#53. Ayah

128 9 0
                                    


**

"Kiara!!" teriakan itu menyambut Kiara ketika ia baru saja memasuki ruangan kelas. 

Kedua mata Kiara membelo kaget, "Maya!!" pekik Kiara heboh.

Keduanya berpelukan dengan erat, layaknya kedua sahabat lama yang sudah tak berjumpa puluhan tahun lamanya. Keduanya pun menarik perhatian seisi kelas yang sudah datang pada hari itu.

"Kok lo nggak bilang bakalan pulang, kapan pulangnya?" tanya Kiara sesaat setelah mereka selesai berpelukan.

"Hehe, sengaja biar kejutan. Gue pulangnya kemarin." Maya duduk di bangkunya kembali, diikuti oleh Kiara.

"Nih!" seru Meysa sembari menyerahkan sebuah kotak putih yang dibugkus dengan kantung plastik yang berwarna senada.

"Ini apa?" tanya Kiara dengan polosnya.

"Kado buat lo. Besok kan lo mau ultah."

Raut bingung dari muka polos Kiara semakin menjadi-jadi, "Kok lo tau besok gue mau ultah?"

Maya menggeram gemas, "Kiaraa, semalem kan lo kirim undangan ultah di grup kelas!"

"Oh, iya ya hehe." Kiara terkekeh kecil dengan wajah tanpa dosanya. "Btw ini isinya apa?" 

"Buka aja biar gak penasaran."

Kiara mengangguk kecil, ia segera menggerakkan jemari-jemari mungilnya untuk membuka hadiah dari Maya. Setelah mengetahui isinya, Kiara berteriak antusisas, bahkan lebih antusias dibandingkan ia bertemu dengan Maya tadi.

"WAAAHH TAHU BULATT!!" 

**

"Kok gelisah gitu?" Maya akhirnya bertanya kepada gadis itu setelah melihatnya gelisah sedari tadi. Maya menyeruput es jeruknya dan bertanya lagi. "Ada apa?"

"May, menurut lo gue sebaiknya undang Kak Arga atau nggak?" Kiara akhirnya bersuara setelah sedari tadi menimang-nimang akan mengundang Arga atau tidak.

"Kak Arga?" 

Kiara mengangguk.

"Hmm.... menurut gue jangan, hehe."

"Alasannya?"

"Karena, kalau lo undang Kak Arga terus dia datang, nggak- gue nggak mau tremor! Dia ganteng bangett woii, mana sanggup gue kalau satu acara sama dia. Satu sekolah sama dia aja udah bikin gue capek liat dia ganteng terus." Maya kembali menyeruput es jeruknya setelah berujar heboh mengenai Arga.

Kedua mata Kiara membelo. "Lo.. suka Kak Arga?"

"Eh, nggak lah. Walaupun kayak gini gue tetap sadar diri, tau diri. Gue hanya kagum aja sih sama dia, sama seperti kekaguman gue ke Bangtan, tapi lebih kagum ke Bangtan sii daripada ke Kak Arga hehe," jelas Maya.

"Weh, gara-gara lo gue jadi suka sama Jungkook," timpal Kiara.

"Haha, lo kena peletnya Jungkook!"

Kiara mengaduk-aduk jus jeruknya yang belum ia sentuh sedari tadi, kemudian ia mengucapkan bismillah dan meminumnya seteguk. "Tapi gue juga sama kayak lo, sadar diri dan tau diri, nggak berharap lebih sama dia hahaha..!"

"Haha iya, tapi kenapa bahas Jungkook ya. Tadi 'kan kita bahas Kak Arga."

"Lo yang duluan ya! Dan ingat May, walaupun lo kagum ke BTS atau ke siapa pun, idola kita yang nomor satu tetap Rasulullah SAW." Kiara mulai mengeluarkan kata-kata bijaknya.

Maya mengangguk mantap. "Siap, ustadzah," ujarnya tegas.

**

 "Assalammu'alaikum!" ucap Kiara sambil memasuki rumahnya.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang