❄
Sepasang mata sayu itu pun perlahan terbuka. Sebuah ringisan kecil lolos begitu saja dari bibir pucatnya. Keningnya berkerut dalam, seperti tengah menahan sakit yang teramat luar biasa. Pandangannya ia edarkan untuk menatap sekeliling. Ah sial! Kenapa gue masih ada di sini! Mungkin itu yang diucapkan Abadi di lubuk hatinya yang terdalam. Tapi, Abadi berfikir, siapa yang membawanya ke kamar? Bukankah semalam dia ada di balkon? Apakah di rumahnya ada....hantunya?
Ah! Abadi menghela nafas panjang. Ia tidak ingin memikirkan hal-hal yang tidak penting! Lelaki itu kembali meringis, wajahnya, punggungnya, perutnya, betisnya, dan semuanya, terasa sangat sakit. Abadi mengangkat bajunya, untuk mengetahui keadaan perutnya yang terasa sangat perih. Dan benar saja, perut Abadi yang six pack itu pun tampak seperti bekas pecutan.
Abadi meringis, ia memegang wajahnya yang tak kalah perihnya.
"Aw!" ringisnya ketika ia menyentuh bagian lukanya.
Untuk sekarang, Abadi sangat sakit. Bahkan, untuk duduk saja, Abadi rasa tidak mampu. Kepalanya pusing, sekujur tubuhnya luka, dadanya sesak, dan masih banyak keluhan lagi.
Abadi melirik jam dindingnya, sudah pukul lima sore. Pasti Arga sudah pulang sekolah. Dan benar saja, sebuah suara bariton terdengar bersamaan dengan pintu kamar Abadi yang terbuka.
"Kenapa lo nggak mati aja?!" ketus Arga.
Abadi segera melihat ke arah pintu kamarnya. Ia pun tersenyum sinis, meskipun agak kesulitan karena banyak sekali luka lebam di bagian wajahnya.
"Kenapa lo nggak bunuh gue aja?" sahut Abadi.
"Gue nggak mau nambah dosa, dan lo nambah pahala. Gue nggak mau itu." Arga melempar sesuatu ke arah Abadi. Benda yang seperti salep itu pun mendarat dengan tepat di dada bidang Abadi. "Lo pasti butuh itu."
Perlahan, Abadi mengambil salep itu. Rupanya, salep penutup luka lebam.
"Dipake! Jangan dimakan!" peringat Arga.
Dan.......
Brak.
Arga menutup pintu kamar Abadi dengan kasar. Ya, seperti inilah Arga. Cowok yang terang-terangan membenci Abadi di depan umum yang bernotaben sebagai adiknya. Tapi, ia tidak ingin orang lain melihat luka yang ia torehkan pada Abadi. Bagaimanapun, Arga harus dicap sebagai orang baik!
Selepas kepergian Arga dari kamarnya, kedua sudut bibir Abadi terangkat, membentuk sebuah senyuman tipis.
❄
Drt...drt...drt...
Handphone Kiara bergetar, pertanda ada pesan yang masuk. Ia kemudian segera mengambil handphone-nya yang terletak di atas nakasnya. Ia pun membuka aplikasi whatsapp nya.
Desya♤: p
Kiara menjerit tertahan. Ia sangat senang ketika Desya mengechatnya. Desya terakhir kali chattingan dengan Kiara beberapa minggu yang lalu. Sebelum Kiara dekat dengan Abadi.
Kiara: wa'alaikumsallam:)
Kiara tak henti-hentinya mengembangkan senyumannya. Ia sangat senang.
Desya♤: gw gk ucp slm bego! Jgn sok alim deh lo!
Senyuman Kiara terhenti seketika. Jujur, hatinya sangat sakit.
Kiara: maaf.
Desya♤: lo tadi ngapain deketin Kak Arga? Mau caper?
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...