48

1.2K 254 60
                                    


Rose mengikuti setiap langkah Liana ke tempat yang tidak pernah terpikir olehnya sebelumnya.Liana melangkah melalui tangga darurat.Tidak ada satupun orang yang berpapasan dengan mereka.

Mereka naik hingga ke lantai paling atas dan Rose bingung saat pintu terbuka membawa mereka ke sebuah ruangan terbuka.Sepertinya itu adalah area rooftop yang jelas sama sekali tidak dibuat untuk dikunjungi oleh pengunjung mall.

Hari sudah mulai gelap dan itu membuat Rose sukar untuk melihat Liana.

"Apa kau tahu jika hari ini Cavin akan melamarmu?Ia bahkan menyiapkan cincin yang sangat mewah"

Rose tertegun.Ia tahu pembicaraan ini tidak akan berakhir baik.Dan saat ini ia tidak ingin membuat siapapun terluka.

"Liana,aku benar benar tidak tahu soal ini.Aku datang hanya karena ingin memenuhi keinginan Cavin untuk merayakan ulang tahunnya! Sebagai teman!"

"Kau tahu kalau ia tidak benar benar berniat ingin berteman denganmu bukan?Apakah kau naif atau pura pura bodoh?"

"Aku tidak ingin menjadi bahan keributan diantara kalian berdua,aku tidak pernah mau menjadi sumber masalahmu dengan Cavin,kau harus percaya padaku soal ini!Kau juga tidak perlu khawatir dengan lamaran itu,karena aku sama sekali tidak berniat untuk mengulang sejarah bersama mantan suami mu itu!"seru Rose putus asa.Entah bagaimana caranya mengakhiri pembicaraan ini dengan baik.

"Kau benar benar tidak punya niat untuk itu?"

"Tentu saja!Apa yang harus aku lakukan agar kau percaya padaku?"

Liana menatap Rose sesaat,ia ragu untuk beberapa detik namun akhirnya ia berkata dengan nada bergetar.

"Ada sesuatu yang bisa kau lakukan untuk membuatku percaya pada mu"

"Baiklah katakan apa itu dan aku akan melakukannya"

Liana membuka tasnya dan mengeluarkan alat kejut listrik yang ia bawa.Untuk beberapa saat,Rose tidak tahu itu apa,namun saat Liana menyalakannya,ia langsung tahu.

Rose langsung mundur perlahan dan wajahnya mulai pucat.

"L-liana apa yang kau ingin lakukan?!"

"Kau bilang jika kau akan melakukan apa saja yang aku inginkan bukan?Aku baru bisa percaya kau tidak punya niat untuk kembali bersama dengan Cavin apabila kau lenyap selamanya dari bumi ini,bisakah kau melakukannya?"

Liana berjalan mendekat ke arah Rose.Sesaat ia ingin mengarahkan alat kejut listrik itu pada Rose, seseorang tiba tiba datang dan mendorong Rose hingga jatuh tersungkur, membiarkan alat itu menyengatnya.

"Jimin!!"

Jimin menggigit bibirnya, menahan rasa sakit sengatan listrik yang tidak ada bedanya dengan rasa sakit tembakan peluru di sekujur tubuhnya.

"Liana apa yang kau lakukan lepaskan dia!!"seru Rose sambil berusaha bangkit berdiri dan mendorong Liana agar melepaskan alat kejut listriknya dari badan Jimin.

Liana langsung jatuh terduduk dengan tatapan nanar sementara Jimin langsung jatuh lemas.Bisa bisanya pria itu masih sadarkan diri setelah mengalami sengatan listrik selama itu.

"Kenapa?!Kenapa kau selalu dikelilingi oleh pria yang rela berkorban untukmu?!Cavin dan pria gila ini!Mereka berdua begitu rela berkorban untukmu,apa yang istimewa pada dirimu!!"seru Liana,benar benar tidak mengerti.

Rose segera memeluk Jimin, menopang pria itu agar tidak terbaring di lantai begitu saja.Ia menatap Liana dengan amarahnya.

"Kau ingin tahu kenapa??Karena aku tidak begitu peduli dengan diriku sehingga mereka peduli!Aku tidak peduli jika aku harus patah hati,aku tidak peduli jika aku harus terluka,jika itu demi orang yang aku cintai!Sesuatu yang tidak kau miliki!"

Jimin kembali menegakkan tubuhnya dan berdiri di depan Rose.Ia menatap Liana tajam dan berbicara dengan nafas yang terengah engah.

"Kau salah.Jangan membandingkanku dengan mantan suami mu,karena aku bisa melakukan apa yang tidak bisa ia lakukan.Contohnya, membunuh orang yang ingin melukai Rose dan calon anakku!"

Jimin melangkah mendekati Liana, seolah tidak peduli dengan wanita yang jelas jelas mengarahkan alat kejut listriknya untuk membela diri.

Rose buru buru menahan Jimin.

"Jimin aku mohon hentikan pikiran gilamu itu!!"seru Rose. Tubuhnya lemah tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan Jimin supaya tidak melakukan apa yang ia pikirkan.

"Kau mungkin bisa bertahan dengan sengatan pertama,tapi kau tidak akan bisa berbicara angkuh setelah sengatan kedua!"seru Liana sambil menyalakan alat itu kembali.

"Rose, wanita ini tidak akan berhenti sebelum ada yang menghentikannya!!"ujar Jimin pada Rose yang masih memegangi tangannya.

"T-tetap saja,kita bisa kabur dari sini!"

"Dengan kondisi tubuhmu begini?Kau bahkan tidak tentu bisa berjalan sampai ke pintu itu"sahut Jimin.

"Tetap saja,aku tidak ingin kau terluka lebih dari ini!"seru Rose dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Jimin menatap Rose.Ia tidak menyangka bahkan ia begitu menyukai penampilan berantakan Rose saat ini.

"Janji padaku,yang akan kau lakukan adalah berlari secepat yang kau bisa,jika perlu merangkak ke pintu dan tutup rapat rapat pintu itu.Kunci dengan rapat kemudian minta tolong pada orang pertama yang kau temui"

"T-tapi apa yang akan kau lakukan?"

"Aku?Aku akan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh mafia saat ia jatuh cinta"bisik Jimin sambil melepaskan pegangan Rose di pergelangan tangannya dan memutar badan wanita itu lalu mendorongnya.

"Jangan pergi!Urusan kita belum selesai!"seru Liana panik saat melihat Rose melangkah pergi.

Jimin memegang kedua pundak Rose, memastikan wanita itu tidak menoleh kebelakang,kemudia berbisik untuk yang terakhir kalinya.

"Ingat jangan menoleh kebelakang dan terus berjalan,maka dengan itu apa yang aku lakukan tidak sia sia.Terima kasih karena kau tidak menceraikanku.Rose, rasanya aneh karena seumur hidupku terlalu banyak yang pergi meninggalkanku,kau satu satunya yang benar benar tidak pergi dariku.Aku mencintaimu dan anak kita"bisik Jimin sambil berjalan balik ke arah Liana.

"Urusanmu dengan Rose sudah selesai, sekarang kita akan menyelesaikan urusan kita"

Rose mengigit bibir bawahnya sambil berjalan terseok-seok ke arah pintu sambil menangis, sementara itu Jimin berjalan menghampiri Liana tanpa ragu dan memeluk wanita yang langsung menempel alat kejut listrik ke tubuh Jimin.

Jimin memeluk Liana erat erat dan mendorongnya sehingga wanita itu tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah Jimin untuk terus mundur sehingga tembok pembatas.

"Kau sudah gila!!Kau ingin kita berdua mati?!!"seru Liana sambil berusaha membebaskan diri.Ia menyengat Jimin lagi dan lagi,namun pria itu hanya diam.

"Jika itu bisa membuat Rose hidup,maka mari kita berdua mati bersama sama"bisik Jimin lalu mendorong Liana hingga ke tembok pembatas dan melompat ke bawah.






CONTINUE~

:)

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang