Jimin memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah.Ia lalu keluar dan berjalan masuk kedalam.Beberapa orang yang Jimin lewati tampak tidak mengenalinya.Mereka pikir Jimin hanya Rakan kerja yang ingin bertemu dengan bos mereka.
"Dimana pria tua itu?"
"Kenapa kau menanyakan keberadaan bos kami?"
Jimin mengeluarkan pisau lalu menodongkan persis di perut pria itu lalu berbisik,
"Jika kau masih mahu hidup,maka bawa aku bertemu dengannya"
"M-memangnya kau siapa?"
"Oh,apa kau mau hidupmu berakhir,hm?"tanya Jimin lalu menekan ujung pisau itu membuat noda darah mulai membekas di baju pria itu.
"Dia ada dilantai 3.Pintu yang berwarna hitam!"ucap pria itu mulai ketakutan.
Jimin menarik kembali pisau itu lalu berjalan ke lantai 3 seperti yang diberitahu pria itu.
Setelah sampai dia membuka pintu itu lalu kembali menguncinya.Didalam ruangan ada pria tua dan beberapa anak buahnya serta wanita cantik berpakaian minim.
Pria tua itu buru buru bangkit dan melotot menatap tamu tak diundangnya.
"Aku tidak percaya kau datang kesini.Apa kau datang seorang diri?"
"Aku tidak percaya pria tua sepertimu mempunyai pemikiran yang bodoh"ucap Jimin tersenyum sinis.
"Apa yang kau bicarakan?!Kau menuduhku terlibat dengan penyerangan dirumahmu?!"
"Dari mana kau tahu ada penyerangan dirumahku?"tanya Jimin tersenyum miring.Pria tua itu lebih mengandalkan uang dibanding otak.
"Apalagi yang kalian tunggu!Cepat habisi dia!"
Jimin mengeluarkan pistol yang ia selipkan di celah bajunya dan mulai menghadapi anak buah pria tua itu.Tidak butuh waktu lama kelima anak buah pria tua itu sudah tumbang tak bernyawa.
"Jika kau tidak sanggup menghadapi ku jangan bermain api seperti kemarin"
"Maafkan aku!Aku tidak akan melakukannya lagi!!"
"Sayang sekali,aku adalah orang yang pendendam"seru Jimin lalu menarik pria tua itu.Ia lalu mengambil pisaunya dan menusuknya dipundak pria tua itu.
"Ini adalah ganti peluru yang mereka tembakkan padaku"
Ia mencabut pisau itu dari pundaknya lalu mendorong pria tua itu sehingga tertempel ditembok.
Jimin lalu mengarahkan pisaunya ke leher pria tua yang masih mengadu kesakitan.
"Ucapkan selamat tinggal"
*******
Jimin keluar dari ruangan pria tua itu setelah puas menyiksanya.Baru saja berjalan suara seseorang memanggilnya."Jimin!!"
Jimin menoleh ke asal suara.Ia seketika terkejut melihat Rose yang berlari kearahnya .Spontan Jimin merentangkan kedua tangannya dan menangkap wanita itu kedalaman pelukannya.
"Apa kau baik baik saja?!"tanya Rose yang sudah menatapnya khawatir.Jimin menoleh kearah Taehyung, meminta penjelasan darinya.
"Dia yang memaksaku!"jawab Taehyung,tidak ingin disalahkan sendiri.
"Aku baik baik saja"ujar Jimin,berharap itu dapat menenagkan Rose yang masih berada di pelukannya.
"Memangnya kau Superman?!Lihatlah kau berdarah"
"Ini bukan darahku"
Rose melepaskan pelukannya lalu menatap Jimin bingung.
"Apa kau membunuh seseorang"tanya Taehyung dengan tatapan serius.
"Ya.Kau urus mereka"ujarnya.Taehyung hanya mengangguk.
Jimin melanjutkan kembali langkah dan setelah itu ia kembali menoleh kebelakang melihat Rose yang hanya berdiri mematung disana.
Rose hanya memandang Jimin ditempat.Ia tidak percaya Jimin sudah menghilangkan nyawa seseorang dan tidak bereaksi apapun.
Jimin menghampirinya lalu menggandeng tangan Rose lembut.Menuntun wanita itu menuju mobilnya.Taehyung hanya menggelengkan kepalanya dan mulai masuk kemobilnya.Ia tidak ingin melihat asmara Rose bersama Jimin.
"Aku tidak perlu menggendong mu kan menuju mobil?"
Rose menggelengkan kepalanya.Ia baru sadar ternyata Jimin lebih menakutkan dari apaa yang ia pikirkan sebelumnya.Dan Rose mulai sadar jika ia pun mulai peduli pada pria disampingnya ini.
•
•
•
•
•
CONTINUE~Romancenya coming soon 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...