15

1.9K 241 21
                                    

Papa Rose ditangani cepat Singapore itu.Saat Rose dan Jimin tiba disana,papanya sudah masuk ke dalam ruangan operasi dan pemasangan ring.Rose dan Jimin hanya bisa duduk diruang menunggu hingga operasi selesai dilakukan.

Jimin menoleh kearah Rose yang terlihat kalut dan sesekali mengusap ai matanya yang mengalir.

"Kau mau merokok?"

"Aku tidak merokok"dalam hati Rose tidak percaya jika pria itu baru saja menawarkan rokok padanya.

"Kita makan saja,kau belum makan sejak tadi karena aku"sahut Rose,ia merasa bersalah karena membuat pria yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusannya itu kelaparan karenanya.

*****

Mereka turun di cafetaria rumah sakit dan membeli makanan disana dan mulai memakannya.

"Terima kasih sudah mau membantu papaku"ucap Rose memulai percakapan.

"Simpan ucapan terima kasihmu itu hingga papamu benar benar selamat"

"Siapa namamu?Aku tau ini terlambat tapi aku tidak tau siapa namamu"

"Kau tidak tahu namaku?Lalu nama apa yang kau gunakan untuk menyimpan nomorku di ponselmu?"tanya Jimin penasaran.

Rose mendadak terdiam.Ia tidak mungkin mencelakakan dirinya sendiri karena memberitahu pria ini jika nomornya ia simpan dengan nama bertuliskan 'Bos Lintah Darat' bukan?

"Kau tidak perlu tahu!Jadi siapa namamu mu?"tanya Rose sekali lagi.

"Jimin.Namaku Park Jimin"

*****

Operasi sudah berlangsung selama 5 jam dan belum ada tanda tanda akan segera berakhir.Rose dan Jimin seperti patung yang tidak melakukan apapun selain duduk diam menunggu.

"Kenapa kau melakukan semua ini? Maksudku,kau tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal ini untukku.Jujur saja, penawaran yang kau berikan bukan saja aneh tapi penawaran itu tidak ada untungnya untukmu"ujar Rose.Penawaran dari Jimin tidak terdengar masuk akal meskipun ia sudah memikirkannya berulang kali.

Jimin tidak segera menjawab pertanyaan Rose,seolah itu juga pertanyaan untuk dirinya sendiri.

"Karena aku tahu bagaimana rasanya kehilangan keluarga"jawabnya setelah sekian lama terdiam.

"Keluargamu juga ada yang sudah tiada?"tanya Rose hati hati.

Jimin tersenyum seolah olah itu pernyataan yang menggelikan.

"Seluruh anggota keluargaku sudah tiada"jawabnya enteng.

Rose langsung menutup rapat mulutnya.Ia menyesal mulai membuka percakapan soal ini.Bagaimana jika pria ini tersinggung karena perkataannya

"Ada pertanyaan lain yang kau ingin tanyakan?"

"Berapa usiamu sekarang?"

"Tidak seumur denganmu"

Rose mendengus menahan kekesalannya.

"Tentu saja aku tau kau lebih tua dariku, tepatnya berapa usiamu sekarang?"

"25 tahun"jawab Jimin singkat.

Rose hanya mengangguk anggukkan kepalanya.Maknanya pria ini hanya 3 tahun lebih tua darinya.Tapi kenapa pria berusia 25 tahun ini sangat menakutkan berbanding pria pria tua yang lain?

"Aku hanya 3 tahun lebih tua darimu,tapi kau terlihat seperti seorang anak TK bagiku walaupun usiamu sekarang sudah 22 tahun"cetus Jimin.

Rose melirik jengkel.Ia mulai menghitung seberapa kali ia kehilangan wibawanya didepan pria ini.

"Jika kau menganggapku seperti anak TK lalu kenapa kau mau masih mengajukan penawaran itu,huh!"sinis Rose.

Namun Rose tidak mendengarkan apa apa balasan dari Jimin karena lampu ruangan operasi berubah menjadi hijau yang berarti operasi sudah selesai.Jantung Rose sudah berdegup tidak keruan.

*****
Rose mendengarkan penjelasan dokter yang menangani papanya dengan serius.Ia baru bisa bernapas lega setelah dokter memastikan untuk kedua kalinya jika operasi berjalan lancar dan papanya akan dari obat bius sekitar 6-3 jam lagi.

"It was the best decision to bring your father here as soon as possible because if it late just for a little bit,maybe the operation would not be as smooth as it was.So you can rase assured for now"setelah mengatakan itu dokter tersebut langsung pergi.

Jimin ikut menarik napas lega.Jika nyawa papa Rose masih tidak bisa tertolong setelah begitu banyak uang yang ia keluarkan sepanjang ini,maka itu merupakan kerugian sesungguhnya bagi Jimin.

Rose menoleh kearah Jimin dan spontan memeluk tubuh tegap pria itu dengan rasa penuh terima kasih.

Jimin yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa mematung terdiam.Ia nyaris tidak pernah berada dalam situasi dimana ia tidak tahu ia harus berbuat apa seperti sekarang.Terlalu banyak kekerasan dalam hidupnya hingga tidak tahu bagaimana menyikapi sebuah pelukan.

*****

Rose berada dirumah sakit semalaman.Ia tidak ingin meninggalkan papanya sedetikpun,setidaknya sampai papanya sadar.Ia sudah menghubungi atasannya dan lega karena atasannya bisa mengerti kondisinya saat ini dan bisa mengerti kondisinya saat ini dan memberikan ijin untuk tidak masuk kerja beberapa hari kedepan.

Entah sejak kapan Rose sudah tertidur di ujung tempat tidur papanya dan terbangun saat seseorang menepuk pundaknya.Seorang perawat masuk untuk mengecek infus dan suhu tubuh papanya.Perawat itu lalu memberikan secarik kertas padanya.

"The man at outside give it to you" ucapnya tersenyum lalu keluar.

Rose membuka lipatan kertas itu lalu sebuah tulisan tertera disana.

'Aku kembali ke Seoul.Aku akan menghubungimu lagi nanti'

Setelah membaca pesan singkat itu,Rose kembali melipatnya dan menyelipkannya dikantong celananya.2 hari terakhir ini seperti mimpi baginya.Kejadian yang ia lewati benar benar tidak masuk akal.Siapa yang menyangka jika seseorang yang ia hindari mati matian, seseorang yang sangat berbahaya dan berpotensi untuk melukainya malah menyelamatkannya dari banyak hal.

"Tapi apa aku harus menikah dengan pria menakutkan itu?"gumam Rose putus asa.Ia membenamkan wajahnya dan berharap ini hanya mimpi dan ia segera terbangun.Bagaimana mungkin ia tidak punya pilihan lain selain menikahi pria menakutkan itu.






~CONTINUE

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang