Jimin memeluk Rose dengan erat saar akhirnya mereka berada berdua saja di kamar.Mungkin hanya di hadapan Rose,Jimin bisa memperlihatkan kerapuhan dan perasaannya yang sesungguhnya."Maafkan aku,kau berada dalam bahaya karena aku"ujar Jimin sambil membenamkan wajahnya di pundak Rose.
"Omong kosong apa yang kau katakan ini?Apakah kau masih tidak tahu kalau aku selalu merasa lebih baik jika aku bisa melihatmu dihadapan ku?Hanya saja tadi aku sedikit shock"
"Perjuangan kita hampir selesai,Rose.Tunggu sebentar dan aku akan menciptakan pintu penghubung antara kau dan aku yang akan selalu terbuka selamanya"
Wanita itu mengangguk.Berhubungan dengan Jimin mengajarkannya sesuatu.Kematian bisa datang kapan saja dan diri atau menyembunyikan perasaan adalah hal bodoh yang akan membuatmu menyesal.
Rose langsung mencium bibir Jimin dengan lembut.Jimin sedikit terkejut dengan serangan tiba tiba Rose, sepertinya baru kali ini wanita itu menciumnya lebih dulu.Namun tidak perlu waktu lama baginya untuk membalas ciuman Rose dengan intensitas lebih kuat.
Wajah Rose berubah merah.Bagaimanapun sudah setahun sejak terakhir ia sudah tidak pernah lagi melakukannya dengan Jimin.Hal itu tentunya karena Rose dalam keadaan hamil.
Mendapati pria itu menatap tubuhnya dengan penuh gairah seperti sekarang membuat semburat merah di pipinya tidak lagi tertahankan.
"Apa kau mau melakukan...itu?"tanya Rose ragu.Jimin menggelengkan kepalanya lalu membawa tubuhnya berbaring di kasur.Pria itu kembali memeluknya dengan erat.
"Tidak,aku tidak mau melakukan itu saat kau hamil.Aku hanya mau memelukmu sepanjang hari ini dan hanya ingin bersama denganmu"
*****
Rose membuka mata saat matahari masih bersinar di langit.Bukan karena ia tidur cepat,tapi karena ia tidur dan baru bangun keesokan paginya.Terlalu kelelahan mungkin.Rose tidak melihat Jimin di sampingnya dan wanita itu langsung panik.Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan buru buru membuka pintu kamar.
Jimin ada di ruangan kerjanya bersama Michael dan pengacara Franzs.Pertemuan itu nampak penting hingga Rose tidak jadi melangkah masuk dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan menggunakan waktu itu untuk mandi dan membenahi dirinya.Bagaimanapun ia sudah tidur 12 jam lebih semalam.Sudah selayaknya ia bangun dengan penampilan yang lebih baik dari ini.
****
"Franzs tidak meninggalkan harta apapun untuk kedua putranya.Dalam surat akta waris, Franzs hanya mengatakan bahwa seluruh aset termasuk uang dan emas serta bisnisnya akan ia berikan kepada Park Jimin dengan syarat Jimin harus mengganti namanya menjadi Leonard dan meneruskan bisnis keluarga Leonard"ujar pengacara keluarga Leonard lalu kembali meminum air putih.Tenggorokkannya terasa kering saat ia harus duduk berhadapan dengan anggota mafia seperti ini.
"Kedua orang itu pasti murka mendengar ini"ujar Michael sambil tersenyum sinis.Ia adalah saksi hidup bagaimana kedua putra Franzs jelas jelas mengincar harta ayahnya bahkan saat masih hidup.
Jimin nampak menimbang nimbang sejenak kemudian berkata,
"Aku akan memberikan 30% peninggalan Franzs untuk kedua putranya"
"Tapi Jimin,30% bukan jumlah yang sedikit!"
"Franzs mungkin akan merubah keputusannya jika ia tahu ia akan mati karena aku,jadi lakukan saja seperti itu.Dengan syarat,kedua orang itu memutuskan hubungan dengan keluarga Leonard dan tidak akan pernah ikut campur lagi dengan hidupku"
Pengacara keluarga Leonard sibuk mencatat apa yang Jimin katakan.
"Baik,aku akan mengatur semuanya sesuai keinginan mu"
"Baiklah, berarti sekarang hanya tersisa 1 masalah"ujar Jimin sambil menoleh pada Michael.
"Aku sudah memberi perintah untuk mengumpulkan seluruh anak buah.Namun dengan jumlah sebanyak itu, mustahil mereka bisa berkumpul disini.Jadi,aku menyewa area bandara pesawat untuk penerbangan pribadi"
"Baiklah,aku akan menemuimu di bawah 15 menit lagi.Aku harus memberitahu istriku dulu"
****
"Aku ikut!"
Jimin menghela napas panjang.
"Situasi bisa berubah jadi berbahaya kapan saja,Rose"
"L-lalu kenapa?Ini bukan sekali dua kali aku berada dalam situasi hidup dan mati bersama mu bukan?"
"Dan setiap kali kau harus berada dalam situasi itu,aku benar benar menyesal!"
Rose menggenggam kedua tangan Jimin.
"Berhenti memintaku keluar dari hidupmu,Jimin.Aku akan terus berada di sisimu.Titik."
Jimin kembali menghela napas.Di seantero dunia ini mungkin ia harus mengakui bahwa ia tidak punya pilihan lain selain tunduk pada wanita ini.
****
Jika Rose tidak tahu bahwa dihadapannya adalah situasi yang sangat serius, mungkin ia sudah mengabdikan pemandangan di hadapannya ini dengan ponselnya.Kapan lagi ia bisa melihat 17.000 anak buah sedang berbaris rapi seperti tentara.Sesekali pesawat akan terbang rendah di atas kepala mereka dan itu hanya menambah luar biasa pemandangan di hadapan Rose saat ini.Bagaimana seseorang yang mengepalai hanya 300 anak buah bisa berakhir mengepalai belasan ribu orang seperti ini??
Jimin mengambil microphone dan langsung menggemakan suaranya di lapangan besar ini.
"Franzs sudah tiada.Aku yang menyingkirkannya.Dan aku pula yang akan menggantikannya.Jika ada orang yang tidak puas dengan itu dan menolak untuk mengucap janji setianya terhadapku,maka dengan hormat aku persilakan ke depan"
Rose merinding.Ia menatap barisan anak buah Jimin.Waktu seakan berhenti beberapa saat.Perlahan beberapa orang mulai bergerak ke depan.Semakin banyak yang berjalan kedepan,Rose semakin merinding dan berkeringat dingin.
"Kau yakin akan melakukan ini?"tanya Michael di samping Jimin.
"Aku melakukan apa yang harus aku lakukan"jawab Jimin.
Setelah beberapa saat, terkumpullah kurang lebih 300 orang anak buah yang menyatakan diri tidak puas dengan situasi saat ini.
"Aku punya 2 pilihan untuk kalian saat ini.Pertama,ambil uang di koper ini dan pergi dari sini.Aku tidak peduli jika kalian bergabung dengan kelompok mafia lain atau menjadi preman jalanan. Yang jelas hubungan kita selesai sampai hari ini"
"Atau yang kedua, kalian bisa berkelahi denganku satu lawan satu,sampai salah satu dari kita tidak bisa berdiri.Atau sampai kalian yakin aku layak menjadi pemimpin kalian"
•
•
•
•
•
CONTINUE~
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...