#26. TUDUHAN

222 11 4
                                    

Abadi membaringkan tubuhnya di atas kasurnya. Lelaki itu memilih untuk bolos sekolah karena ia merasa sedikit tidak enak badan. Kepalanya terasa sangat pusing, mungkin efek yang tadi malam.

Lelaki bertubuh jangkung itu hanya melihat langit-langit kamarnya. Tiba-tiba, ingatannya melayang pada wajah Kiara yang polos. Perlahan, senyuman tipis terukur di bibirnya.

Ah! Kenapa Abadi memikirkan gadis itu? Apakah Abadi mempunyai rasa? Benarkah? Hanya Tuhan lah yang tahu.

Kiara tak henti-hentinya bergumam kesal sambil mencari Abadi ke sana-kemari. Ia sudah menduga kalau lelaki itu pasti bolos.

"Kalau kayak gini terus kapan berubahnya!" kesal Kiara.

Kiara melangkahkan kakinya ke arah taman belakang sekolah. Ia lebih memilih untuk beristirahat sejenak di sana. Kebetulan juga sedang waktu jam istirahat.

Di taman belakang sekolah, pandangan Kiara tertuju pada seorang gadis yang tak asing baginya. Ia segera menghampiri gadis yang duduk dengan posisi membelakanginya itu.

"Assalammu'alaikum," sapa Kiara sambil ikut duduk di samping gadis itu-Desya.

Desya yang tengah melamun pun langsung membuyarkan lamunannya. Ia menatap Kiara sinis, dan ingin segera pergi dari samping gadis berjilbab itu.

Dengan cepat, Kiara mencekal pergelangan tangan Desya.

"Des, gue mau ngomong sama lo. Please, sekali aja," ucap Kiara memelas.

Desya memutar kedua bola matanya jengah, ia akhirnya memilih duduk kembali di samping Desya.

"Apa?!" sinis Desya.

"Kita jangan musuhan lagi ya," mohon Kiara.

"Ooo... jadi lo maunya itu?"

Kiara mengangguk cepat.

"Tapi ada syaratnya sih," cetus Desya.

"Apa?"

"Lo harus jauhin Kak Arga dan Abadi."

"Iya. Kalau untuk jauhin Kak Arga, gue bisa Des. Tapi kalau jauhin Abadi, maaf, gue nggak bisa," jawab Kiara.

Desya menatap Kiara tajam. "Lo kok sulit banget sih buat jauhin Abadi?!"

"Karena gue punya tujuan untuk merubah Abadi menjadi lebih baik lagi," jawab Kiara yakin.

"Abadi nggak bisa berubah jadi orang baik! Orang jahat ya tetap jahat!" sangkal Desya.

"Ucapan lo salah besar Des! Setiap orang pasti mempunyai sisi baik masing-masing. Dan---"

"Kalau lo mau bahas tentang Abadi lagi! Lo nggak usah ketemu sama gue!" Desya bangkit dari duduknya. Kiara tak menahan tangan Desya, ia hanya memberi pertanyaan pada sahabatnya itu yang langsung dijawab oleh Desya.

"Lo kenapa sih benci banget sama Abadi?"

"Lo nggak perlu tau!"

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Abadi sudah siap dengan kaos oblong, jaket dan celana jeans berwarna hitam. Lelaki itu sengaja berangkat lebih awal ke tempatnya bekerja untuk menghindari Hana. Jam 1 siang Hana pasti akan pulang ke rumah, dan Abadi tidak ingin bertemu dengan bundanya itu.

Abadi keluar dari rumahnya dan membuka gerbang yang baru saja selesai diperbaiki tadi pagi. Setelah itu ia mengeluarkan motornya dan turun lagi untuk menutup pintu gerbang.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang