***
Kring..kring..
Bel pulang sekolah telah berbunyi, seluruh siswa-siswi SMA Kencana berhamburan keluar kelas bersiap untuk pulang. Kiara dan kedua sahabatnya pun tak kalah antusiasnya.
"Ra, lo bakalan langsung ke tempat ultah lo?" tanya Desya sambil merapikan buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tasnya.
"Iya, mama papa sama Kaira udah nunggu di sana."
Maya melirik jam dinding yang terpampang di dinding kelasnya, jarum pendek jam menunjuk angka 6. "Nggak kesorean 'kan?"
SMA Kencana memang telah melaksanakan program full day school sejak beberapa hari yang lalu yang mengharuskan warga sekolah untuk pulang beberapa jam lebih lambat.
"Nggak, lagian acaranya cuma pengajian dan makan-makan doang, satu jam pun selesai, terus teman-teman yang lain gue suruh dateng jam 5," timpal Kiara sambil memakai tas punggung kesayangannya.
***
Sesampainya di nice caffe, Kiara, Desya dan Maya hendak menuju ke toilet cafe untuk berganti pakaian. Tapi mereka menghentikan langkahnya ketika salah seorang pelayan cafe datang menghampirinya.
"Dengan dek Kiara?" tanya pelayan itu memastikan.
"Ah, iya mbak. Kenapa ya?"
"Tadi keluarganya sudah datang ke sini."
"Oh iya, tadi juga saya sudah dikasih tau sama mama saya. Sekarang mereka di mana ya?" tanya Kiara sambil celingak-celinguk mencari keberadaan ayah, ibu dan adiknya.
Pelayan cafe itu menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, "Kata mereka dek Kiara jalanin aja partynya sama teman-teman dek Kiara."
Ekspresi Kiara berubah bingung. "Maksudnya?"
"Mereka nggak ikut. Katanya ada urusan pekerjaan yang harus mereka urus."
"Oh baik mbak, terima kasih atas informasinya."
"iya, sama-sama."
Kiara sedikit kecewa akan keputusan mereka, terlebih lagi mereka tidak memberitahunya langsung kalau mereka tidak bisa hadir dalam acara ulang tahun Kiara.
"Om Adnan pasti ada urusan yang sangat penting, makanya nggak bisa hadir. But, it's okay 'kan ada kita!" ujar Desya diikuti dengan Maya yang menepuk pundak Kiara pelan.
"Iya, lebih penting dari putrinya." Kiara berujar lirih sambil melanjutkan langkahnya ke arah toilet cafe untuk mengganti bajunya. Ia bahkan tidak menelpon orang tuanya untuk meminta penjelasan, ia berjanji ia akan memarahi orang tuanya nanti di rumah.
***
Sepanjang acara Kiara dapat menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya karena Adnan, Tiara dan Kaira tidak menghadiri acara ulang tahunnya. Tapi setelah berakhirnya acara, ia menangis sejadi-jadinya di toilet cafe. Katakan saja ia seperti anak SD yang menangis karena orang tuanya tidak menonton pensinya. Meskipun ia sudah menginjak umur 17 tahun, ia masih tidak mampu untuk membendung tangisnya.
"Ra, lo udah selesai ganti bajunya?" tanya Desya dari balik pintu.
Kiara mengusap air matanya cepat. "Iya, tunggu bentar."
Kiara berusaha keras untuk menahan air matanya supaya tidak keluar lagi. Ia pun membasuh mukanya supaya tidak terlihat sembab karena habis menangis. Setelah semuanya siap, Kiara segera membuka pintu toilet. Ia pun melihat Desya dan Maya yang menunggunya di luar.
"Ayo kita pulang." Kiara berujar sambil melewati kedua sahabatnya.
"Ra, lo gapapa 'kan?" Maya terlihat khawatir melihat keadaan Kiara yang jauh berbeda dengan yang di pesta tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...