35

1.4K 244 24
                                    

Rose duduk dihadapan papanya dan juga Cavin yang sudah menunggu kepulangannya.

"Bagaimana,apa dia setuju?"tanya papanya.

"Dia mengizinkanku pergi"jawabnya lirih.Papanya menghela nnafas.Ia bisa melihat kesedihan yang luar biasa terpencar dari wajah putrinya.

"Dia sudah menandatangani surat itu?"

Rose meremas surat yang ia bawa,tapi ia tidak sempat memberikannya pada Jimin.Rose merobek surat itu lalu meletakkannya di atas meja.

"Aku minta kalian berhenti ikut campur soal hidupku mulai detik ini,aku sudah memenuhi keinginannya papa untuk berpisah dengan Jimin,selain dari itu biar aku yang mengurus nya sendiri apabila sudah waktunya"

"Tapi---"

"Cavin,aku sama sekali tidak berterima kasih pada apa apa yang sudah kau lakukan,aku juga sudah tidak mencintaimu lagi dan selamanya tidak akan meskipun kau sudah bercerai dengan istrimu,jangan berharap aku akan kembali padamu"

*****

Rose berjalan keluar bank,ini sudah terhitung 2 minggu ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Jimin.Rose sekarang sudah menyewa sebuah apartement kecil tidak jauh dari tempatnya bekerja.

"Selamat sore,apakah anda yang bernama Roseanne?"seorang satpam menghampirinya.

Rose mengangguk,"Iya"

"Ada paket untukmu"satpam itu berbalik masuk ke ruangannya dan kembali dengan sebuah kunci mobil.

"Ini untukmu,mobilnya ada disana"satpam itu menunjuk kearah sebuah mobil mewah yang terletak tidak jauh dari mereka.

"Apa paket untukku adalah mobil?"

"Ya dan juga surat ini"

Rose buru buru mengambil dan membaca isi surat itu.

"HOTEL * .Malam ini"

-Your Husband-

****
Rose mengenderai mobil pemberian Jimin.Ia bertekad akan mengembalikan pemberian Jimin ini nantinya.Ia sudah berhutang banyak dengan pria itu.

Jika ditanya bagaimana perasaan Rose saat ini,maka ia seperti seseorang yang akan menghadapi kencan pertamanya sekaligus hukuman untuk pertama kalinya di waktu yang bersamaan.

Sudah 2 minggu tidak pernah bertemu dengan Jimin dan perasaan nya bercampur aduk sekarang.

Apa yang ia pikirkan sekarang,mengapa Jimin ingin menemuinya di hotel?Mengapa tidak di restoran ataupun cafe.

Rose tidak punya masa memikirkannya sekarang.

Setelah sampai di hotel yang Jimin maksud,ia menuruni mobilnya dan berjalan dengan ragu masuk kedalam.

Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Jimin.Sekadar bertanya dimana nomor kamarnya.

Setelah mendapat balasan,Rose kembali menyimpan ponselnya dan meneruskan langkahnya.

****
Jimin berdiri dihadapannya sekarang.Rose mengambil waktu beberapa detik hanya untuk menatap wajah tampan pria itu.

Jimin mengenakan kemeja dan celana yang berwarna hitam.Lengan kemejanya digulung hingga kesiku dan 2 kancing atas kemejanya dibiarkan terbuka menampilkan dada bidangnya pada Rose terang terangan.Rambutnya acak acakan dan malah membuat pria itu lebih tampan dari biasanya.

"Hai"sapa Rose dengan canggung.

"Jadi bagaimana rasanya 2 minggu tanpaku"seru Jimin dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Rose tersenyum kaku lalu mengikutii langkah Jimin memasuki kamar.

Jimin menutup pintu kamar,tidak lupa juga menguncinya.

"K-kenapa kau mengunci pintunya?"tanya Rose yang sudah panik.

"Apa kau lebih nyaman jika aku membuka pintunya lebar lebar dan membiarkan orang yang lewat
bisa melihat kita sedang bercinta?"

"B-bercinta?"

Jimin berbalik dan tiba tiba meletakkan kedua lengannya di kedua sisi kepala Rose.

"Kau tidak berpikir aku memanggilmu kemari hanya untuk ingin bertemu denganmu?"bisik pria itu tepat ditelinganya.

"Hutang mu padaku terlalu banyak,jadi aku pikir lebih baik kau melunasinya dari sekarang"

"Aku akan membayar semuanya!Aku janji!"seru Rose panik.

Jimin tersenyum sinis,"Kau pikir aku mengharapkan pembayaran seperti apa darimu?Uang?Aku sudah punya banyak uang,kau bisa melunasinya dengan hal lain dan kau tahu apa itu"

Detik berikutnya,Jimin sudah mendaratkan bibirnya pada bibir Rose.

Langkah Rose terus mengarah ke kasur dan Jimin membimbingnya berbaring di kasur itu,sambil terus menciumi bibir juga permukaan leher Rose.

Rose hanya bisa memejamkan matanya rapat rapat. Air matanya mulai keluar.

Jimin tiba tiba berhenti ketika air mata Rose mengalir turun hingga membasahi bibir Jimin.Pria itu tertegun sejenak sambil menatap wajah Rose dalam dalam.

Ia melepaskan Rose,lalu berbaring disebelah wanita itu.

Rose membuka matanya perlahan saat merasakan Jimin tidak lagi berada di atas tubuhnya melainkan disampingnya.

"Maaf...."

"Air matamu itu membuat gairahku hilang dalam sekejap"

"Bagaimana kabar mu sebulan ini?"tanya Rose dengan suara seraknya.Ia tahu jika Jimin membencinya dan ia tidak menyalahkan pria itu.

"Kurang baik"jawab Jimin sejujurnya.

"Aku harap bertemu denganku tidak membuat mu semakin merasa kurang baik"gumam Rose.

Jimin hanya diam tidak menjawab.Rose kembali melanjutkan perkataannya.

"Aku ingin mengembalikan mobil yang kau berikan padaku,itu terlalu berlebihan"

"Kau pikir aku memberimu itu untuk menyenangkan mu?Aku memberikanmu mobil itu karena tidak ingin pria manapun mengantar mu pulang atau pergi bekerja, terutama pria seprti Cavin"

"Kau tahu"Rose menatap Jimin tidak percaya.

"Aku tahu segalanya tentangmu,aku bahkan tahu kapan kau memasuki kamarmu dan kapan kau mematikan lampu kamarmu"

Rose mendadak merinding mendengarkan kalimat itu.Ia tidak terlalu mempertanyakan kemampuan Jimin untuk melakukan semua hal itu.

Jimin menarik selimut dan menyelimuti dirinya dan juga Rose.Ia mematikan lampu yang berada disampingnya hingga kamar yang tadinya remang menjadi gelap gulita.

"Tidurlah,kamar ini mahal dan aku tidak akan keluar dari sini sehingga pagi"

Rose sedikit menghela nafas lega karena perkataan Jimin barusan,berarti ia tidak akan melakukan apapun selain memejamkan matanya sepanjang malam ini.

Setelah sudah lama tidak bertemu Jimin dan tidak tidur disampingnya,ada perasaan canggung lagi pada diri Rose.

Hanya perlu waktu singkat Rose sudah memejamkan matanya.

Jimin tersenyum tipis saat Rose berbalik dan memeluk lengannya seolah olah itu adalah guling peribadinya.Kaki wanita itu bahkan mendarat tepat di atas pinggangnya.Menandakan wanita itu sudah tertidur dengan lelap.

Jimin menghela nafas panjang.Ia begitu merindukan wanita ini hingga hari hari yang ia jalani terasa lebih panjang dari sebelumnya.Ia merindukan sekaligus membenci wanita disampingnya ini.Jimin mempertanyakan kata kata cinta yang pernah diucapkan Rose padanya.

Cinta macam apa yang begitu mudah digoyahkan hanya dengan kenyataan bahawa mereka berada di 2 dunia yang berbeza?






~CONTINUE

Into You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang