#13. PENYIKSAAN

326 16 4
                                    

Di sinilah lelaki itu sekarang. Di sebuah diskotik tempatnya bekerja sebagai bartender.

Kadang, ia harus melayani para pelanggan dengan rayuan mautnya, tapi sekarang, ia malas melakukan itu.

Abadi hanya duduk di kursinya, mengabaikan suasana riuh dengan setelan musik dan lampu ajep-ajep yang terus menggema di sekitar ruangan. Lelaki itu hanya sibuk dengan handphone-nya.

Abadi sempat berfikir, kenapa ia tidak meminta nomor telpon Kiara? Jadi, ketika ia ingat akan gadis itu, Abadi tinggal menelponnya saja. Tapi, ah, nyali Abadi belum cukup sampai ke sana, walaupun hanya meminta nomor telpon.

Abadi pun akhirnya membuka tutup menu di handpohne hasil judinya. Sebagian besar, barang-barang mewah yang ia pakai, itu adalah hasil judinya. Tapi, ada juga sih hasil kerja jadi bartender.

Perlu kalian ketahui juga sih, waktu Dimas mengetahui Abadi membawa motor mewah pulang ke rumah, Dimas sempat menuduh lelaki itu mencuri. Tapi dengan entengnya, ia menjawab. "Abadi judi, Yah."

Dan setelah itu, terjadilah adegan kekerasan antara Ayah dengan anak. Sungguh miris.

"Hei ganteng."

Abadi mengangkat wajahnya ketika mendengar suara manja menyapa indra pendengarnya. Ia yakin, sapaan itu pasti ditujukan untuknya, secara kan dia orangnya ganteng.

"Minta satu botol," ucap wanita jal*ng itu. Wanita itu hanya memakai dress ketat sebatas atas paha dan dada.

Dengan cepat, Abadi melayani pelanggannya itu. Ia kemudian menyerahkan satu botol minuman itu beserta gelasnya.

Wanita yang kira-kira lebih tua tiga tahun dari Abadi itu pun duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana.

"Temenin gue, dong," ujar wanita itu sambil menyodorkan satu gelas yang baru saja ia taruh minuman aneh itu ke arah Abadi.

Dulu, eh, maksudnya kemarin-kemarin, kalau ia ditawarkan minum oleh wanita modis, pasti Abadi akan menerimanya dengan cepat. Tapi sekarang, Abadi tampak berpikir dua kali dulu sebelum ia menerima.

"Nggak usah," tolak Abadi dingin.

"Ayo dong, masa aku minumnya sendiri sih," bujuk wanita itu.

Abadi tak menggubris, ia kembali menyibukkan dirinya dengan membuka tutup menu yang ada di handphone-nya.

Wanita itu mulai kesal dibuatnya. "Ayolah, temenin gue minum doang. Kalau mau lebih dekat juga boleh. Gratis. Nggak usah bayar."

"Gue udah punya istri," bohong Abadi.

"Biarin. Istri lo kan ada di rumah. Nggak---"

"KALAU GUE NGGAK MAU YA NGGAK! JANGAN MAKSA! GUE NGGAK SUKA DIPAKSA! DASAR PELAC*R!" bentak Abadi.

Bentakannya mampu mengalihkan perhatian semua pengunjung diskotik.

Sementara Abadi hanya acuh akan hal itu. Ia menatap tajam ke arah wanita di depannya itu. Sementara wanita itu hanya menunduk takut. Bahkan gelas berisis minuma yang ia sodorkan untuk Abadi itu tumpah begitu saja.

"Bangs*t!" decak Abadi kemudian berlalu begitu saja meninggalkan tempat lucknut itu.

"Papa," panggil Kiara sambil mengambil posisi duduk di samping Ferdi yang tampak sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Hmmm," sahut Ferdi tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop-nya.

"Sibuk ya Pa?" tanya Kiara pelan.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang