58

1K 196 58
                                    


Tempat itu berubah sibuk sejak Jimin menginjakkan kaki di sana.Meskipun Jimin bisa mengerti jika mungkin ini adalah cara Franzs menjamu tamu jauhnya yang tidak lain adalah putra dari sahabat karibnya, namun ia tetap tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seistimewa ini.

Ia mendapatkan kamar yang luar biasa mewah.Di kamarnya terdapat balkon yang mengizinkannya menikmati pemandangan kota tanpa penghalang sama sekali.Ia tidak yakin ada kamar yang lebih baik dari kamarnya di kastil ini.

Franzs memintanya atau lebih tepatnya memaksanya untuk beristirahat sepanjang siang itu dan berjanji akan kembali menemuinya saat makan malam nanti.

Jimin berdiri di balkon sambil memperhatikan pergerakan di taman kastil itu.Sesekali ada pelayan rumah yang bolak balik mengerjakan pekerjaan rumah,namun kebanyakan pergerakan disana dilakukan oleh pria pria kekar berjas hitam.Mirip seperti apa yang terjadi di kediamannya.

Tepat pukul 6 malam,lahir masih terang benderang dan seseorang mengetuk pintu kamar Jimin.

"Selamat malam,tuan.Makan malam anda sudah tersedia dan Tuan Franzs sedang menunggu anda di bawah"

Jimin mengangguk dan segera melangkah keluar.Ia tidak ingin tuan rumah menunggunya terlalu lama.

Ruang makan di kastil itu begitu besar dengan meja kayu yang panjang melintang di tengah tengah ruangan.Hanya ada dirinya dan Franzs yang duduk disana sementara para pengawalnya berdiri berjajar di sekeliling ruangan.

"Hanya ada kita berdua?"tanya Jimin.Rasanya aneh sekali duduk berdua saja di meja panjang ini dengan begitu banyak makanan terhidang di hadapan mereka.

"Aku tinggal sendiri di tempat ini,aku punya dua anak laki laki yang hidup dengan kehidupan mereka sendiri"

Jimin hanya mengangguk angguk mendengar jawaban Franzs.Mereka makan malam dalam keheningan hingga Franzs berkata dalam bahasa Italia dan dalam masa singkat, seluruh pengawalnya meninggalkan ruang makan itu hingga ada mereka berdua saja disana.

Franzs berdiri dan membawa sebotol wine mendekati tempat duduk Jimin.Ia menarik kursi tepat di samping Jimin dan menuangkan wine ke gelas kristal milik pria itu.

"Aku tidak tahu harus menjelaskan dari mana tentang kehidupan sialan ini"ujar Franzs sambil tersenyum dengan mata yang turun seperti orang yang menanggung banyak beban penyesalan.

"Kehidupan sialan?Mau bisa ceritakan baik baik.Aku akan mendengar"

"Kau pasti sudah tahu jika aku ini mafia bukan?"

"Terlihat jelas"

"Bukan hanya aku.Adikku,kakakku,ayahku, kakekku, seluruh keluarga dan nenek moyang ku adalah mafia.Bisa dibilang keluarga Leonard adalah mafia yang dikenal,bukan sahaja di Milan"

Jimin menegakkan punggungnya.Percakapan ini jauh lebih serius dari yang ia kira.

"Di dunia mafia seperti ini, pengkhianatan adalah makanan sehari hari.Orang tua membunuh anak,anak membunuh orang tua,kakak membunuh adik, adik membunuh kakak,itu adalah hal yang bahkan tidak aneh lagi.Aku sudah menyaksikan banyak pengkhianatan dalam keluargaku, bahkan mengalaminya sendiri"

"Hubunganmu dan kedua anakmu kurang baik?"tebak Jimin.

"Anak pertamaku pernah berusaha membunuhku karena ia tidak ingin aku ikut campur dalam bisnis penyeludupan benda benda berharganya.Sedangkan putra keduaku telah berkali kali membawa kabur uangku untuk bersenang senang seperti orang yang tidak punya masa depan"

Jimin menghela napas tanpa ia sadari.

"Ayahmu pernah bekerja untukku di masa mudanya,ia adalah orang kepercayaanku dan tidak butuh waktu lama untukku mengangkat saudara dengannya, tepatnya saat ia hampir terbunuh saat menyelamatkanku dari perang mafia beberapa tahun lalu.Aku benar benar mempercayai ayahmu, lebih daripada saudara saudara kandungku sendiri,bahkan lebih dari putra ku.Aku bahkan tidak bisa menolak keinginannya untuk bebas dan pergi ke negara asalnya,Korea.Padahal tidak ada mafia yang diperbolehkan untuk berhenti dari pekerjaannya, apapun alasannya"

"Mafia tidak boleh berhenti?"

"Tentu saja.Jika itu bukan ayahmu,maka aku akan membunuh anak buahku yang berani meminta kebebasan dariku"

Jimin meneguk wine dihadapannya dan mendengarkan kelanjutan dari cerita Franzs.

"Kemudia ia membawamu dan memperkenalkanmu padaku,kalau tidak salah 4 tahun lalu.Saat itu kau sedang kuliah di Harvard dan bertepatan dengan liburan musim panasmu"

"Maaf,tapi aku sama sekali tidak ingat soal itu"

"Kalian datang di saat yang kurang tepat,saat itu aku sedang sibuk berperang dengan penyusup yang sudah membakar habis villa milikku dan aku sekali lagi hampir kehilangan nyawaku jika bukan karena dirimu"

"Diriku?Aku menyelamatkanmu?"tanya Jimin, sedikit tidak mempercayai kesimpulan yang dibuat.

"Kau bukan sahaja menyelamatkan ku,tapi menyelamatkan kami semua.Aku masih terkagum kagum jika aku mengingat bagaimana caramu menghabisi penyusup sialan itu"

"Bagaimana caraku melakukanya?"

"Kau membakar villa mereka.Secara teknis itu bukan villa mereka karena mereka juga menyewa villa itu,tapi yang jelas penyusup itu tidak pernah lagi mencari gara gara  dengan kami setelah kau membakar habis villa mereka"

Jimin tertegun.Ia masih belum bisa membayangkan dirinya berani membakar sebuah villa dengan orang orang didalamnya.

"Apa ada yang mati karena itu?"

Franzs menatap Jimin dengan tatapan penuh arti.

"Jimin,membunuh atau dibunuh adalah hal yang biasa dalam dunia mafia seperti kita.Tapi kau bisa berbangga karena di antara keduanya, yang pasti kau adalah pihak yang membunuh, bukannya dibunuh"

Jimin meneguk wine ditangannya dan menghela napas panjang.

"Aku ingin meninggalkan dunia ini,apa menurutmu aku bisa melakukannya?"

"Maksudmu meninggalkan dunia ini?Kau ingin berhenti menjadi orang jahat begitu?"tanya Franzs sambil menahan senyuman di wajahnya.

"Ada seorang wanita yang aku cintai"ujar Jimin setelah sempat ragu untuk mengutarakan alasannya.

"Aku tidak bisa membiarkan alasan apapun membuatmu berhenti dari dunia ini,Jimin"

"Kenapa?"tanya Jimin,ia cukup terkejut mendengar jawaban Franzs.

"Karena sejak 4 tahun lalu aku sudah memutuskan bahwa kau akan menjadi penerusku"






CONTINUE~

'Frans' ditukar jadi 'Franzs'

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang