#22. UJIAN PERSAHABATAN

239 12 4
                                    

Banyak pasang mata yang melihat ke arah Kiara dan Arga. Dari mulai turun dari mobil, sampai Arga mengantar Kiara ke dalam kelas, siswa maupun siswi SMA GARUDA menatap mereka dengan tatapan sulit diartikan. Arga memang sengaja membawa mobil supaya Kiara mudah berangkat dengannya karena Kiara memakai rok panjang. Lebih tepatnya supaya Kiara lebih nyaman bersamanya daripada bersama Abadi yang memakai motor.

"Eh gila! Tuh anak deket sama Arga! Dasar orang nggak tau diri! Awas aja nanti!" gerutu Evelyn, yang memang ikut melihat kedekatan antara Kiara dan Arga.

"Lo kalah sama anak kampungan itu Lyn! Hahaha!" ejek Chika.

"Diem lo bege!" sanggaj Evelyn kesal.

"Ssst!" Shella menyenggol lengan Chika pelan, memberi kode agar cewek itu diam.

"Lagian lo nggak punya rencana lagi?" tanya Chika.

"Rencana?" Evelyn berujar sinis.

Shella menganguk. "Iya. Bener banget tuh Lyn. Lo harus nyusun rencana buat misahin cewek kampungan itu sama Arga!"

Evelyn tampak terdiam. Mungkin ia tengah memikirkan rencana yang tepat untuk memisahkan Kiara dengan Arga. Hingga beberapa saat kemudian, Evelyn menjentikkan jari tengah dan jempolnya secara bersamaan. Ekspresi wajahnya berseri.

"Gue punya ide bagus."

Kiara hanya menunduk ketika berada di dalam kelasnya. Ia tidak kuat mendapat tatapan aneh dari teman-temannya. Apalagi tatapan tajam Desya yang seakan-akan terasa menusuknya!

"Ra, udah. Lo jangan pikirin orang-orang yang kayak benci sama lo. Lo jangan terlalu pikirin ya," ucap Maya yang sekarang menjadi teman sebangku Kiara.

Kiara mengangkat wajahnya. Ia menatap Maya dengan senyuman yang terlukis di bibir manisnya. "Iya, May. Makasih."

Maya mengangguk sambil tersenyum. "Oh iya. Gue lupa. Gue mau ke kelas adek gue dulu ya. Tadi dia lupa bawa uang jajan. Gara-gara berangkatnya kepagian. Lo mau ikut?"

"Mmm..." Kiara berpikir sejenak. Menimang-nimang ajakan Kiara. "Iya. Gue ikut."

Mereka pun segera menuju gedung kelas 10. Setelah sampai di kelas 10 IPA 9, Maya segera menghampiri Naya-adiknya. Sementara Kiara hanya mengikutinya dari belakang.

"Nih, uang jajan lo," ucap Maya sambil memberikan beberapa lembar uang kepada adiknya.

"Padahal tadi gue mau ke kelas lo," balas Naya dengan seringaian. Naya baru menyadari sesuatu, ternyata ada teman Kakaknya. "Eh, Kak Kiara ya? Gue Naya, Kak."

Naya dan Kiara langsung berjabat tangan.

"Tumben kalian bareng," ujar Naya sekedar berbasa-basi.

"Hehehe." Kiara hanya terkekeh pelan.

"Oh iya Kak, Kak Kiara ada masalah ya sama Kak Desya?" tanya Naya.

"Gue mau ke kelas dulu. Lo jangan bandel ya, kalau bandel kamar lo gue acak-acak!" Maya seakan mengetahui alur pembicaraannya. Adiknya tidak boleh ikut campur pada permasalahn temannya. Tidak boleh!

"Yeee yang ada tuh lo yang bandel!" balas Naya.

"Gue pergi!" kesal Maya sambil menarik tangan Kiara menjauh dari adiknya. Ya, seperti itu lah Maya dan Naya, kadang akur kadang tidak.

Sementara Kiara hanya tersenyum pada Naya yang juga tengah tersenyum ke arahnya.

"Adik lo cantik banget, May," ucap Kiara memecah keheningan ketika sampai di koridor kelas 11.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang