Kebersamaannya dengan Jimin dirumah itu mengingatkan Rose pada masa bulan madu mereka di Paris waktu itu.
Setelah selesai sarapan tadi,Jimin tidak berbicara banyak padanya.Tidak bisa dipungkiri jika ada sesuatu yang membuat mereka menjadi canggung seperti ini.
Jimin menyibukkan dirinya di depan televisi ataupun berolahraga di halaman belakang rumah.Sementara Rose menyibukkan diri dengan membersihkan setiap sudut rumah itu,sesekali mencuri pandang ke arah Jimin.
Meskipun begitu,Rose selalu gugup setiap malam menjelang yang mengharuskannya berduaan didalam kamar bersama dengan Jimin.
Seperti malam ini,Rose berbaring di kasur memunggungi Jimin dan memejamkan matanya,berharap ia bisa terlelap terlebih dahulu.
Jimin mematikan lampu kamar dan duduk di pinggir kasur.
"Keadaan sudah aman,besok kau bisa kembali ke duniamu"seru Jimin,pria itu terlihat kesal dan sedikit tidak rela.
"Kau yakin kejadian tempo hari tidak terjadi lagi?"tanya Rose,tetap memunggungi pria itu.
"Mereka sudah kembali ke tempat masing masing,mereka sudah tidak ada disini"
"Aku turut senang mendengarnya"sahut Rose sambil tersenyum, walaupun suaranya tidak terdengar begitu benar benar senang jika besok ia akan kembali berpisah dengan Jimin.
"Aku ingin sekali membencimu,tapi sayangnya aku tidak bisa"gumam Jimin dengan suara beratnya.
Rose tertegun mendengar pernyataan Jimin.Ia ingin sekali berbalik lalu memeluk pria itu,namun rasa bersalah yang ia rasakan memaksanya untuk tetap diam.
"Kau tahu kalau aku bisa memaksamu untuk tetap berada disisiku,dan satu satunya alasan aku bisa tidak melakukanya karena aku.....tidak bisa melakukan itu kepada orang yang aku cintai"
"Kau bilang kau tidak percaya pada cinta, mengapa mengatakannya padaku?"
"Aku tidak percaya jika cinta akan bertahan selamanya,maka dari itu,saat ini yang bisa aku lakukan adalah berharap perasaan cintaku padamu pudar secepatnya"
"Jika begitu aku berjanji,kalau aku akan menunggu hingga rasa cintamu itu padam, sebelum aku memadamkan milikku"gumam Rose.
Jimin menatap punggung wanita itu dengan rahang yang mengeras.Ia dengan paksa membalik tubuh Rose supaya menghadap dirinya.
Rose menatap Jimin dengan mata yang terbuka lebar.Sinar rembulan yang samar samar menerangi kamar mereka mengiringi pertemuan tatapan Rose dan Jimin yang intens.
Jimin lalu mencium Rose penuh gairah.Seolah olah tiada hari esok bagi mereka.Rose berusaha membalas lumatan Jimin sambil berusaha untuk tetap bernafas.
Tangan Jimin mulai berpindah ke pinggang wanita itu dan menarik lepas kaos yang dikenakannya dengan sekali tarikan.
Rose merinding dibuatnya.Kedua tangannya langsung menutupi bahagian dadanya.Ia bersyukur keadaan kamar yang gelap bisa menutupi pipinya yang sudah merah padam.
Jimin merengkuh wajah Rose dengan kedua tangannya yang hangat lalu berbisik,
"Aku tidak tahu jika dirimu sudah menjadi candu bagiku"
"Entah aku harus senang atau sedih mendengarnya"jawab Rose sambil meringis.Jimin juga ikut meringis mendengarnya.
"Aku mulai mengerti mengapa orang orang menjadi naif setelah mereka jatuh cinta"
"Kenapa?"
"Karena cinta sangat indah dan saat orang mengalaminya,mereka berharap itu akan berlangsung selamanya.Terkadang sesuatu yang kau harapkan seringkali menjadi sesuatu yang kau percayai bukan?"
Rose mengangguk setuju dengan perkataan Jimin.
"Apakah kau juga berharap ini akan berlangsung selamanya?"tanya Rose.
"Bisakah aku berharap demikian,Rose?"
"Apakah cintaku yang tidak tahu akan berlangsung hingga kapan,cukup pantas untuk menjadi alasanmu datang keduniaku,Jimin?"
******
Mobil hitam milik Jimin terparkir didepan lobby apartemen .Nampak jelas jika pria itu tidak ingin Rose keluar dari mobilnya, namun ia tidak punya pilihan lain."Terima kasih sudah mengantarku pulang"
"Tidak perlu banyak basa basi denganku"
"Maksudnya?Aku memang sungguh berterima kasih padamu"
"Hingga detik ini,aku masih jadi orang yang paling berhak mengantar mu kemana saja.Jadi tidak perlu berterima kasih"
Rose menghela nafas.Pria itu benar.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Mengurus pemakaman"
Rose menatap Jimin dengan bingung.
"Ada beberapa anak buahku yang terkorban karena kejadian tempo hari,jadi aku harus mengurus mereka"
"Aku tidak menyangka ada anak buahmu yang...."
"Lupakan saja"
Rose kembali menghela nafas lalu membuka pintu mobil.Jimin membuka kaca mobilnya sesaat sebelum Rose masuk kedalam gedung apartemen.
"Rose.."
"Ya?"
"Aku akan memikirkan penawaran mu semalam dan aku akan memberimu jawaban secepatnya"
Rose mengangguk dengan senyum lebarnya.Ia sempat berpikir jika Jimin sama sekali tidak berpikir untuk menjadikannya satu satunya alasan untuk mengakhiri petualangannya di dunia kegelapan itu.Apa lagi karena semalam,Jimin tidak menjawab apapun terhadap pertanyaannya itu.
"Aku akan menunggu jawabanmu Jimin.Sampai jumpa lagi!"Rose melambaikan tangannya.
•
•
•
•
•
CONTINUE~
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [✓]
FanfictionRose,wanita itu tidak menyangka akan jatuh pada sosok pria yang ia sendiri anggap berbahaya.Perlakuan dari pria itu juga aura nya yang memukau seketika membuat Rose jatuh padanya, melupakan jika pria yang ia cintai itu adalah sosok yang berbahaya. _...