❄
"Ra, pergi dari sini!"
Suara itu tak lantas membuat Kiara bergerak pergi. Ia tetap bergeming sambil terus menatap lelaki itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia masih shock akan apa yang terjadi barusan.
Lelaki bertubuh jangkung itu menatap Kiara lembut, "Pergi, Ra---"
Bugh!
Ucapan lelaki itu terhenti karena pukulan dari Marcel yang membuat posisi Abadi sedikit mundur dari tempatnya. Dengan cepat Marcel meraih tangan Kiara tapi dengan cepat pula Abadi menepisnya.
"AAAH ANJ*NG!!!" teriak Abadi penuh amarah. "GUE NGGAK TERIMA KALAU LO SENTUH CEWEK GUE SEDIKIT PUN!"
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Abadi kembali membalas pukulan Marcel berkali-kali lebih keras hingga lelaki angkuh itu tersungkur tak berdaya. Para pengunjung diskotik itu pun tak tinggal diam, ia membantu Marcel bangkit dari posisinya yang tergeletak tak berdaya di atas lantai dingin itu.
Abadi segera menarik tangan Kiara dan keluar dari tempat itu. Ia terus memegang tangan gadis itu hingga sampai ke tempat yang lebih aman.
"Lo tadi ngapain ke sana, Ra?" tanya Abadi tak habis pikir, ia mengusap rambutnya frustasi.
"Gue tadi nyari lo, Bad. Gue khawatir sama lo, lo baru keluar dari rumah sakit dan lo malah ke tempat itu!" jawab Kiara dengan suara parau, menahan tangis.
Abadi terdiam sejenak, mencoba meresapi apa yang gadis itu ucapkan. Seumur hidupnya, ia baru mendengar suara yang keluar dari mulut orang lain yang mengaku khawatir akan keadaannya. Semenjak Oma-nya meninggal, Abadi tidak pernah mendengar kata-kata lembut nan baik.
"Tapi nggak seharusnya lo ke sana, Ra," ucap Abadi akhirnya.
"Bad, tadi lo bilang kalau gue itu cewek lo." Entah kenapa ucapan itu meluncur bebas dari mulut Kiara.
Abadi meneguk salivanya dengan susah payah, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menyeringai.
"Buat nakutin dia aja hehe," Abadi berujar tak jelas. "Yaudah gue pesenin taksi ya." Abadi merogoh sakunya untuk mengambil handphone dan segera memesan taksi.
"Motor lo?" tanya Kiara.
"Gue jual kemarin, tadi aja ke sekolah gue naik angkot," jawab Abadi santai sambil terus melihat ke arah benda pipih itu.
"Kenapa lo jual?"
"Motor itu kan gue peroleh dari uang haram. Toh juga lo nggak bakalan mau lagi naik motor itu. Oh iya, lo tenang aja, Ra. Masalah uangnya udah gue balikin ke tempat gue judi itu."
Kiara mengangkat kedua sudut bibirnya mebentuk lengkungan tipis. Ia tersenyum bangga melihat perubahan Abadi yang sekarang.
"Dan HP ini gue bakal jual besok. Gue juga bakalan cari kerjaan baru lagi yang halal," lanjut Abadi.
Kiara mengangguk. "Iya Bad. Gue percaya sama lo. Hmmm nanti lo ikut juga naik taksi ya, kita barengan. Gue yang bayarin deh hehehe."
"Beneran nih?!" tanya Abadi girang.
"Emangnya raut wajah gue kelihatan bohong?"
"Hehehe ok buk boss!" Abadi mengangkat tangannya membentuk hormat dan itulah yang membuat Kiara tertawa.
❄
Gadis itu membuka pintu rumahnya perlahan dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa. Perlahan tapi pasti ia melangkahkan kakinya ke dalam, di ruang tamu rumahnya ia menemukan Adnan yang tengah tertidur pulas. Adnan menunggu Kiara pulang di atas sofa dengan posisi duduk dan dengan mata terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...