#66. Akhir dari Lembaran Kisah Abadi (END)

184 6 5
                                    

❄️

"Abadi."

Seseorang bertubuh tegap itu masuk ke ruangan Abadi. Posturnya yang tegap tampak tak berarti kala raut wajahnya yang penuh akan nanar. Kedua matanya yang sebelumnya selalu menyorot tajam ke arah lelaki itu, kini berubah menjadi tatapan sayu yang kaya akan penyesalan.

Dimas berjalan pelan mendekati Abadi, melihat sekilas ke arah Tiara lalu berpaling malu. Ia merasa telah gagal menjadi seorang ayah bagi Abadi. Bahkan ia merutuki dirinya sendiri ketika mengingat tulisan tangan Abadi yang bertuliskan bahwa ia adalah seorang ayah yang hebat.

Sementara Abadi tampak diam membisu, ia tak percaya bahwa ayahnya akan datang menghampirinya.

Abadi memejamkan matanya kala Dimas semakin dekat padanya. Bagaimanapun juga, tangan kekar Abadi yang melayang bebas menyakiti tubuhnya masih terekam jelas.

Abadi semakin mempererat pejaman matanya, ia siap menerima pukulan Dimas lagi jika itu bisa membuat ayahnya senang.

Dan..

Greb.

Pelukan hangat itu dirasakannya, ditambah dengan isak nangis yang baru pertama kali ia dengar. Perlahan ia membuka pejaman matanya, Ia dapat melihat puncak kepala ayahnya yang menyentuh pipinya. Seumur hidupnya, ia juga baru merasakan pelukan seorang ayah.

Hari ini adalah hari terindah bagi lelaki itu.

"Maafin ayah, nak."

"Ayah.." lirih Abadi ragu, ia masih takut jikalau Dimas akan membentaknya karena dipanggil ayah oleh lekaki itu.

"Iya nak, ini ayah."

Dimas mengangkat wajahnya, meraih tangan Abadi yang bebas infus lalu mendaratkan kecupannya.

"Ayah bangga sama nilai 100 kamu! Pertahankan ya sayang."

Abadi mengangguk kecil, ia bahkan sampai tak menyadari air matanya yang merembes di ujung matanya saking bahagianya. "I-itu untuk ayah." Abadi menoleh pelan ke samping, melihat ke arah Tiara yang juga tengah menatapnya penuh haru. "Dan untuk mama."

Tiara tersenyum, mengelus surai putranya dengan lembut. "Kamu hebat!"

"Nak, nanti kalau kamu sudah sembuh kamu mau dibelikan apa sama ayah?" ucap Dimas.

Tangan lemas Abadi terangkat, mengusap pelan air mata ayahnya lalu berkata. "Abadi hanya ingin ayah sama mama sehat dan bahagia terus. Itu sudah lebih dari cukup."

Dimas dan Tiara tak bersuara. Merasa bahwa tidak ada kata-kata yang pantas mendeskripsikan lapangnya hati Abadi.

"Yah, ma.. Abadi boleh ngomong sesuatu ngga?"

Tiara dan Dimas kompak mengangguk. Tangan kanan Abadi segera menggenggam tangan ayahnya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan ibunya.

"Untuk ayah, terima kasih telah menjadi ayah yang baik untuk Abadi dan Arga. Mungkin dulu ayah ga mau nerima Abadi karena Abadi kotor. Dan perbuatan ayah yang dulu ga bisa Abadi benarkan, jelas perbuatan ayah dulu pada mama merupakan hal yang jauh dari kata benar. Tapi kembali lagi yah, kalau semua itu adalah takdir kita. Kita nggak bisa menghindari takdir yah, tapi kita bisa memilih mana takdir yang baik dan mana takdir yang buruk, semua itu sepadan dengan perbuatan kita."

Abadi mengalihkan pandangannya pada Tiara, "Dan untuk mama, terima kasih. Mama mau mempertahankan Abadi dulu. Mama pasti pernah dicibir tetangga dan teman-teman mama karena Abadi ada di dalam perut mama. Tapi mama hebat! Mama hebat karena mengizinkan Abadi untuk tinggal dalam perut mama dan Abadi bisa merasakan hidup di dunia ini."

"Sekarang, Abadi boleh tidur nggak?"

"Kamu ngantuk, sayang?" tanya Tiara pelan. Ia bahkan membiarkan air matanya yang luruh begitu saja.

Abadi mengangguk kecil.

Dengan sigap, Dimas menaikkan selimut Abadi sampai di atas pahanya, menyisakan Abadi yang telanjang dada dengan selang-selang yang banyak jenisnya. Hati Dimas teriris ketika melihat bekas kekerasannya yang terlihat jelas pada lelaki itu.

"Abadi tidur dulu ya."

❄️

"Saya melihat bekas luka di tubuhnya," ucap Tiara di kantin rumah sakit. Meninggalkan Abadi tidur di ruangannya yang dijaga oleh Kiara dan Kaira.

"Saya bahkan tidak bisa memaafkan diri saya sendiri karena luka itu."

"Kalau saya tahu sikap kamu seperti itu pada Abadi, saya tidak akan sudi menitipkannya padamu!" Nada suara Tiara meninggi, untung saja kantin rumah sakit tak terlalu ramai karena bukan jam makan.

"Maaf."

"Saya menitipkan Abadi ke kamu agar hidupnya layak dan terjamin! Tapi apa?? Hah?!!"

"Maafkan saya," ucap Dimas lagi.

"Kamu nggak kasian sama dia? Dia anak baik! Dia bahkan tidak tega untuk melaporkanmu ke polisi atas tindakan kekerasan yang kamu lakukan. Itu karena apa? Karena Abadi sayang sama kamu! Tapi kamu bahkan tidak pernah menganggap bahwa dia ada!!"

"Tiara, maafkan saya. Saya menyesal. Saya janji, saya akan berubah dan saya akan menyayangi Abadi sepenuh hati. Maafkan sayaa..."

"Mama!! Abadi, ma!!" Tiba-tiba Kiara datang sambil berteriak.

Menyadari ada yang tidak beres dengan Abadi, Tiara dan Dimas segeralah bergegas ke ruangan Abadi.

Pintu ruangan itu tertutup, di luar ada seorang suster yang menemani Kaira. Dengan wajah paniknya, Tiara menengadahkan tangannya untuk berdo'a agar putranya diberi keselamatan.

"Tadi Abadi kenapa?" tanya Dimas di sela paniknya.

"Abadi tiba-tiba kejang-kejang, om."

Tak lama kemudian, dokter yang menangani Abadi keluar. Dokter itupun mengajak orangtua Abadi untuk pergi ke ruangannya. Dimas dan Tiara langsung mengajukan diri.

"Jadi begini, pak, bu. Sekarang, kondisi Abadi kritis. Jantungnya sudah sangat lemah," ucap dokter itu ketika ia sudah sampai di ruangannya.

"Jadi apa tindakan yang harus dilakukan, dok?" tanya Dimas. Sementara Tiara hanya diam mengetuk-ngetuk jarinya di paha, ia gugup sekaligus takut.

Dokter itupun menggeleng pelan. "Sangat mustahil baginya untuk selamat. Tapi ada satu cara yang bisa kita lakukan, meskipun tingkat keberhasilannya setidaknya 5%."

"Apa itu?" tanya Dimas cepat.

"Transplantasi jantung."

Tiara menghembuskan nafas pasrah. Tatapannya beradu dengan tatapan putus asa dari Dimas. Apakah ia akan mengizinkan dokter untuk melakukan transplantasi jantung pada Abadi? Kalau iya, lalu siapa yang akan bersedia mendonorkan jantungnya?

❄️

Abadi, laki-laki kuat yang menyimpan sejuta luka. Penantian panjangnya kini terbayarkan dengan kehadiran ibu dan ayahnya. Sesuai dengan namanya, Abadi akan selalu ada bagi orang-orang yang mengenangnya. Inilah akhir dari lembaran kisah Abadi yang penuh akan luka, air mata, dan bahagia di ujungnya.

End.

Hiii guys!!!😭 Finally kita udah sampe ending!! Aaaa sedih bangeeettt😭😭😭
Terima kasih buat teman-teman yang selalu support aku dan selalu menanti update relationsheet ❤️❤️ i love you so much guys!!!

Relationsheet merupakan cerita pertama yang berhasil aku tamatin!! Jadi terharuuu huhuuu:(
Sampai jumpa di cerita berikutnya!!! Aku sayang kaliaaaaaan🤍🤍🤍

Oh iya guys, untuk info lebih lanjut tentang relationsheet, cek Instagram aku yaaa, nama Instagram aku: @laleruwandaa

Ilvuu💜

Seeyou💚

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang