Kiara menyibak selimut tebalnya, ia bangkit dari tidurnya untuk menuju balkon kamarnya. Sekarang, Kiara tidak bisa tidur. Entah apa yang membuatnya menjadi insomnia sepertia sekarang.
Kiara menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Kiara sedikit menggosokkan kedua telapak tangannya, karena hawa angin malam sangatlah dingin.
"Ya Allah, kenapa Kiara gelisah seperti ini?" lirihnya.
Mungkin, Kiara akan mengakui. Kalau dirinya khawatir akan Abadi. Tapi, kenapa Kiara khawatir pada lelaki itu? Bukankah Abadi dalam keadaan baik-baik saja?
Kiara menghela nafas lelah. Ya, ia lelah seperti ini. Kenapa pikirannya terus berputar pada hal-hal yang negatif?
"Bad, lo baik-baik aja, 'kan?"
"Gue khawatir sama lo, Bad."
"Seharusnya tadi gue nggak datang ke rumah lo."
"AHHH!" Kiara berteriak frusatasi. Air matanya mengalir tanpa ia sadari.
"Kiara, kamu kenapa sayang?"
Terdengar suara seseorang dari balik pintu kamar Kiara. Gadis itu dengan cepat mengusap air matanya dan segera ke arah pintu kamarnya.
"Pa...pa."
Ferdi menangkup wajah Kiara. Ia menatap putrinya itu dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Kamu kenapa sayang?"
Kiara memegang tangan Papa-nya. Ia menggeleng sambil tersenyum meyakinkan. "Nggak papa, Pa."
"Tadi Papa denger kamu teriak. Jelasin sama Papa, kamu kenapa?"
"Oooh... itu Pa. Ta...tadi Kiara nonton film horror. Jadi, Kiara takut deh. Hehehe." Damn! Kiara berbohong! Ini baru pertama kalinya Kiara berbohong! Gadis itu merutuki dirinya sendiri karena ucapannya tadi.
"Oh, gitu. Lain kali kalau kamu nonton film jangan tengah malem kayak gini. Apalagi kamu nontonnya film horror. Yaudah, kamu tidur gih. Besok sekolah."
Kiara mengangguk. "I...iya Pa."
Setelah mengecup kening putrinya, Ferdi pun meninggalkan Kiara. Ferdi juga harus melaksanakan pekerjaan kantornya yang belum selesai.
Sementara Kiara, gadis itu segera mentup pintu kamarnya rapat-rapat. Tubuhnya ia sandarkan, namun, kakinya terasa lemas, seperti tak bertulang. Tubuhnya pun merosot ke bawah, disertai dengan air mata yang mengalir dengan deras.
"Maafin Kiara, Pa."
❄
"Kia, kamu kenapa? Mama liat tadi kamu ngelamun terus loh. Kasian tuh makanan kamu, nanti nangis karena dikacangin," ujar Tiara sambil menyuapi Kaira.
Kiara sedikit terperanjat. "Eh, iya Ma. Kiara makan kok."
"Kamu masih mikirin film horror itu?" tanya Ferdi sambil terkekeh kecil.
"Kamu nonton film horror?" timpal Tiara.
"Iii... Kak Kia nonton pilm hollol...!" sahut Kaira.
Kiara meneguk salivanya dengan susah. Apa ia harus jujur? Ah! Kiara tidak tahu!
"Mmm... bu...bukan itu. Kiara makan dulu ya. Hehehe." Kiara langsung menyuapi sarapannya.
Tiara menghela nafas. "Jujur sama Mama. Kamu kenapa?"
Kiara menghentikan suapannya, ia menatap Tiara dengan takut.
"Ng...nggak papa, Ma."
"Kia, akhir-akhir ini sikap kamu berbeda. Sering melamun, sering mengurung diri di kamar, bahkan kata Papa kamu nonton film horror segala. Kamu kan nggak berani nonton film gituan." Sebagai seorang Ibu, Tiara memang mempunyai felling tentang keadaan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...