53

1.2K 239 22
                                    


Rose menghidangkan roti buatannya di atas meja makan sambil berusaha untuk tetap tenang.

"Sebenarnya,kau tidak perlu segalak itu pada Liana, meskipun harga dirinya terlalu tinggi untuk diakui,tapi jelas ia datang kemari karena merasa bersalah pada kita"

Jimin mengambil setangkup roti isi dan memakannya dengan santai, seolah 10 menit yang lalu ia anggap hal biasa saja.

"Aku hanya benci untuk berputar putar,jika wanita itu datang karena merasa bersalah, seharusnya ia meminta maaf saja terang terangan.Tidak perlu bersikap menyebalkan seperti itu"

"Liana berpikir jika aku hanya menghancurkan rumah tangganya,jadi aku tidak sepenuhnya heran dengan sikapnya"

Jimin memicingkan matanya.

"Baiklah,aku tidak tahu apa apa soal itu.Jadi bagaimana caramu menghancurkan rumah tangganya?"

"Tentu saja aku tidak benar benar menghancurkan rumah tangganya! Memangnya aku wanita yang kurang kerjaan?! Kebetulan suaminya, maksudku mantan suaminya adalah mantan kekasih ku.Itu juga duluuuuuu sekali,saat aku---"

"Dan pria itu ternyata masih menyukai mu dan memutuskan untuk meninggalkan istrinya demi mantan kekasihnya?"potong Jimin.Nampaknya ia memang tidak suka berputar putar.

"Intinya seperti itu,tapi aku benar benar tidak--"

"Dimana pria itu sekarang?Biar aku menyelesaikan masalah ini sampai ke akarnya"seru Jimin sambil meletakkan sisa roti di tangannya dan bersiap untuk berdiri.

Rose buru buru menahan kedua pundak pria itu dan menekannya hingga terduduk kembali.Rose menatap Jimin dengan tatapan galaknya.

"Berhentilah menakutiku!Semua masalah sudah lewat!Aku juga sudah bilang pada pria itu supaya tidak mengganggu kita lagi!!"

Jimin menatap Rose cukup terkejut dengan sikap tegas wanita itu.Ia tersenyum lalu menarik tubuh Rose  hingga duduk persis di pangkuannya.

"A-apa yang sedang kau lakukan?"

"Memeluk istriku,memangku istriku,atau mungkin keduanya"jawab Jimin dengan lembut sambil mengalungkan kedua lengannya di pinggang Rose.

"Kau tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya"

"Hmm,I'm just wondering, which one is the real me.Me from the past or me right now"bisik Jimin lalu menarik wajah Rose dan mencium wanita itu lembut.

Ciuman selama 3 detik itu mampu membuat Rose terengah engah seperti baru saja mengelilingi lapangan sepak bola.Wajahnya bersemu merah,ia bahkan tidak berani menatap Jimin yang ada dihadapannya.

"B-bukankah kau lupa semuanya? Bagaimana bisa begitu mencium wanita yang kau lupakan?"ujar Rose sambil berusaha untuk bangkit berdiri dari posisinya saat ini.Namun usahanya jelas sia sia karena Jimin masih memeluk pinggangnya dan tidak peduli dengan Rose yang berusaha bangkit.

"Aku memutuskan untuk tidak lagi mengandalkan ingatanku,aku akan mengandalkan tubuhku mulai sekarang.Mengingat bagaimana tubuku bisa beristirahat dengan begitu baik semalam bersamamu,maka aku sama sekali tidak meragukan kalau kau adalah wanita yang istimewa untukku"

"Meskipun begitu tetap saja kau belum mengingat kembali perasaanmu padaku,memang boleh kau mencium--"

"Kau adalah istriku yang sah.Tentu saja aku berhak mencium mu,bukan hanya disini,tapi disini.... disini dan disini"gumam Jimin sambil mengecup kedua pipi Rose,pangkal leher wanita itu,dan terakhir mendaratkan kembali ciuman nya di bibir Rose.

Rose menatap Jimin dengan mata yang membesar.Ia tidak bisa menyembunyikan kepanikan juga rasa bahagia nya.

"Jadi apa kau menikmatinya?"

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang