❄
Abadi berjalan ke arah kelasnya, ketika Abadi sampai di lorong koridor kelas 11 IPS, ia bertemu dengan Kakaknya, Arga.
Keadaan lorong kelas 11 IPS tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang hendak ke kelasnya masing-masing, saat yang tepat bagi dua kakak-beradik ini untuk berinteraksi.
"Gue menang," ucap Arga dengan senyuman smirknya.
"Menang dengan cara curang." Abadi membalas dengan tatapan dingin.
Arga mendekat ke arah Abadi, hingga jarak yang tercipta tinggal beberapa langkah.
"Gue gak pernah curang. Lo aja yang lemah," tajam Arga.
Abadi mendengus. "Bahkan lo bohongin cewek yang lo suka."
"Maksud lo apa?"
"Lo bilang kemarin kalau gue lagi kumpul sama geng motor," jelas Abadi masih dengan tatapan dinginnya.
"Untung aja gue nggak bilang ke dia kalau lo lagi bermanja sama cabe."
Bugh.
Satu pukulan melayang tepat di wajah Arga, hingga lelaki yang berpostur hampir sama dengan Abadi itu pun sedikit mundur ke belakang akibat pukulan keras dari Abadi.
Arga mengusap ujung bibirnya dengan jempolnya, darah segar sedikit menetes dengan luka lebam di sekitarnya. Ia tersenyum miring.
"Bagus, lanjut lagi dong," desis Arga.
Abadi terkekeh kecil, lebih tepatnya mengejek. "Gue lupa, lo kan anak mami. Paling nanti di rumah lo ngadu sama Bunda. Gue nggak mau nambah luka lagi."
Abadi melanjutkan langkahnya, bahkan ketika ia berpapasan dengan Arga, ia menabrak pundak lelaki itu dengan sengaja. Sementara Arga hanya mendengus. Arga harus menjaga sikap, ia tidak boleh bermain kasar pada Abadi di lingkungan sekolah, bisa-bisa reputasinya akan tercemar.
❄
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Di hari jum'at dan sabtu sekolah dipulangkan lebih awal darupada hari-hari yang lain.
Kiara sedang membereskan buku-bukunya. Di dalam kelas, ia sendiri. Pasalnya, tadi Kiara disuruh ke Ruang Guru terlebih dahulu untuk mengantar buku-buku tugas kelasnya. Jadi, di dalam kelas ia hanya sendiri sekarang. Teman-temannya sudah keluar kelas lebih dahulu.
"Kiara."
Kiara yang tengah sibuk memasukkan bukunya ke dalam tasnya pun menghentikan gerakannya. Ia melihat siapa yang memanggilnya.
"Kak Arga. Ada apa, Kak?"
"Lo pulang sama gue ya," ucap Arga dengan senyuman manisnya.
"Nggak usah, Kak. Gue ada rapat sekarang."
"Remus?"
Kiara mengangguk. Beberapa bulan yang lalu, Kiara mendapat jabatan sebagai Ketua Remaja Musholla.
"Gue tunggu. Gue juga mau latihan futsal. Sekalian nanti kita pulang bareng," sambung Arga.
"Tap---"
"Nanti kalau rapatnya udah selesai, kasih tau gue." Setelah itu, Arga pergi begitu saja meninggalkan Kiara yang tengah merasa kesal!
Kiara melanjutkan memasukkan buku-bukunya dengan kesal. Arga memang seperti itu! Keras kepala! Apa pun kemauannya harus diturutkan.
Setelah selesai memasukkan semua alat tulisnya, Kiara kemudian berjalan ke arah Musholla. Tempat ia dan teman-temannya akan rapat. Di tengah koridor sekolah, ia bertemu dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...