❄
Kiara melangkahkan kakinya pelan memasuki gerbang sekolah. Banyak pasang mata yang memperhatikannya. Mungkin mereka mengira kalau Kiara datang terlambat.
Kiara tak memperdulikan tatapan-tatapan itu, ia tetap berjalan. Ia hanya ingin cepat sampai ke ruang kepsek agar ia dapat melapor tentang keadaan Abadi.
"Kiara!"
Kiara memberhentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara. "Kak Arga."
"Kata Maya lo tadi ke rumah gue," ucap Arga ketika ia sudah tepat berada di depan Kiara.
Kiara hendak membalas ucapan Arga. Namun dengan cepat, Arga mengatakan sesuatu.
"Lo ke sana karena mau ngecek keadaan Abadi yang nggak masuk sekolah?"
Kiara mengangguk kecil.
"Lo kenapa mau ngelakuin itu?"
"Karena itu perintah dari Pak Angga dan Bu Bertha," jawab Kiara.
"Gue rasa bukan hanya itu alasan lo."
"Maksud Kak Arga?" Kiara bingung.
"Lo suka 'kan sama Abadi?"
Pertanyaan Arga mampu membuat Kiara terkejut bukan main. "Suka?"
"Iya. Lo suka 'kan sama dia?" ulang Arga.
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling Kiara hindari. Bahkan ia tidak tahu apa jawabannya. Apakah ia suka? Atau tidak?
"Maaf Kak. Gue nggak ada waktu buat bahas itu. Gue mau ke ruang kepsek." Kiara segera pergi meninggalkan Arga secepatnya.
❄
Seorang lelaki bertubuh atletis itu masuk ke dalam rumahnya dengan langkah cepat. Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar seseorang yang ia cari saat ini. Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung membuka pintu kamar itu yang kebetulan tidak terkunci.
Brak!
Arga membuka pintu terlalu keras sehingga menimbulkan suara yang dapat memekakkan telinga. Abadi yang tengah teritidur pun langsung bangun dari tidurnya. Ia menatap Arga bingung.
Tanpa babibu lagi, Arga menarik kerah jaket milik Abadi yang belum sempat ia lepas. Posisi Abadi yang semula berbaring kini berdiri sejajar dengan Arga.
"Eh anj*ng! Lo jangan cari masalah sama gue!" sentak Arga.
Abadi masih bingung dengan lelaki yang di depannya itu. Setahunya, ia tidak pernah mencari masalah pada Arga hari ini atau pun kemarin.
"Masalah?" Abadi hanya mampu mengucapkan itu. Bibirnya terlalu lemas untuk digerakkan.
"Lo jangan pura-pura nggak tau! Tadi Kiara ke sini 'kan?!"
Sekarang Abadi tahu. Arga marah padanya karena tadi pagi Kiara ke sini.
"Terus...kenapa?"
Arga semakin marah ketika mendengar pertanyaan Abadi yang seakan acuh padanya. Ia semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah jaket lelaki itu.
"GUE UDAH BILANG SAMA LO! LO HARUS JAUHIN KIARA! JANGAN DEKAT-DEKAT SAMA DIA LAGI!"
Abadi tersenyum miring mendengar bentakan Arga. Dengan santai, ia menjawab. "Gue... nggak pernah...deketin dia. Tapi dia... yang deketin gue gue."
"Bac*t lo anj*ng!"
Bugh!
Pukulan keras Arga layangkan tepat mengenai wajah Abadi hingga lekaki bertubuh jangkung itu jatuh tersungkur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...