Rose buru buru mengenakan pakaian setelah selesai mematikan shower.Saat Rose keluar,Jimin masih berbaring santai di atas kasur.Nampaknya pria itu mau menghabiskan liburannya dengan bermalas malasan."Kau sudah selesai mandi?"tanya Jimin lalu turun dari kasurnya dan melangkah dekat kearah Rose.
Rose menghentikan tangannya yang sedang mengoles lipstik di bibirnya.Ia melihat kearah Jimin lewat pantulan cermin.
"Ada sesuatu dalam dirimu yang membuatku tertarik.Aku tidak akan mengatakan apa itu,sesuatu itu membuatku ingin memilikimu dan menaklukkanmu"
Rose berdiri dari duduknya dan menghadap Jimin .Wanita itu menatap Jimin dalam.
"Aku pula ingin bertanya satu soalan padamu"
"Apa itu?"
"Kau pernah bilang kalau kau tidak bisa berjanji akan mencintaiku,lalu apa perasaanmu padaku sekarang?"
Jimin merangkul pinggang Rose dan menariknya hingga menempel pada tubuhnya.
"Bagaimana denganmu?Kau selalu berkata jika aku pria yang berbahaya,lantas apa kau masih takut padaku?"tanya Jimin dengan bibir yang semakin mendekat.
"Tentu saja aku masih takut padamu,tapi aku rasa aku juga telah jatuh cinta padamu.Makanya aku mau tau apa yang kau juga mencintaiku"
"Perasaanku padamu sudah melewati tahapan jatuh cinta yang kau maksud.Seperti yang aku bilang,aku ingin memilikimu,aku sudah ada di tahap di mana aku akan membunuh siapa saja yang berani memisahkanmu dariku.Apa menurutmu kita sedang membahas cinta yang sama?"tanya Jimin dengan senyum penuh arti terukir dibibirnya.
"Kau membuat cinta yang sepatutnya diungkapkan dengan romantis menjadi menakutkan"gumam Rose.
"Mungkin aku sudah berada didunia yang gelap dan kejam,cinta punya arti yang berbeda bagiku"ujarnya lalu dengan perlahan mendekatkan bibirnya pada Rose dan memangutnya pelan.
Rose nyaris saja kehabisan napas,untungnya Jimin ciuman itu tepat pada masanya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu,aku tidak punya alasan untuk meninggalkanmu"ucap Rose malu malu.
Jimin menyelipkan rambut Rose kebelakang telinganya.
"Jika begitu anggap saja terpenjara seumur hidup bersamaku,aku akan berusaha memberikan sedikit genre romatik dan komedi dalam kehidupanmu sehingga kau tidak perlu ikut hidup dalam genre action seperti diriku"sahut Jimin.Rose hanya terkekeh geli mendengar penjelasan Jimin.
*****
5 hari di Paris berlalu sekejap mata.Rasanya 24 jam hanya terasa beberapa menit bagi Rose.Ia belum puas menghabiskan waktu berdua dengan Jimin."Aku ingin berlibur lagi jika punya kesempatan"celetuk Rose dimalam terakhir mereka di hotel.
"Kenapa?Pria tampan disini membuatmu terpana?"goda Jimin sambil memasukkan barang barangnya kedalam koper.
"Bukan begitu,aku hanya senang menghabiskan waktu bersama denganmu,jauh dari kata menakutkan"ucapnya sambil cemberut.
"Rasanya aku tidak pernah sengaja menakutimu jika berada di Seoul"seru Jimin membela diri.
"Melihatmu bersikap menakutkan pada orang lain pun sudah membuatku merinding"ujar Rose.
Jimin terkekeh."Aku bersikap seperti itu agar semua berjalan sesuai dengan seharusnya.Dalam duniaku,jika seseuatu berjalan tidak seprti yang seharusnya,maka sering diperlukan darah dan nyawa untuk mengembalikannya ke tempat semula"
Rose melongo, bagaimana ia tidak takut pada sosok suaminya itu setelah mendengar apa yang barusan Jimin katakan.
*****
"Jadi besok kau akan masuk kerja seperti biasa?"tanya Jimin setelah mereka menginjakkan kaki kembali memasuki rumah milik Jimin.Perjalan pulang memang terasa lebih cepat karena tidak ada yang ingin cepat cepat mengakhiri liburan mereka.Rose mengangguk dengan wajah murung.Ia berbohong pada atasannya jika ia terkena demam dan seminggu sudah lebih dari cukup untuknya memulihkan tubuhnya dan kembali bekerja.
Jimi tersenyum melihat wajah murung Rose."Sudah aku katakan,kau berhenti saja bekerja"
Rose buru buru menggelengkan kepalanya.
"Meskipun aku berhenti dari pekerjaan itu,hanya ada terjadi jika aku menemukan pekerjaan yang lebih baik.Aku masih perlu sesuatu untuk menghubungkanku pada dunia normal"
Jimin menghela napas.Ia tidak nyaman dengan cara pikir Rose,namun ia bisa mengerti dengan sepenuhnya.
******
Rose berdiri didepan kamarnya dan merasa bingung mengapa pintunya terkunci.Ia lalu bertanya pada salah satu anak buah Jimin yang kebetulan menjaga didekat situ."Permisi,kenapa kamarku terkunci ya?"
"Bukankah kau sudah menikah dengan tuan Jimin.Berarti kalian perlu tidur dikamar yang sama"
Rose mengangguk lalu berjalan menuju kamar Jimin.Setelah ia membuka pintu kamar Jimin,ia tidak melihat pria itu karena ia sedang sibuk dengan bisnisnya.
Rose membuka lemari pakaian dan pakaian miliknya sudah berpindah kesana.Bahkan semua peralatan makeup juga krim krim miliknya sudah berada ke lemari kaca yang biasanya hanya penuh dengan botol minuman beralkohol milik Jimin.
Rose mengatur semula letak pakaiannya.Ia tidak bisa membiarkan pakaian dalam miliknya berada di tempat terbuka.Membayangkan Jimin akan melihat benda benda itu setiap kali membuka lemari ini saja membuat pipinya bersemu merah.Tapi apa nak buah Jimin yang memindahkan pakaiannya kesini atau wanita yang tadi paru baya yang ia lihat berada dibawah tadi.Jika iya dia bersyukur.Tidak mungkin juga anak buah Jimin yang memindahkannya.
Rose membuka lemari kecil dibawah dan ia seketika hampir berteriak melihat beberapa buah pistol terletak disana.
Suara pintu yang terbuka membuat Rose kembali terlonjak kaget.Ia duduk tegang di lantai sambil melirik kearah arah pintu yang baru saja dibuka.
Jimin masuk kedalam kamar dan seketika bingung melihat Rose yang duduk dilantai dengan wajah pucatnya.
"Ada apa denganmu?Seprti baru melihat setan"ujar Jimin lalu mengulurkan tangannya membantu Rose berdiri.
"A-ada pistol disitu"Ros menunjuk kearah lemari kecil itu.
"Aku lupa memberitahumu soal itu,tapi tenag saja, sebahagian pistol itu tidak ada peluru"jawab Jimin santai,ia bahkan tersenyum melihat beberapa pakaian dalam yang masih berada dikedua tangan milik Rose.
"Sebagian?Berarti sebagian dari pistol itu ada juga yang mempunyai peluru?!"
"Tentu saja,untuk apa aku menyimpan pisto tapi tidak mempunyai peluru.Dan.....sampai kapan kau akan memperlihatkan koleksi pakaian dalamu padaku?"
"Astaga!"seru Rose buru buru menyelipkan semua pakaian dalamnya dibalik tumpukan pakaiannya dengan asal.
Jimin hanya tersenyum melihat Rose yang panik.Ia lalu berjalan kearah sofa yang berada didalam kamarnya.
"Anak buahku bilang bahawa ada seorang pria bernama Cavin yang setiap hari datang kemari mencarimu"
Rose tertegun mendengar apa yang baru Jimin ucapkan.
"D-dia mungkin---"
"Dia masih mencintaimu dan ingin kembali padamu?Aku tau itu"jawab Jimin.Rahangnya mengeras,tampak sekali ia tidak suka dengan apa apa yang berkaitan dengan mantan kekasih istrinya.
"Pria itu sekarang ada dibawah,biasanya anak buahku tidak akan memperdulikannya dan membiarkannya saja,tapi aku menyuruhnya masuk"
"Biarkan aku bicara dengannya.Aku akan menjela--"
"Aku tidak suka kau bicara dengan pria itu!"seru Jimin.Ia tidak senang jika Rose berdekatan dengan mantan kekasihnya.
Rose berjalan kearah Jimin lalu memegang hujung kemeja Jimin dengan tatapan memelas.
"Kumohon,biarkan aku berbicara padanya dan biarkan aku menjelaskan semua padanya"
Jimin menghembuskan napas kasar.Ia benci kenyataan bahwa ia begitu mudah luluh melihat Rose yang memelas padanya.
"Baiklah,5 menit.Aku memberimu waktu berbicara dengannya 5 menit"
•
•
•
•
•
CONTINUE~Gimana chapter ini?Buat yang nunggu baby Park muncul,harap anda bersabar 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...