#60. Hadiah untuk Ayah

96 9 2
                                    

❄️

"Tinggal dua minggu lagi libur guys, rencana mau liburan ke mana?" ucap Maya mengawali pembicaraan, menyeruput kuah baksonya dan menatap Desya dan Kiara secara bergiliran.

"Oh iya, kelas 12 'kan ujian," sahut Kiara.

"Bali, gimana?" usul Desya dengan bola mata yang berbinar antusias.

Kiara mengambil sepotong kentang goreng yang ada di depan Desya. Memasukkan sepotong kentang itu dalam suatu suapan, mengunyahnya pelan dan mulai bersuara. "Mending diem di rumah aja, aman."

"Ayolah Ra, kapan lagi 'kan bisa ke Bali," bujuk Desya.

"Hmm nanti deh gue mikir-mikir dulu," balasnya.

"Kelamaan mikir, awas aja kalau mikirnya sampe hari libur selesai," cibir Maya.

"Hehe." Kiara cengengesan, kembali mengambil sepotong kentang goreng dan memakannya.

Tiba-tiba datang seorang lelaki dengan perawakan tubuh jangkungnya, ia membawa segelas jus jeruk. "Assalamu'alaikum, boleh gabung ga?"

Ketiga gadis itu monoleh. "Wa'alaikumussalam. Boleh," jawabnya bersamaan.

Abadi menatap salah satu dari ketiga gadis tersebut dengan kikuk. "De-Desya?"

"Bad, mending Lo duduk dulu deh." Kiara berujar cepat. Ia kemudian menceritakan semua yang terjadi sehingga Desya kembali menjadi sahabat baiknya.

Abadi mengangguk dan paham, ia juga sempat saling meminta maaf satu sama lain atas kejadian masa lalunya.

"Tapi serius Bad, gue udah ga suka lagi kok sama Lo," jujur gadis itu dengan nada bercanda.

"Yaa kalau masih suka juga gapapa sih, hehe," goda Abadi dan langsung mendapat tatapan maut dari Kiara.

"Ada apa?" tanya Kiara langsung.

Abadi menatap Kiara dengan bingung. "Maksudnya?"

"Lo kalau ketemu sama gue pasti ada maunya 'kan? Apa itu?"

Abadi membenarkan posisi duduknya. "Jadi gini, minggu depan gue ada ulangan pelajaran matematika. Dan, gue mau membuktikan ke Pak Geta bahwa gue tuh bisa matematika."

"Terus?" tanya Kiara lagi.

"Ajarin gue, hehe."

❄️

Seminggu kemudian...

Abadi berlari dengan girang di sepanjang koridor sekolah sambil menjunjung tinggi selembar kertas berisikan jawaban ulangan Abadi dengan angka 100 yang dilingkar pulpen berwarna merah.

"Kiara!!" pekik Abadi sesaat setelah masuk ke dalam kelas Kiara.

Kiara yang tengah bersama Maya dan Desya pun sedikit terkejut akan Abadi yang datang tiba-tiba dan meneriaki namanya.

Kiara yang tengah menulis sesuatu di bukunya pun menghentikan aktivitas menulisnya, bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah lelaki itu.

"Ini!" seru Abadi sambil menyerahkan lembar berharganya itu.

Kiara mengambil kertas itu, sesaat kemudian ia berteriak histeris sembari melompat-lompat kecil. "Aaaaa Alhamdulillah!!"

"Gimana? Gue udah cocok 'kan masuk ITB?" angkuhnya.

"Jangankan ITB, Harvard pun tembus kalau nilai Lo terus kaya gini," balasnya, masih dengan melihat lembar jawaban lelaki itu penuh bangga.

Maya dan Desya ikut mendekati dua orang itu, setelah mengetahui apa yang terjadi, mereka kompak mengacungi kedua jempolnya.

Abadi [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang