❄
Kiara duduk di kursi yang terletak di samping tempat Abadi terlelap. Ia menopang dagunya dengan tangan kanannya sambil memperhatikan Abadi yang tengah diperiksa Bu Siska.
Hampir semua alat yang ada di UKS digunakan Bu Siska untuk memeriksa Abadi. Sementara Kiara hanya memperhatikan dan sesekali menggerakkan bibirnya untuk berdo'a agar Abadi baik-baik saja.
"Gimana, Bu?" tanya Kiara langsung ketika stetoskop Bu Siska selesai menjelajahi dada bidang Abadi yang terbalut seragam itu.
"Detak jantungnya melemah. Sepertinya ini bukan masalah sepele. Abadi harus dirujuk ke rumah sakit," jawab Bu Siska tanpa melihat ke arah Kiara, dengan cepat Bu Siska memasang nassal canula pada hidung mancung lelaki itu. "Kiara, tolong telpon mobil ambulance."
Entah karena terkejut atas pernyataan Bu Siska tentang Abadi, pikirannya menjadi blank. Bahkan ia sampai lupa untuk menelpon mobil ambulance. "Baik, Bu."
❄
"Kiara, kamu tunggu di sini ya. Biar Ibu sama Dokter yang masuk ke ruang UGD," ucap Bu Siska pada Kiara.
Kiara mengangguk patuh. "Iya, Bu."
Kiara memutuskan untuk ikut ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan lelaki itu. Gadis berhijab itu pun duduk di sebuah bangku yang disediakan di depan ruangan UGD. Ia menggigit bibir bawahnya cemas, kedua matanya ia tutup perlahan. Sekali lagi ia memanjatkan do'a agar Abadi baik-baik saja.
Tiba-tiba Bu Siska keluar ruangan, ia menghampiri Kiara dan duduk di samping gadis itu.
"Kiara, kamu sebaiknya kembali ke sekolah ya. Biar Bu Siska yang jaga Abadi," ujar Bu Siska sambil mengelus pundak Kiara pelan.
"Nggak papa Bu. Kiara di sini aja," balas Kiara dengan senyuman tipisnya.
"Tapi nanti kamu ketinggalan pelajaran. Kamu sudah izin?" tanya Bu Siska.
Kiara melebarkan kedua matanya kaget. "Aduh, Kiara belum izin, Bu."
"Yaudah, kamu izin dulu gih. Bu Siska mau lanjutin periksa Abadi." Bu Siska bangkit dari duduknya.
"Emangnya waktu pemeriksaan Abadi masih lama ya, Bu?"
Bu Siska tersenyum sambil mengangguk. Ia kemudian masuk ke ruang UGD tanpa menjawab pertanyaan Kiara dengan ucapan.
Kiara tak ambil pusing akan hal itu, ia lantas mengambil ponselnya yang ada di dalam tas ransel-nya kemudian mengirim pesan singkat pada Maya, teman sebangkunya.
Kiara: May, gue ada di rumah sakit nemenin Bu Siska periksa Abadi. Gue titip absen ya sama izinin gue:)
Tanpa perlu menunggu lama, Maya segera membalas pesan dari Kiara.
Maya: Abadi sakit apa?
Maya: Maaf ra, gue hari ini nggak masuk sekolah. Gue sekarang lagi di rumah nenek gue di Sumedang. Maaf ya gue nggak sempet ngabarin lo kemarin.Kiara: oh, iya gapapa.
Kiara: gue ga tau. Tadi dia tiba2 pingsan.Maya: semoga aja abadi ga kenapa-napa.
Kiara hanya membaca pesan balasan Maya. Ia kemudian beralih pada kontak seseorang di handphone-nya. Ini adalah pilihan satu-satunya. Ia tidak terlalu dekat dengan teman kelasnya yang lain, kecuali Maya dan... Desya.
Kiara mulai mengetik pesan singkat, dengan ragu ia menekan tanda send yang ada di layar handphone-nya.
Kiara: des, gue titip absen ya. Gue lagi di rumah sakit nemenin bu siska periksa abadi. Lo izinin gue ya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi [LENGKAP]
Teen FictionLembaran kisah Abadi, laki-laki rapuh yang berlagak paling kuat. WARNING!!! If you have entered into an ABADI story, then it is difficult for you to get out of this extraordinary story. (Jadi, sebelum membaca, siapin emosi aja dulu. Hehehe-,-) *Imag...