Rose merebahkan dirinya di kasur empuknya.Hari ini adalah hari panjang yang melelahkan.Barusan ia baru saja selesai berbicara dengan papanya lewat telepon.Ia berpura pura jika hari harinya tidak terjadi apa apa.Tentu saja Rose selalu merasa tidak enak setelah harus berbohong pada papanya.Papanya masih juga berusaha membujuknya untuk bercerai dengan Jimin dan mencari pria lain yang lebih aman untuk mendampinginya.
Rose menatap langit langit kamarnya, membiarkan pikirannya melambung kemana mana.
Apa jika ia menikahi pria yang lebih baik dari Jimin akan membuatnya lebih bahagia?
Apa ia hanya bisa mencintai Jimin seumur hidupnya?
Bagaimana jika Jimin menolak untuk mengakhiri sepak terjangnya di dunia gelap?
Seluruh lamunan hanya membawanya pada helaan nafas panjang lagi dan lagi.
Selepas minggu yang penuh kejutan untuk Rose,hari hari selanjutnya kembali normal dan membosankan.Setiap hari ia akan berangkat kerja dan pulang di sore hari.Kemudian menghabiskan malam dengan duduk di depan televisi menonton film kegemarannya.
Jimin?Pria itu sudah tidak pernah memunculkan dirinya lagi setelah kejadian dirinya dan Cavin bertengkar di apartemen Rose 2 minggu yang lalu.
Sesekali pria itu mengirimkan pesan basa basi,namun tetap saja itu tidak cukup untuk Rose.Apa yang ia inginkan adalah bertemu dengan pria itu,Rose merindukannya.Sangat aneh, rasanya Rose ingin selalu berada disamping Jimin.Tidak sering melihatnya,ia seringkali berpikir apakah Jimin melakukan hal berbahaya lainnya saat ini.
Akhir akhir ini juga dirinya kurang sehat.Jujur saja Rose sangat merasa aneh pada dirinya sendiri, dirinya yang selalu berselera makan kini sudah tidak.Mood nya juga seringkali berubah.Ia sering merasa kepalanya pening juga terkadang ia sering mual,padahal sebelum ini dirinya tidak merasakan itu semua.
Rose kembali menghela nafasnya.Ia meraih ponselnya lalu mengirim Jimin pesan singkat.
1 menit berlalu,30 menit berlalu,1 jam berlalu tanpa tanggapan.Rose melemparkan ponselnya sembarangan arah lalu berguling guling di atas sofa sambil tidak hentinya menberi umpatan pada Jimin.
Rose berhenti seketika apabila pintu apartemennya diketuk atau lebih tepatnya digedor dari luar.
Rose sempat ragu untuk membuka pintu namun suara dari luar membuatnya bernafas lega.
"ROSE!!"
Itu suara Jimin.Rose buru buru membukakan pintu dan langsung tersenyum lebar ke arah Jimin yang sedang menatapnya khawatir.
"Jimin!"serunya gembira lalu segera memeluk pria itu.
Setelah Rose melepaskan pelukannya,Jimin memegang wanita itu seperti anak kecil.Raut wajahnya terlihat khawatir.
"Kau sakit apa?!Kita ke rumah sakit sekarang!!"
"H-hanya tidak enak badan.Kita tidak perlu ke dokter,ini hanya biasa"sahut Rose meneruskan kebohongannya karena tidak mungkin ia bilang jika ia sedang berbohong hanya karena ingin bertemu dengan Jimin bukan?
"Kau yakin??"
Rose mengangguk dalam dalam.
*****
Jimin,pria itu duduk diatas sofa dengan Rose disampingnya yang sedang memeluk lengannya erat.Jimin bingung pada kelakuan wanita itu hari ini.Biasanya Rose akan canggung padanya namun kali ini tidak.Wanita itu malah ia tidak mau dirinya pergi selangkahpun dari sisinya."Aku yakin ia akan menjadi juara 1"celetuk Rose.Mereka sedang menonton acara pencarian bakat menyanyi di televisi.
"Semua orang itu bisa menjadi juara 1 tapi tidak berarti ia akan menjadi penyanyi yang sukses"sahut Jimin.
"Jika juara 1 tidak bisa menjadi penyanyi yang sukses,maka apa nasib orang orang seperti dirinya"
"Pada akhirnya penyanyi sukses adalah seorang yang bisa membuat semua orang merasa rela membuang uang untuk membeli albumnya, menonton konsernya,dan juara 1 sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua itu,......sama seperti aku"
Rose menatap pria itu bingung.
"Apa maksudnya?"
"Aku punya cukup uang,punya rumah yang megah,punya mobil yang mahal,aku bisa membeli apapun yang aku inginkan, bukankah cukup tepat jika aku merasakan diriku adalah orang sukses?"
"Kau tidak perlu menjadi orang yang sukses jika begitu.Jika kau bersedia memulakan lembaran baru bersamaku,maka aku yang akan membiayai hidupmu jika perlu!!"
Jimin menoleh menatap Rose lalu tertawa keras.Seolah ia baru saja mendengar lelucon paling lucu.
"Baiklah,apa yang salah dari perkataan ku?"tanya Rose sambil cemberut.
"Aku tidak menyangka akan ada hari dimana seseorang berkata akan membiayai hidupku"
"Jangan meremehkan ku!Aku punya gaji yang cukup dan bisa memastikan kita dapat makan tiga kali sehari"ujar Rose lalu melepaskan pelukannya pada lengan Jimin dan menatap pria itu dengan wajahnya yang masih cemberut.
Jimin kembali menarik Rose ke dalam pelukannya sambil tersenyum lebar.
"Aku lega sekali mendengarnya, setidaknya aku tidak akan menjadi gelandangan saat meninggalkan duniaku,kau harus berjanji untuk tidak membuangku di jalanan,ya"
"Tentu saja aku tidak akan membuang mu!!"
Jimin menarik ujung dagu Rose,memaksa wanita itu menatap kearahnya.Tidak sadar ia tersenyum melihat tatapan lembut Jimin.
"Berikan aku waktu....3 bulan maksimal untuk membereskan urusanku di duniaku, setelah itu aku akan datang padamu"
Tepat setelah itu Jimin mendaratkan bibirnya pada bibir Rose.
•
•
•
•
•
CONTINUE~🤰??
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...