Rose membuka matanya perlahan.Tatapannya masih kabur dan berkabut,namun ia yakin 100% jika ia sedang berada di rumah sakit.Wangi khas alkohol serta bunyi mesin pemantau kinerja organ vital yang berada di sampingnya cukup untuk memberitahu di mana dirinya sekarang.Semalam Rose sempat tersadar,namun kepalanya masih terasa berputar dan matanya masih terasa begitu berat hingga ia kembali tertidur akibat efek obat bius.
Rose menatap ke arah Jimin yang tertidur di samping tempatnya berbaring.Terdapat perban di kedua tangannya serta keningnya.Ia ingat betul jika Jimin juga mengalami luka bertubi tubi.Kemudian ia menatap perutnya, syukur sekali bayi didalam tidak apa apa.
Rose mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Jimin dengan lembut.Ia terduduk tegak.Tubuhnya lelah luar biasa namun ia tetap seperti kucing waspada bahkan pada sedikit hembusan angin disisinya.
"Rose.."seri Jimin sambil buru buru memeluk wanita itu.
"Apa kau baik baik saja?Lukamu sudah diobati semua?"tanya Rose lirih.Suaranya masih terdengar lemas.
"Aku sama sekali tidak penting.Bagaimana denganmu?Apa aku perlu panggilkan dokter sekarang?"
Rose menarik tangan Jimin sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
"Aku ingin bersamamu sebentar sebelum kau memanggil dokter ke ruangan ini"
*****
Jimin duduk di sisi Rose, tangannya menggenggam tangan wanita itu erat erat.
"Kenapa kau melakukan itu?Kau tahu itu bahaya.Aku tidak bisa kehilanganmu,Rose"
"Lalu kau pikir aku sanggup kehilanganmu? Cintaku padamu cukup bagiku untuk bergerak refleks melindungi mu,Jimin"ujar Rose sambil tersenyum lembut.
"Hal baik apa yang telah aku lakukan hingga orang sepertiku layak mendapatkan dirimu dalam hidupku,Rose.."
"Apa semua sudah selesai?"
Jimin mengangguk dalam dalam.
"Apa rencanamu selanjutnya sebagai penerus tahta Franzs?"tanya Rose dengan penuh rasa ingin tahu.
"Itu adalah hal terakhir yang ingin aku pikirkan saat ini.Tapi aku sudah punya banyak rencana untuk kita dan anak anak kita nanti"
"Memangnya apa rencanamu?"
"Pertama aku akan membeli sebuah villa di Jeju, kemudian kita akan tinggal di sana sampai kita bosan,lalu kita akan terus mempunyai anak sampai kau tidak sanggup lagi"
Rose berusaha menahan tawanya.
"Memangnya kau pikir aku ini mesin pencetak anak? Membesarkan 1 orang anak saja merupakan sebuah tantangan besar untuk orang tua"
Jimin tersenyum geli sambil mengusap punggung tangan Rose lembut.
"Aku akan melakukan semua hal berat itu hingga yang kau lakukan hanyalah menikmati kebahagiaan menjadi orang tua.Aku ingin menikmati sisa hidupku di dunia ini denganmu dan anak kita"
Rose tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kau adalah pria dengan potensi yang luar biasa Jimin.Bisa menjadi bagian dari kehidupan seseorang sepertimu, terkadang membuatku tidak percaya.Terima kasih sudah membiarkanku hadir dalam hidupmu"
"Kau mengucapkan kalimat yang seharusnya keluar dari mulutku Rose"
"Berjanjilah 1 hal padaku"
"Apapun itu"
"Jangan pernah bawa keluarga kita dalam situasi hidup dan mati lagi"ujar Rose serius.
"Hmm,aku akan memastikan itu tidak akan pernah terjadi lagi,aku akan berhenti menjadi orang yang hidup di garis batas hidup dan mati,Rose"
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...