#47. WAKTUNYA BERUBAH

146 18 22
                                    

❄️

"Kak Arga makasih ya udah anterin gue," ucap Kiara sebelum turun dari mobil Arga. "Oh iya, Kalian masuk dulu yuk ke rumah,"

"Nggak usah, Ra. Makasih ya. Kita pulang duluan. Udah mau asar." Abadi yang menjawab.

"Ooh ok. Kak Arga sekali lagi makasih ya."

"Iya, Ra. Santai aja kalau sama gue."

Setelah Kiara keluar dari mobil Arga dan masuk ke dalam rumahnya, Arga pun kembali melajukan mobilnya.

Sepanjang jalan hanya dihiasi kesunyian ditambah suara mesin mobil yang mengiringi perjalannya. Hingga akhirnya Arga membuka suara.

"Bad, Lo cinta sama Kiara?" tanyanya spontan.

Abadi yang dari tadi memandang jalan lewat jendela pun menoleh ke arah Arga. Ekspresi terkejutnya tak dapat ia sembunyikan.

"Cinta?" ulang Abadi.

Arga mengangguk, fokusnya tak lepas dari jalanan yang ada di depannya.

Abadi menghembuskan nafas pelan. Apakah ia harus terbuka pada Arga tentang perasaannya kepada gadis itu? Bukankah Arga mencintai Kiara? Tidak, Abadi tidak ingin melukai hati Arga. Lelaki itu sudah sangat baik kepadanya.

"Nggak. Gue nggak menaruh perasaan lebih ke dia. Gue hanya menganggap dia seorang teman. Dan sebaliknya, dia juga menganggap gue sebagai temannya," ucap Abadi.

Arga mengangguk-angguk kecil sambil menyunggingkan senyuman tipisnya. Ia setengah percaya dan setengah tidak akan apa yang diucapkan Abadi barusan.

❄️

Sore harinya, suasana rumah Andrajaya tampak sepi. Hanya ada dua orang di dalamnya, yaitu Arga dan Abadi. Orang tuanya belum pulang dari tempat kerja.

Arga yang melihat Abadi sudah rapi dengan peci, sarung, baju Koko, serta sajadah yang disampirkan dipundaknya pun bertanya. "Mau ke mana?"

"Ke masjid," jawabnya sambil merapikan pecinya yang agak miring.

"Ikut!!" Arga segera bergegas dari sofa, tak lupa ia meraih remote yang ada di meja dan mematikan televisi yang tadi ia tonton.

Sambil menunggu Arga bersiap, Abadi duduk di atas sofa. Senyumnya terus mengembang sedari tadi. Ternyata benar, semakin kita mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka semakin banyak kebahagiaan yang datang menghampiri.

Tak lama kemudian, Arga turun dari tangga (kamar Arga ada di lantai atas). Abadi melihat penampilan Arga dari bawah sampai atas yang terlihat, sempurna. Arga mengenakan sarung, peci, baju Koko, serta sajadah yang tampak lebih mahal dari yang Abadi kenakan.

"Ayo, Bad! Kita naik mobil?" tanyanya kemudian.

"Jalan kaki aja, Ga. Sekalian olahraga hehe."

❄️

Arga dan Abadi pulang dari masjid sekitar jam 9 malam. Mereka sengaja tak pulang sehabis sholat ashar tadi karena ingin berdiam di masjid, mendengar pengajian, belajar agama, dan mengaji bersama sampai isya tiba.

Sesampainya di rumah, mereka melihat  Dimas dan Hana tengah bersantai di sofa ruang televisi.

"Assalamu'alaikum," ucapnya bersamaan.

"Wa'alaikumsallam," jawab Hana dan Dimas dengan senyuman yang mengembang, hanya tertuju pada Arga.

Hana bangkit dari duduknya. Menarik lengan Arga agar lelaki itu turut duduk di sofa. Sementara Abadi hanya diam mematung.

"Kamu ke mana aja, sayang? Tadi Bunda telpon kamu nggak angkat."

"Ke masjid, Bun. Maaf yaa Bun, Arga nggak bawa HP."

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang