14

1.8K 221 16
                                    


Jimin terus mempertanyakan keputusan yang ia ambil.Sebagian dari dirinya seakan tidak mengerti untuk apa dia melakukan ini.Akal sehatnya jelas mempertanyakan untuk apa dirinya ikut ke Busan menemani wanita yang terlihat berantakan dan linglung ini.Wanita ini memang selalu terlihat berantakan setiap kali Jimin melihatnya.Mungkin karena itu juga ia memutuskan untuk ikut dengan wanita ini ke Busan.

Sesaat setelah Rose memutuskan sambungan telepon dari pamannya,hal pertama yang ia lakukan adalah meminjam uang lagi pada Jimin.Ia harus mempunyai uang untuk pergi ke Busan detik itu juga.Tentu saja Rose tidak menyangka kalau bukan hanya meminjamkan uang,tapi pria yang ia pikir tidak punya perasaan itu juga ikut dengannya.

"Apa kau takut aku akan kabur?"tanya Rose,ia baru sadar jika ia belum menandatangani surat perjanjian hutang dengan pria ini,mungkin itu yang membuat pria ini mengikutinya terus.

Jimin menganggukkan kepalanya sambil memejamkan mata.Ia tidak terlihat ingin meladeni Rose sepanjang perjalanan ke Busan.

Rose menghela nafas.Ia tidak peduli lagi dengan pria aneh disampingnya ini,biar saja ia melakukan hal yang ia inginkan, yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia bisa segera menemui papanya dan berharap papanya bisa melewati masa masa kritis ini.Rose tidak ingin membayangkan hal hal buruk apapun,atau lebih tepatnya tidak sanggup membayangkan hal buruk apapun yang menimpa papanya.Bagaimana ia bisa hidup seorang diri didunia yang begitu egois dan menggerikan ini.

*****

Jimin tidak melakukan apapun selain mengikuti ke mana Rose pergi,ia tidak memberikan saran atau pendapat apapun.Ia benar benar bayangan yang mengikuti kemanapun Rose pergi.Rose segera menaiki taksi kerumah sakit setibanya mereka di Busan.

Setelah sibuk menelpon papanya dan bertanya pada suster yang ada disana,akhirnya Rose berada di depan ruang ICU.Papanya ada didalam dan Rose tidak diperbolehkan masuk kedalam.

Pamannya memeluk keponakannya itu erat.

"Dokter bilang papamu harus segera dipasangi ring tapi fasilitas dirumah sakit ini membuat mereka kurang percaya diri untuk melakukan operasi besar seperti itu"

Rose duduk didepan kursi panjang ruang ICU.Lututnya terasa lemas dan seluruh tenaga yang ada didalam tubuhnya meluap entah kemana.Jantungnya berdegup kencang,semua bayangan dan kemungkinan buruk mulai terbayang di kepalanya dan secara tidak sadar air matanya mengalir begitu saja.

Pamannya menepuk pundak Rose, mengerti betapa terpukulnya Rose saat ini.Lalu pandangannya teralih kepada pria yang datang bersama Rose.Pria itu berdiri tidak jauh dari mereka menatap kearah Rose dan tidak mengatakan apapun.

"Kau teman Rose ya?Terima Kasih sudah menemaninya kemari"

Jimin tidak menanggapi perkataan paman Rose,ia berjalan menghampiri Rose dan duduk disampingnya.

"Ini bukan saatnya kau menangis dan membuang buang waktu disini,kau ingin papamu hidup bukan?"

Rose mendongakkan wajahnya dan menatap pria disampingnya dengan wajah yang sudah dibasahi air mata.Tatapannya begitu putus asa.

"Bisakah aku bicara berdua dengan Rose?"tanya Jimin pada paman Rose.

"Tentu saja,paman akan kebawah dan mengurus beberapa administrasi rumah sakit dulu"sahutnya lalu beranjak pergi.Ia sedikit bingung pada perilaku pria yang terlihat begitu arogan itu.

Setelah pamannya pergi dan hanya tertinggal Rose dan Jimin di selasar ICU itu.

"Aku punya penawaran special untukmu"ujar Jimin.

"Penawaran apa maksudmu?"

"Aku akan melakukan segala yang kubisa untuk menyelamatkan papamu,jika pada akhirnya papamu tetap tidak bisa hidup,maka seluruh uang yang aku keluarkan dan hutang yang baru anggap saja lunas dan kau tidak perlu membayar apapun,tapi jika papamu akhirnya bisa hidup,maka kau akan menikah denganku"

Seketika Rose terdiam seperti orang bodoh.Sulit sekalai bagi Rose mengerti arti perkataan yang diucapkan Jimin barusan.

Jimin mendengus kesal.

"Apa kau benar benar akan terus membuang waktu disini?Papamu sedang berlomba dengan waktu sekarang"ujar Jimin tidak sabar.

"T-tapi bagaimana mungkin aku akan menikah denganmu,kau juga--"

"Aku tidak memaksa.Jika kau menolak penawaran itu,aku akan mengirimkan surat perjanjian hutangmu besok"

Rose buru buru menahan ujung jas pria itu agar tidak pergi dari sana.

"Lakukan semua yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan papaku"gumam Rose dengan kepala menunduk.

Jimin tertegun sejenak,namun dengan segera ia kembali tersadar.Ia mendorong pundak Rose hingga wanita itu kembali terduduk.

"Berdoalah,biar aku lakukan apa yang bisa aku lakukan disini"

*****

Rose tidak bisa melepaskan tatapannya pria yang bahkan namanya ia tidak ketahui hingga saat ini.Pria itu sibuk melakukan beberapa panggilan telepon disudut selasar.Setelah hampir 30 menit menelpon beberapa kali,pria itu tiba tiba berlari dan menghilang entah kemana.Rose komat kamit menaikkan doa agar papanya bisa melewati ujian hidupnya kali ini.

1 jam kemudian, beberapa orang dokter dan perawat tiba tiba mendatangi kamar ICU dan tidak lama kemudian papanya keluar dari sana, lengkap dengan mesin dan peralatan yang menempel ditubuhnya.

Rose hanya bisa melongo melihat sebuah helikopter sudah menunggu mereka di landasan paling atas gedung rumah sakit.

Sebenarnya lantai paling atas gedung rumah sakit itu tidak ada landasan helikopter,bisa dibilang helikopter itu melakukan pendaratan darurat disana.Butuh belasan orang untuk mengangkat papanya masuk kedalam helikopter lengkap dengan tempat tidur dan peralatan yang terpasang ditubuhnya.

Pamannya muncul dari belakang dan memanggil manggil Rose dengan bingung.

"Rose!!Apa yang mereka lakukan?Papamu mau dibawa kemana?"seru pamannya panik.

"Aku juga tidak tau paman,hanya saja apapun itu setidaknya lebih baik daripada menunggu kematian disini bukan?"jawab Rose

Helikopter perlahan naik mengudara.Rose menoleh ke sekeliling mencari pria yang membuat hal gila ini terjadi.Karena Rose tidak menemukannya disana,Rose kembali turun ke area ICU dan melihat Jimin sedang sibuk menelpon seseorang disana.

Rose menghampirinya dan Jimin menoleh menyadari kehadirannya.Ia menyudahi panggilan teleponnya dan menjelaskan situasi saat ini kepada wanita yang tampaknya shock itu.

"Papamu akan dibawa ke Singapore.Rumah sakit khusus jantung akan menanganinya disana.Kita harus naik pesawat biasa untuk menyusulnya kesana"

Rose hanya mengangguk anggukkan kepalanya dan mengikuti pria itu dari belakang.Perlahan secercah harapan mulai muncul dihatinya.Rumah sakit khusus jantung di Singapore.Seharusnya papanya akan mendapat perawatan yang jauh lebih baik disana.Ia berjalan sambil sesekali melirik pria berbahaya yang tidak disangka sangka bukan hanya telah menyelamatkan dirinya tapi juga mungkin akan menyelamatkan nyawa papanya.






~CONTINUE

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang