdua dengan membosankan seperti sekarang.Maka itu sudah lebih dari cukup.

"Ceritakan bagaimana awal kita saling mengenal,Rose"ujar Jimin sambil membantu Rose megupas bawang putih untuk menu makan malam mereka.

"Awal pertemuan kita sangat memalukan untukku"

"Memalukan untukmu? Berarti impresif untukku"

"Aku mengenalmu karena papaku yang meminjam uang padamu.Kau tahu,kau mengenakan bunga yang mencekik untuk setiap orang yang meminjam padamu.Aku mewakili papaku melunasi hutang itu dan saat itu,aku benar benar sudah kehabisan sumber dana,jadi aku datang ke rumahmu untuk meminta tolong padamu supaya merendahkan suku bunga pinjaman dan memberi tambahan waktu pelunasan"

"Apakah aku mengabulkan permintaan mu?"

"Tentu saja tidak!Saat itu,kau lebih dingin dari es batu.Aku tidak pernah melihat pria yang tidak punya perasaan sepertimu!"tukas Rose.Jika mengingat kembali ia pertama bertemu dengan Jimin di halaman belakang rumah pria itu,maka rasanya Rose ingin mengomel.

Jimin tersenyum sendiri membayangkan kisah yang sama sekali tidak berbekas di memorinya saat ini.

"Lalu ceritakan bagaimana akhirnya kita bisa berpacaran"

"Pacaran?Kita berdua tidak pernah pacaran"

"Tidak pernah?Lalu kita tiba tiba menikah begitu?"

Rose mengangguk sambil tersenyum sendiri mengenang masa masa mencekam sekaligus mendebarkan untuknya saat itu.

"Menikah denganmu adalah taruhan terbesar yang aku lakukan dalam hidupku"sahut Rose.

"Aku tidak tahu kau senekat itu,Rose"

"Saat itu,aku memang nekat sekaligus terdesak.Aku tidak punya pilihan lain selain menikah denganmu,karena itu adalah kesepakatan yang kita buat"

"Kesepakatan pernikahan?Apa maksudmu?"

"Kau menolong papaku saat ia hampir kehilangan nyawanya di rumah sakit karena serangan jantung.Saat itu kau lebih hebat dari dokter manapun di dunia ini.Kau membuat papaku selamat dan saat itu kau memintaku untuk setuju menikah denganmu jika papaku bisa lewat dari serangan jantungnya"

Jimin terdiam.Ia tidak terdengar terlalu senang mendengar cerita lanjutan itu.

"Apakah kau menikah karena mencintaiku?"tanya Jimin.

Rose tersenyum penuh arti.

"Kau pasti tidak ingat tentang apa yang kau katakan padaku soal cinta"

"Apa yang aku katakan padamu?"

"Kau tidak percaya pada cinta.Menurutmu cinta itu hanyalah gangguan hormonal dan tidak akan berlangsung selamanya"

"Bagaimana denganmu,apa kau percaya pada cinta?"

"Itu tidak penting.Aku hanya ingin kau tahu kalau akhirnya kita berdua merasakan cinta dan aku tidak peduli apakah itu gangguan hormonal atau kegilaan sesaat,aku hanya merasa bersyukur karena bisa merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta begitu dalam pada seseorang"

Perlahan wajah Jimin kembali cerah seperti sedia kala.

"Aku rasa aku mengerti kenapa aku jatuh cinta pada wanita sepertimu"

"Kenapa?"

"Karena kau adalah wanita dewasa yang bijaksana.Kau selalu bisa menenangkan keraguanku"

Rose meletakkan pisau yang ia pegang di atas meja dan melangkah menghampiri Jimin.

"Aku hanya ingin kau mengingat kembali perasaaan yang kau rasakan padaku,Jimin"

Jimin tersenyum lembut dan mengecup singkat bibir Rose.

"I'II do my best.I look forward to falling in love with you again,Rose"

*****
Sama seperti semua mimpi, sepanjang apapun itu,tetap akan berakhir saat kenyataan menyeruak.Malam Rose baru saja memadamkan lampu tidur di kamarnya ketika ponsel milik Jimin berdering.

"Ini nomor Taehyung"ujar Jimin membaca nama yang tertera di layar.

Rose menelan ludahnya.Taehyung menelepon malam malam seperti ini,hampir sudah bisa dipastikan ini bukanlah hal baik.

Jimin mengangkat telepon itu dan bukan suara Taehyung yang terdengar disana.

"Jadi benar,Park Jimin sedang sekarat"ujar suara di seberang sana.

"Siapa ini?"tanya Jimin tetap tenang.

"Aku datang mengunjungi kediamanmu dan kecewa karena tidak menemukanmu disini.Akhirnya anak anak buahmu yang harus membayar atas kekecewaan ku itu"

"Siapa kau?"tanya Jimin sekali lagi.

"Aku hanyalah orang penting yang namanya bahkan tidak pernah cukup penting bagimu saat ini"

"Biarkan aku bicara pada Taehyung"

"Taehyung?Coba aku lihat,aku tidak yakin ia punya tenaga untuk bicara denganmu.Tapi biar aku coba"

Detik demi detik berlalu, sebuah suara lirih terdengar.

"Jim..."

"Taehyung,siapa mereka?"

"Agen dari Hongkong.Agen lama yang pernah mencoba untuk membunuhmu dan akhirnya kau putus kontrak kerjasamanya,mereka mendengar soal kau kecelakaan dan hampir meninggal,kau tenang saja kami--"

"Apa kau terlalu sekarat untuk membela seluruh anak buahmu disini?"tanya suara asing itu lagi.

"Jadi, setelah gagal membunuhku dulu, sekarang kau pikir bisa membunuhku karena aku sedang sekarat,begitu"tanya Jimin sinis.

"Hahahaha,Park Jimin kau selalu sombong"

"Urusanmu denganku,jangan buat dirimu lebih menyedihkan dengan mengalihkan urusan kita dengan anak buahku"ujar Jimin lalu mematikan sambungannya.

Jimin turun dari tempat tidur diikuti Rose dibelakangnya.

"Jimin apa yang kau lakukan?!Ini bukan main main,ini bahaya!"

Jimin membuka kaos yang dikenakannya saat ini dan mengganti pakaiannya.

"Aku tidak ingin ada satupun anak buahku yang terluka karena diriku.Mereka mungkin adalah anak buahku,tapi jelas aku tidak memperkerjakan mereka agar mereka bersedia mati untukku"

"Sebentar!Aku tidak tahu sampai mana Taehyung menceritakan tentang kehidupan dulu.Tapi jika ini seperti yang aku katakan,maka ini bisa membahayakan nyawamu!Orang orang itu mungkin menggunakan senjata tajam,bahkan senjata api!!"

"Dimana alamat rumahku?"tanya Jimin tenang,sama sekali tidak terkejut dengan apa yang Rose katakan tadi.

"Aku akan ikut denganmu!"

"Jangan bercanda!Aku tidak mungkin membiarkanmu pergi denganku!"

"Saat ini,hanya aku yang bisa mengantar mu ke rumahmu secepatnya"seru Rose, berusaha untuk menegarkan dirinya.

"Kau sendiri yang bilang ini mengancam nyawa"

"Nothing will come between us,aku akan menghadapinya bersamamu"






CONTINUE~

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang